Bab 29

3K 248 7
                                    

🄶🅁🄸🅈🄰 🅃🄰🅆🄰🄽🄶 🄿🅄🄽🅈🄰 🄲🄴🅁🄸🅃🄰

Mereka tidak langsung pulang setelah acara makan. Melainkan pergi di basement rumah Deeka. Flora hitung setidaknya kastil ini punya  lima basement yang berbeda fungsi. Selain parkir beberapa alphard, juga dijadikan ruangan yang entah apa. Flora terperangah sejenak waktu Laskar dan Gema lari di sisi kiri. Ada lemari besar disudut sana.

Deeka menghela nafas panjang. Tidak rela mereka membuat barang-barang menjadi berantakan.

"Itu apa?" Flora dan rasa keingintahuannya berlari ke arah dua kutu kupret yang sumringah.

"Liat ya, Flo. Lo mundur dulu." Mendengar aba-aba dari Laskar, Flora refleks mundur dua langkah. Membiarkan ruang dimana Laskar dan Gema menarik pintu lemari besar itu menjadi terbuka lebar.

Mata Flora refleks membulat kaget.

"Anjir itu apaa?! Beneran kah?!"

Laskar menarik satu benda panjang itu, terdengar bunyi tarikan sedang dan moncongnya mengarah ke arah Flora dengan cepat. Flora mengangkat tangan dengan gemetar.

"BENERAN ADA PELURUNYA?!"

Yuta memegang ujung senapan di genggaman Laskar untuk mengarah ke bawah dan berbicara, "Gak buat mainan, Las. Bahaya."

Laskar cengengesan. "Ampun, dah, Pak Yuta."

"Ini banyak bangettt??" Flora sudah sadar dari keterkejutan. Dia memegang satu persatu senjata api itu dengan terkesima. "Papa bahkan gak punya sebanyak ini lho. Paling pistol kecil doang."

"Abinya Deeka tuh kolektor senjata api, Flo." Reksa menjelaskan, membuat Flora melongo. Dia tidak pernah membayangkan seseorang ulama ternama dengan marga Al-Kaezar ternyata punya hobi mengoleksi senjata berbahaya.

"Orkay mah bebas, lah, ya." Reksa tertawa.

"Dee. Ini 'kan senapannya banyak. Hilang satu gak bakal ketahuan kayaknya." Demian yang berada di ujung sambil bersedekap dada berceletuk, perhatian refleks tertuju pada Cowok itu.

"Lo mau ambil, ya?" Gema meledek.

"Kalau boleh, sih."

"Anjir," Gema Syok. "Buat apaan, dah?"

"Buat nembak orang. Dor, dor! Seru tuh kayaknya." Demian mengedik, asal bicara, dia pindah dilemari kaca, atasnya terbingkai kepala rusa, entah itu asli atau bukan.

"Weit, Flo, gak gitu makenya." Disisi lain, Reksa menyentil kepala Flora yang hendak menarik pelatuk. Memang, sih, isinya enggak ada. Tapi tetap aja makenya gak boleh sembarangan.

"Emangnya lo tau?" Flora mengusap kening. Alisnya terangkat.

"Taulah!"

"Anjir songong! Siapa yang ajarin coba? Kalau belajar dari drakor gue juga bisa kali!"

"Asal lo tau aja, nih. Kita belajar dari ahlinya!"

"Ahlinya?"

"Abinya Deeka lah!"

"Udah." Deeka bersuara, menengahi adu ngotot Flora dan Reksa. Dia meraih senapan digenggaman Reksa dan menyimpannya ketempat semula. Disusul Yuta yang juga menyimpan benda yang semula dia genggam.

"Lah. Orang masih mau minjem juga." Gema protes.

"Bukan mainan."

"Dikiittt lagi, Dee."

"Tadi katanya lima menitan." Yuta membela Deeka. "Udah sepuluh menit lebih."

"Yaaah... Lo gitu sih, Ta." Gema mengerucutkan bibir. Flora ikut-ikutan, pokoknya dia belum puas  melihat-lihat, setidaknya semua koleksi disini harus punya cap jarinya.

Kost-an Griya Tawang Punya CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang