23

372 81 51
                                    


selamat membacaaaaaaaa



***


From : sastraevan@xxmail.com

To : kayeshagatha@xxmail.com

[Sayang, hari ini Fayza dateng lagi dengan ajakan yang sama.]

[Mama juga udah tahu soal ini, mungkin tahu dari Welda.]


Sastra langsung termenung setelah mengirimkan pesan itu kepada Kayesha. Sejujurnya banyak yang ingin ia sampaikan tetapi ia merasa ragu karena takut Kayesha akan salah paham. Ini sudah 4 hari sejak hari di mana Fayza mengajaknya untuk berpacaran dan sampai hari ini Fayza terus datang kepadanya untuk mengutarakan hal yang sama.

Ya, saat itu Sastra menolak. Sastra memang sangat terkejut tetapi ia dengan tegas menolak apa yang dipinta oleh Fayza. Dua hari lalu Maya mengetahui soal itu dan sejak hari yang sama Maya berulang kali mengatakan kepada Sastra untuk mencoba terlebih dahulu.

Ya, Maya meminta Sastra untuk mencoba menjalin hubungan dengan Fayza dan hal itulah yang tak bisa Sastra sampaikan kepada Kayesha. Sastra takut Kayesha berpikiran macam-macam tentang Maya padahal sejujurnya Sastra tahu niat Maya baik. Mamanya itu hanya ingin ia sepenuhnya bangkit seperti apa yang Bimasya katakan tetapi tetap saja Sastra takut Kayesha akan salah paham.


[Aku tahu Fayza terpaksa datang ke aku dan ngajak aku pacaran.]

[Beberapa tahun terakhir aku juga tahu kalau dia suka sama Dion.]

[Tapi aku gak tahu kenapa beberapa bulan terakhir mereka saling menjauh.]

[Dan sekarang tiba-tiba Fayza ngajak aku pacaran.]


"Kamu tahu, kepalaku rasanya mau pecah. Semua orang bener-bener pengen aku lupain kamu," lanjut Sastra yang kali ini hanya ia ucapkan karena lagi, ia takut nantinya Kayesha akan salah paham kepada semua orang termasuk Welda.


[Salah gak sih kalau aku ngerasa Fayza terpaksa?]

[Mungkin ada yang minta dia buat pacaran sama aku biar aku lupain kamu, ya?]


Sastra kembali terdiam setelah mengirimkan pesannya. Ia termenung cukup lama karena perkataan Bimasya berbulan-bulan lalu seketika memenuhi kepalanya. Sastra lalu menunduk menatap tampilan ponselnya yang masih menampilkan laman emailnya lalu ia perlahan menghembuskan napas yang terkesan amat berat.

"Maafin aku ya karena beberapa bulan terakhir aku mencoba buat batasin diri aku. Jauh di dasar hatiku, aku yakin kamu bakal pulang ... tapi keyakinan itu semakin hari emang udah enggak sebesar dulu. Kayaknya udah satu tahun terakhir aku mulai takut kalau keyakinanku itu salah."

"Aku takut kamu gak akan pulang lagi ke sini, terlebih Welda, orang yang paling dekat sama kamu pun udah benar-benar pesimis kalau kamu bakal pulang ...."

Sastra bergumam dengan amat lirih, bahkan matanya sudah menampilkan sorot sangat sendu. Ya, kepesimisan Welda nyatanya menjadi yang paling mengganggu Sastra mengingat jika sepupunya itu lah sosok yang paling dekat dengan Kayesha. Bahkan saat itu, ketika Kayesha kabur dari kediaman Sila, hanya Welda yang Kayesha hubungi dan hanya kepada Welda ia bersedia bicara setelah berminggu-minggu diam layaknya orang bisu.

SUARA SASTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang