🄶🅁🄸🅈🄰 🅃🄰🅆🄰🄽🄶 🄿🅄🄽🅈🄰 🄲🄴🅁🄸🅃🄰
Teras rumah bude penuh haru saat semalam Flora sempat berpamitan untuk pulang ke kampung selama seminggu, karena Flora hendak menyambut ramadhan pertama bersama keluarganya dulu, juga mengambil kesempatan mumpung minggu tenang dan dosen tidak ada masuk. Hanya seminggu, tapi yang lain sudah menangis tidak karuan, lebih-lebih Demian dan Gema yang seperti sudah akan melepas anaknya ke perantauan.
Yang lebih anehnya, mereka menangis sambil berpelukan lagi.
"Lo napa nangis, dah. Kita 'kan musuh." Flora menoyor kepala Gema dan cowok itu mendongak, tangisnya makin menjadi.
"Entar gue kalau mau ngomel ke siapa lagi coba, yang ngerjain tugas gue kalau deadline siapa coba?" Gema sesegukan, Demian mengusap-ngusap kepalanya. Reksa menepuk pundak Gema sambil menarik ingus.
Dan Laskar daritadi berkata kalau dia kelilipan capung yang barusan lewat.
Emang yang normal cuman Yuta sama Deeka.
"Saya pamit bude." Flora salim pada Bude yang menatap tujuh orang didepan rumahnya dengan geleng-geleng kepala.
"Hati-hati." Bude menggaruk hidung. "Baliknya kapan? Jangan lama-lama, capek Bude ngurus Gladis." Katanya dan Flora langsung memberenggut.
"Gak lama Bude, minggu depan juga udah kesini lagi. Kamar saya di jaga, jangan disewain ke yang lain lagi."
"Tenang Flo, ada kita, kita jagain dengan segenap jiwa dan raga." Laskar menyahut sambil menepuk dada. Memang pahlawan kesorean.
"Neng, kapan berangkatnya atuh?" Nah, disini memang bukan hanya ada tujuh kucrut buat onar plus pawangnya--siapa lagi kalau bukan Bude, tapi ada mamang sopir angkot juga, beserta isinya sekalian. Para emak-emak dan bapak-bapak yang penuh keringat.
"Iya woi! Kepanasan ini!" Kepala seorang pria dewasa melongok dari jendela mobil. "Kayak mau ngelepas apa aja! Dasar bocah!"
"Sust jangan tereak! Mamak saya tidur!" Mbak dengan lipstik tebal memekik dan menutup kuping nenek disamping.
"Temen kalian gak mati! Cuman mau pulkam! Besok juga pulang!" Teriak yang lain menggebu-gebu.
"Tinggalin aja mang, tinggalin!" Pria lain memancing. Depan kios Bude penuh huru-hara satu angkot.
Flora mengangkat tas besarnya dan ngacir naik. Para cowok berbaris sambil menyeka pipi yang banjir.
"Bye Flo! Jangan lupa balik..." Laskar melambai.
"Mang bawa angkotnya jangan ngebut! Cewek kita dijaga!" Demian berteriak bahkan saat mesin mobil belum dinyalakan.
"Flo oleh-olehnya!!"
"Mas, Buk, titip Floranya! "
"Telfon kalau udah sampe, Flo!"
Mendengarnya, Pria yang diangkot semakin geram.
"HALAH TAI!"
🄶🅁🄸🅈🄰 🅃🄰🅆🄰🄽🄶 🄿🅄🄽🅈🄰 🄲🄴🅁🄸🅃🄰
Maya seharusnya hari ini tidak ada jadwal kuliah, dosen lagi sibuk-sibuknya. Plus, ini minggu tenang yang kata ketua kelas "mending rebahan di kost". Tapi, dia harus keluar karena ada janji temu.
Entah kesambar gledek dimana. Laskar menelepon, yang mungkin mendapat nomor ponselnya dari Flora, untuk menemuinya di pameran yang diadain anak teknik.
Karena teknik terkenal dengan kesolidaritas dan menjunjung tinggi kesenioritasan, Maya jadi gugup saat datang kesana. Gimana gak gugup, dia anak hukum yang nyasar ke teknik! Penghuninya dominan cowok lagi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kost-an Griya Tawang Punya Cerita
RandomUPDATE SESUAI MOOD. Ini cerita humor pertama saya, buatnya susah ternyata [Cry] Jadi mohon dukungannya berupa follow dan vote setiap chapter. Thank you💗 ________ Setelah balik kampung. Flora kembali ke kost dan baru saja diberitahu kalau kamar kos...