34

423 62 9
                                    


selamat membaca



***


"Hahaha ...."

Tatapan horror Sastra berubah menjadi tatapan kebingungan saat tawa Kayesha yang tidak begitu kencang tiba-tiba pecah. Kayesha tertawa puas dan jauh lebih puas lagi ketika melihat raut kebingungan Sastra. Sebelah tangan Kayesha pun terangkat, mengusap pipi kiri Sastra dan itu menyadarkan Sastra. Bukan hanya dari kebingungannya tapi juga menyadarkannya jika Kayesha baru saja mengerjainya.

"Sayang ... aku kaget lho ...," ujar Sastra dengan suara pelan dan raut nelangsa yang semakin membuat Kayesha terpingkal.

"Makanya kamu tuh jangan becandain aku terus. Aku juga bisa bales kamu, Sastra."

Sastra menghembuskan napas kasar, sungguh ia terkejut pada respon Kayesha tadi. Ia pikir Kayesha benar-benar salah paham.

"Kamu sekalinya bercandain aku, jantungku rasanya kayak mau copot," sahut Sastra yang langsung kembali menyandarkan kepalanya di atas bahu Kayesha dengan satu tangan lain yang menyentuh dadanya.

Kayesha kembali tertawa kecil, ia tidak mengatakan apa pun tapi yang pasti ia benar-benar puas sudah berhasil membuat Sastra tampak ketakutan. Setelah beberapa menit sama-sama diam, dengan Sastra yang sudah kembali memeluknya, Kayesha tiba-tiba teringat sesuatu sehingga ia mencoba menatap Sastra yang masih menyandarkan kepala di bahunya.

"Sas ...," panggil Kayesha yang membuat Sastra mendongak. "Kamu nanti pulang aja, jangan tungguin aku ... Aku lama lho."

Sastra menggeleng pelan. "Aku maunya nungguin kamu, aku kan bawa kerjaanku juga. Nanti aku cari tempat duduk yang nyaman buat kerjain kerjaanku. Kamu tenang aja, kuliah yang bener, yang fokus, jangan khawatirin aku."

Kayesha tak bisa mendebat Sastra, lagi-lagi ia kalah dan akhirnya hanya bisa pasrah seraya menganggukkan kepalanya. Sekitar 20 menit kemudian mereka akhirnya sampai di stasiun dekat kampus Kayesha. Mereka melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki dan dengan tangan yang saling menggenggam. Mereka juga mengobrol selama sisa perjalanan sampai akhirnya mereka sampai di kawasan kampus Kayesha.

"Kamu kalau bosen tunggu aku pulang aja ya, Sas?" ujar Kayesha saat mereka sampai di depan gedung perkuliahan.

Kayesha menatap Sastra lekat seakan ingin menunjukkan jika ia sangat serius pada perkataannya sehingga Sastra pun mengangguk seraya tersenyum.

"Iya, Sayang ... udah ya jangan khawatirin aku. Kalau aku bosen gampang kok aku bisa pergi ke mana aja nanti."

Sebelah tangan Sastra terangkat ke sisi wajah Kayesha, ia mengusap lembut pipi Kayesha sampai tiba-tiba tanpa Kayesha duga, Sastra mengikis jarak dan memberikan kecupan di pipinya. Kayesha terkejut tetapi Sastra justru tersenyum melihat keterkejutannya.

"Sana masuk," ujar Sastra menyadarkan Kayesha dan ia juga langsung memutar tubuh Kayesha lalu mendorong pelan punggung Kayesha. "Semangat ya, Sayang."

Kayesha hanya bisa menoleh tanpa mengatakan apa pun sampai akhirnya ia melangkah pergi dengan wajah yang masih terasa panas. Ya, kecupan yang Sastra beri di pipinya tadi berhasil membuat Kayesha tersipu. Setelah Kayesha hilang dari pandangannya, Sastra pun mencari tempat nyaman untuk duduk dan mengerjakan pekerjaannya, ya, ia tetap akan menunggu Kayesha di sana.

Sastra pun mulai membuka laptopnya setelah ia mendapat tempat duduk yang nyaman. Ia melirik jam tangannya dan ini sudah jam 10 yang artinya ia hanya harus menunggu Kayesha selama 4 jam. Hanya 4 jam tentu bukan masalah, kan? Ia bahkan sebelumnya sudah pernah menunggu Kayesha lebih lama sehingga ia tidak memiliki alasan untuk pergi atau merasa bosan hanya karena harus menunggu Kayesha selama 4 jam.

SUARA SASTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang