33

403 62 11
                                    






***

"Aku gak mau laki-laki lain, Sas ... Aku mau kamu yang pasang cincin di jari manis kananku nanti ...."

Sastra menatap Kayesha lamat-lamat. Ia bukannya tidak mendengar perkataan Kayesha tetapi justru perkataan Kayesha tersebutlah yang membuat Sastra terpaku.

Ia tidak salah dengar, kan?

Melihat Sastra yang menatapnya begitu lekat dengan tatapan yang sendu membuat Kayesha tersenyum kecil. Ia kembali mengusap pipi Sastra lalu berkata, "Katanya kamu mau tunggu aku sampai lulus kuliah, kok sekarang malah nuduh aku punya laki-laki lain? Kamu gak mau ya nungguin aku?"

Sastra tersadar, ia dengan panik langsung menggelengkan kepalanya kuat bahkan tangannya yang masih menggenggam tangan Kayesha pun mempererat genggamannya.

"Aku gak bilang gitu! Aku bakal tunggu kamu," ujar Sastra dengan nada menggantungnya. "Tapi ... aku takut kamu udah gak suka sama aku. Aku takut kamu terpaksa dan aku juga inget kalau waktu itu, kamu minta putus ...."

Ya, sejujurnya sejak kepulangan kembali Kayesha ke Seattle, Sastra sering merenungkan apa yang ia katakan di kalimat terakhirnya. Sastra tidak lupa, malam sebelum kejadian perampokan itu terjadi Kayesha mengatakan jika hubungan mereka selesai sampai di sana walau saat itu Sastra tidak menyetujuinya. Lalu setelahnya walau Sastra berada di samping Kayesha, ia tidak pernah sempat mencari kejelasan mengenai hubungan mereka saat itu sampai akhirnya Kayesha pun pergi, kan?

Perkataan terakhir Sastra membuat Kayesha langsung teringat juga pada kejadian itu, saat itu ia meminta mereka menyudahi hubungan setelah ia mendengar jika Sastra berpacaran dengan Fayza, kan?

Kayesha mengembalikan tatapannya pada Sastra lalu berkata, "Waktu itu banyak kesalahpahaman di antara kita, kan?"

Sastra langsung mengangguk membenarkan tanpa keraguan sedikit pun karena ia tahu yang Kayesha maksud sudah pasti mengenai perkataan Sila.

"Boleh aku tanya kamu satu kali lagi, apa alasan kamu tiba-tiba tembak aku dulu? Apa itu ada hubungannya sama Fayza?"

Sastra dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Aku tiba-tiba nembak kamu karena denger Dion mau nembak kamu. Selama aku ada di atas panggung aku gelisah, aku terus tatap kamu dari kejauhan dan coba tanya diri aku sendiri, apa aku emang suka kamu atau enggak? Apa aku rela Dion pacaran sama kamu atau enggak? Dan yang terakhir, aku juga bertanya-tanya tentang perasaanku ke Fayza."

Sastra menjeda sejenak perkataannya, ia menarik napas dalam-dalam lalu kembali melanjutkan apa yang ingin ia sampaikan kepada Kayesha.

"Kamu tahu, saat itu aku tanpa sadar bandingin kamu sama Fayza? Kalian bener-bener berbeda dalam segala hal dan itu buat aku bertanya ke diri sendiri dengan siapa aku merasa lebih nyaman? Aku memang pernah menyukai Fayza dalam waktu yang lebih lama, tapi saat itu aku sadar kalau berada di samping Fayza gak bikin aku senyaman saat lagi sama kamu."

Sastra kembali menjeda ucapannya, ia mengubah posisi duduknya yang kini sepenuhnya menghadap ke arah Kayesha. Tangan kiri Sastra lalu meraih tangan kanan Kayesha yang membuat kini dua tangan Kayesha ada dalam genggamannya.

"Ternyata waktu singkat yang kita habisin bersama buat aku sadar kalau waktu lama yang aku lalui sama Fayza bahkan gak ada apa-apanya ... Saat itu aku tahu kalau yang aku mau itu kamu."

Kayesha menatap Sastra lamat-lamat, seakan mencoba mencari keraguan tetapi ia tidak melihat itu. Sedikitpun tak ada keraguan yang ia dapat dari sorot mata Sastra.

SUARA SASTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang