08

359 58 12
                                    







***



"Lo gak serius mau keluar dari Glory, kan, Sas?"

Sastra menghentikan pergerakan tangannya, sejak tadi ia sengaja tak menanggapi kedatangan Celo, Abidzar, Dion dan Bimasya yang tiba-tiba saja datang ke tempat part time-nya. Namun, pertanyaan Celo barusan pada akhirnya membuat Sastra terdiam.

"Kita bentuk Glory sama-sama, kita—"

"Kalau kalian udah selesai makan mending pergi deh, banyak pengunjung lain yang butuh tempat duduk."

Perkataan Celo langsung terhenti saat Sastra akhirnya bersedia bersuara tetapi apa yang ia katakan sama sekali tak menjawab pertanyaan Celo sebelumnya, kan?

"Sas—"

"Gue serius," sela Sastra lagi yang bahkan memilih tak menatap satu pun temannya itu.

"Gue berhenti ... gue titip Glory sama kalian dan jangan sampai kalian ngebiarin orang kayak Gendra pimpin Glory," sambung Sastra dengan tangan yang masih mencoba meraih satu persatu peralatan makan di atas meja.

"Tapi, Sas—"

"Tolong ... pergi ya? Jangan ganggu jam kerja gue. Jangan hambat pelanggan lain."

Sama seperti Celo, Bimasya yang ingin mengatakan sesuatu pun berakhir terbungkam oleh Sastra yang menyela ucapannya. Abidzar dan Dion yang juga ada di sana hanya bisa menatap Sastra dengan sendu, mereka tentu merasa sedih karena teringat masa-masa di mana The Glory baru saja terbentuk. Masa-masa itu adalah masa yang paling menyenangkan dan juga masa-masa yang sukses mempererat hubungan pertemanan mereka.

Dion lalu menoleh ke arah Bimasya dan Celo, ia mengangguk samar sebagai tanda agar mereka mengikuti apa yang Sastra pinta barusan. Celo dan Bimasya yang mengerti pun ikut mengangguk samar dan memilih untuk mengalah karena mereka pikir mungkin Sastra masih membutuhkan waktu untuk pulih.

Celo pun kembali menatap Sastra lalu berkata, "Sampai kapan pun lo tetep bagian dari Glory, Sas ... Jadi kapan pun lo mau kembali, Glory selalu terbuka buat lo dan kita akan dengan senang hati rangkul lo lagi."

Sastra kembali terdiam, tertegun karena perkataan Celo dan tak lama setelahnya ia terlihat menganggukkan kepalanya tetapi tetap masih tanpa mau menatap teman-temannya itu.

"Kita balik dulu, Sas," ujar Bimasya yang kemudian bangkit dari kursinya diikuti oleh 3 temannya.

"Kapan-kapan kita main PS bareng lagi ya, Sas," ujar Abidzar seraya menepuk pelan bahu Sastra.

Abidzar, Bimasya dan Celo pun beranjak pergi tetapi Dion masih berdiri di tempatnya, menatap Sastra dengan tatapan yang berbeda dari sebelumnya. Ini mungkin sudah hampir 2 bulan sejak Kayesha pergi tetapi mereka semua khususnya Sastra masih berada dalam kesedihan yang sejujurnya sangat tak Dion duga. Dion tak menduga jika perginya Kayesha akan membuat Sastra sampai seberantakan ini.

"Sas ...," panggil Dion membuat Sastra yang baru saja kembali melakukan tugasnya mengangkat wajahnya. Ia pikir sudah tak ada siapa pun di sana selain dirinya.

Sastra dan Dion pun saling bertatapan tetapi ketika Sastra berniat untuk mengalihkan tatapannya, Dion tiba-tiba berkata, "Kalau ada info soal Kaye dari Fayza, nanti gue bakal kasih tahu lo."

SUARA SASTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang