27

664 80 33
                                    





***

 "Hal—"

"Kamu di mana? Aku dari tadi pijit bel kamar hotel kamu! Kamu bilang kamu gak akan pergi ke mana-mana ...."

"Sas—"

"Kamu kenapa pergi lagi? Aku minta maaf buat semua kesalahanku dulu, aku beneran nyesel, kamu kenapa tinggalin aku lagi ...."

"Sas—"

"Tolong jangan tinggalin aku kayak gini lagi ...."

Kayesha amat terkejut, ia mendengar sepanik apa Sastra di seberang sambungan teleponnya dan Sastra benar-benar tidak memberi kesempatan untuknya bicara. Sastra masih terus bicara dan kini nada suaranya mulai terdengar bergetar yang membuat hati Kayesha rasanya mencelos.

"Kamu—"

"Sastra, aku gak ke mana-mana." Kayesha langsung menyela ucapan Sastra takut lelaki itu semakin berpikiran macam-macam. "Aku cuma lagi ke coffee shop deket hotel, Sastra. Aku gak tahu kamu mau dateng sekarang ...."

Hati Kayesha rasanya sungguh sakit, bukan hanya karena suara yang bergetar dan bercampur rasa panik, ia juga menyadari jika di seberang sana Sastra sepertinya sudah terisak.

"Aku udah janji bakal bicara sama kamu hari ini, kan? Aku gak akan ingkar janji, Sas. Aku ... cuma lagi ke coffee shop. Kamu juga gak bilang mau dateng sekarang ke hotel, kan?"

Ya, Kayesha kemarin sudah berjanji akan bicara kepada Sastra hari ini, kan? Ia sama sekali tidak lupa dan sama sekali tidak memiliki niatan untuk ingkar janji. Tadi Welda yang pulang dari hotelnya sekitar jam 8 pagi mengatakan jika Sastra tengah berada di rumahnya. Welda mengatakan Sastra datang bersama kedua orang tuanya dan tengah menghadap Nenek juga kakeknya sehingga Kayesha bisa menebak mereka mungkin tengah terlibat obrolan penting yang membuat Kayesha berpikir Sastra tidak akan segera menemuinya.

Nada bicara Kayesha juga raut wajahnya yang menyendu membuat sosok yang duduk di depannya menghembuskan napas berat. Kekhawatiran di suara Kayesha pun rasanya sudah menegaskan jika jawaban dari apa yang hendak ia tanyakan lagi-lagi tidak sesuai harapannya.

"Iya, aku tunggu kamu di sini. Kamu gak usah keburu-buru, Sas. Aku janji gak akan ke mana-mana," ujar Kayesha yang menyadarkan sosok di hadapannya sehingga ia kembali memokuskan tatapannya bersamaan dengan Kayesha yang menurunkan ponselnya.

"Dia panik cariin lo?" tanya sosok di depan Kayesha yang membuat Kayesha langsung mengangguk dengan raut wajah sendu yang tetap bertahan di sana.

"Dia kayaknya nangis, Yon."

Ya, sosok yang sejak 10 menit lalu duduk di hadapan Kayesha adalah Dion. Semalam ia menghubungi Kayesha dan meminta sedikit waktu Kayesha untuk bertemu berdua, kan?

Kayesha menyetujui permintaannya semalam sehingga tadi Dion datang ke hotelnya lalu mereka berjalan kaki menuju coffee shop tempat mereka duduk sekarang. Dion tersenyum, tetapi senyum itu tampak getir.

"Sastra mungkin sebentar lagi ke sini," ujar Kayesha yang membuat Dion kembali menatapnya lalu mengangguk kecil.

"Jadi ... apa yang mau lo bicarain, Yon?"

Ya,mereka sudah duduk di sana selama 10 menit tapi sejak tadi Kayesha tahu apa yang ia bicarakan dengan Dion masih hanya sebatas basa-basi. Dion menatap Kayesha lamat-lamat karena apa yang Kayesha katakan, ia lalu menarik napas dalam untuk meyakinkan dirinya agar segera mengutarakan apa yang ingin ia sampaikan sebelum Sastra tiba di sana.

SUARA SASTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang