32

417 70 22
                                    






selamat membacaa



***

"Jangan lari!"

Sastra tersenyum setelah berhasil mencegah Kayesha yang terlihat mulai berlari ke arahnya. Kayesha tidak jadi berlari tetapi tetap mendekat dengan langkah lebarnya juga dengan senyum yang semakin lama semakin melebar. Sastra pun memutus sambungan telepon mereka yang masih terhubung lalu membuka kedua tangannya lebar-lebar dan langsung memeluk erat Kayesha begitu tubuh Kayesha menabrak pelan tubuhnya.

Keduanya tersenyum senang sampai Kayesha bertanya, "Kok kamu bisa ada di sini?"

"Bisa dong, kan naik pesawat ...," jawab Sastra diiringi kekehan ringan yang membuat Kayesha mendongak dengan mata yang memicing.

Bukan jawaban itu yang ingin Kayesha dengar.

"Ish, aku serius, Sastra!"

Kekehan Sastra kian menjadi lalu tanpa benar-benar sadar ia memberikan sebuah kecupan di dahi Kayesha. Kayesha sama sekali tidak menolak, yang ada ia justru memejamkan mata dengan senyum yang kembali mengembang.

"Aku gak tahan ... kangeeeen banget sama kamu. Makanya aku ke sini," jawab Sastra yang satu kali lagi memberikan kecupan di dahi Kayesha.

"Kenapa gak kasih tahu aku dulu sih? Aku kira kamu kenapa-napa di sana sampai gak ngabarin aku sama sekali."

Kayesha kembali menundukkan wajahnya sehingga kini wajahnya ada di depan cerukan leher Sastra. Aroma parfum Sastra yang dulu hampir setiap pagi ia cium ketika mereka hendak pergi sekolah pun tercium kembali oleh Kayesha setelah sekian lama. Memori hari-hari itu juga seketika menyeruak masuk ke dalam ingatannya. Sungguh Kayesha tidak bisa berbohong jika ia juga sangat merindukan Sastra sehingga ia mempererat pelukannya seraya kian menyamankan diri dalam pelukan Sastra.

"Kan, aku mau kasih surprise."

Kayesha tidak menanggapi jawaban Sastra itu begitu juga dengan Sastra yang tak lagi bicara dan kini mulai memejamkan mata dengan pipi kiri yang ia sandarkan di atas kepala Kayesha. Rasanya ribuan kata terima kasih kepada Tuhan tetap tidak bisa menggambarkan sebesar apa rasa syukurnya karena ia benar-benar bisa kembali melihat dan memeluk raga Kayesha.

Setelah cukup lama berpelukan bahkan sampai menjadi tontonan orang yang berlalu-lalang, Sastra pun membuka matanya, ia kembali tersenyum dan berkata, "Ayo pulang, nanti lanjut lagi pelukannya di rumah ... Bunda bilang makan malam kita udah siap."

Kayesha langsung mengurai pelukannya dan menatap Sastra dengan terkejut. "Bunda tahu kamu mau ke sini?!"

Sastra tersenyum seraya mengangguk dan ya, Ayla memang tahu ia akan datang. Jika saja Kayesha lebih teliti, ia mungkin bisa menyadari petunjuk dari perkataan Ayla pagi tadi. Ayla mengatakan jika ketika Kayesha selesai dengan kuliahnya hari ini, Sastra akan "ada". Namun, Kayesha pikir maksud "ada" yang dikatakan Ayla adalah Sastra yang akan membalas pesannya bukannya akan "ada" tepat di depannya seperti ini.

"Yuk?" ajak Sastra seraya mengulurkan tangan kanannya.

Kayesha tanpa pikir panjang langsung meraih uluran tangan itu, mereka pun bergenggaman tangan dengan satu tangan Sastra yang lain yang langsung meraih geretan kopernya.

"Kamu baru nyampe, Sas?" tanya Kayesha yang tentu saja bertanya demikian karena melihat koper ukuran sedang milik Sastra juga tas gendong yang ada di balik punggung Sastra.

SUARA SASTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang