30

406 64 30
                                    


selamat membaca




***

"Sastra, lusa aku harus pulang ke Seattle."

Sastra masih tidak percaya pada apa yang Kayesha katakan padahal ini sudah dua hari sejak Kayesha mengatakan kata-kata di atas. Ya, waktu rasanya terasa berjalan dengan terlalu cepat, hari yang Kayesha sebut pun akhirnya datang dan Sastra sungguh masih belum rela untuk melepaskan Kayesha.

"Jangan pasang muka sedih gitu, Sas ...," teguran dengan suara lirih dari Kayesha yang berada di hadapannya pun menyadarkan Sastra yang sejak tadi membisu seraya menatap Kayesha bahkan dengan tatapan kosongnya.

Sastra masih mencerna ini semua dan teguran dari Kayesha membuatnya akhirnya kembali ke kenyataan. Sastra kembali memokuskan tatapannya pada Kayesha yang kini tengah menatapnya sendu walau bibirnya sedikit menyunggingkan senyuman. Sejujurnya Kayesha sendiri tidak rela, tetapi apa boleh buat, dua hari lagi ia sudah harus kembali berkuliah.

Sastra menghembuskan napas berat, ia mengalihkan tatapannya dari Kayesha ke arah di mana semua orang yang mengantar Kayesha berada. Ya, mereka sudah berada di bandara dan bukan hanya Sastra yang datang untuk mengantar Kayesha. Welda, Siren, Celo, Kenzie, dan Bimasya berada di sana bersama kedua orang tua Sastra yang kini tengah mengobrol dengan Yudha, Ayla dan Romy.

Mereka juga sengaja menjauh untuk memberikan waktu kepada Sastra dan Kayesha untuk bicara berdua.

"Kasian banget Si Sastra, baru ketemu berapa hari udah mau ditinggalin lagi," ujar Bimasya yang berdiri bersebelahan dengan Celo.

"Setidaknya kali ini kita semua tahu Kaye ada di mana," sahut Welda yang berdiri bersama Siren di depan para lelaki itu.

Mereka berlima pada akhirnya hanya bisa menatap Kayesha dan Sastra tanpa berniat untuk mengganggu dua sosok itu.

"I'll text you ...," ujar Kayesha masih dengan nada lirihnya dan apa yang ia katakan membuat Sastra sedikit terkejut. Sastra pikir ia salah dengar.

"Will you?" tanya Sastra untuk memastikan dan ya, Kayesha mengangguk mengiyakan. "Would you pick up my phone call?" sambung Sastra yang kembali mendapat respon berupa anggukan kepala.

Suasana lalu menjadi hening untuk beberapa saat sampai akhirnya Sastra kembali mengajukan sebuah pertanyaan tetapi dengan nada ragu yang amat kentara.

"May I ... come to see you there?"

Ya, Sastra cukup ragu untuk mengutarakan pertanyaan itu, ia takut Kayesha akan langsung menolaknya mentah-mentah. Namun, ketakutannya seketika sirna ketika Kayesha untuk kesekian kalinya menganggukkan kepalanya.

"Just come whenever you want, Sastra ...."

Ya, Kayesha sama sekali tidak menolak dan itu membuat Sastra yang awalnya ragu menjadi sangat terkejut.

"Jadi ... jangan sedih-sedih kayak gini, ya?"

Tanpa benar-benar sadar sebelah tangan Kayesha terangkat, ia mengusap sisi wajah Sastra dengan wajahnya yang masih menunjukkan rasa sedihnya. Perlahan satu tangan Sastra ikut terangkat, ia langsung menghentikan tangan Kayesha yang masih ada di wajahnya lalu setelahnya menarik Kayesha dan memeluk Kayesha dengan erat. Kayesha awalnya terkejut tetapi perlahan ia mulai membalas pelukan Sastra sehingga membuat teman-teman mereka yang sejak tadi masih memperhatikan pun mulai menyunggingkan senyum haru mereka.

SUARA SASTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang