20. Kepergian Cinta Yang Abadi

12.8K 905 26
                                    

"Siapapun gak akan bisa menghindari yang namanya takdir kematian, kalau emang udah waktunya pulang. Mau lo sembunyi kemanapun tetap aja kematian akan menghampiri."
Azrin Arabella
.
.
.
🌊🌊🌊

Malam hari di ndalem yang seharusnya sepi dan sunyi kini terjadi keributan karena seorang wanita yang menangis, meraung-raung di sana, dia adalah Azrin yang membuat suasana menjadi ribut di teras ndalem.

"Enggak! Gak mungkin. Ini semua pasti bohong!" Azrin menangis dan berteriak seperti orang yang kehilangan akal.

Ayana terus berusaha menenangkan Azrin yang berada di pelukannya, semua orang juga sama panik dan sedihnya dengan Azrin. Apalagi melihat kondisi Azrin yang bisa dikatakan tidak baik, membuat At-Tabligh dan Al-Tarbiyyah begitu pula dengan pemilik pesantren ini menatap iba.

"Na ... Abang gak mungkin pergi iya, kan? Abang udah janji mau balik ke sini setelah gue lulus. Dia bilang cuma mau pergi ke Mesir kan, Na." Racau Azrin, dipelukan Ayana. Air mata sudah mengalir deras membasahi wajahnya.

Pakaian nya juga sudah berantakan dengan beberapa helai rambut yang sudah keluar dari hijab.

"Ayana jawab! Abang gak pergi kan, Na? Ini cuma mimpi, kan? Abang gue masih hidup. Dia gak mungkin meninggal, baru tadi pagi dia pamit sama gue, lalu gak mungkin malam ini dia udah gak ada." Tangisan memilukan dari Azrin, membuat semua orang ikut merasakan sakit, mereka juga ikut mengeluarkan air mata mendengar racauan Azrin.

Ayana tak kalah histeris nya seperti Azrin, ia juga sama. Menangis dalam diam dan berusaha tetap tenang. Walaupun di dalam hati, ada perasaan tak percaya saat mendapat kabar dari pihak rumah sakit, bahwa seorang Kaisar Alvero telah meninggal dunia akibat kecelakaan, namun beruntung jasad Vero sudah dikembalikan ke kediaman keluarga Azrin.

"Rin, istighfar. Kamu harus ikhlas, Rin." Tangis Ayana, semakin erat memeluk Azrin.

"Abang!"-Azrin menangis, dan berteriak-"Kenapa lo pergi bang ... kenapa lo ninggalin gue ... gue benci lo. Lo jahat bang ..."

Azrin memukul dadanya sendiri, merasakan sakit luar biasa, orang yang selalu menjadi pelindung nya, yang menjadikannya ratu, yang menjadi tempat curhat nya, yang selalu mengerti dirinya, yang selalu menemaninya kini sudah tiada.

"Azrin." Panggil Ayana, dengan lirih saat tak merasakan pergerakan apa-apa dari Azrin.

"Dia pingsan, Na. Sebaiknya bawa Azrin masuk ke ndalem dulu." Suruh kyai Umar.

"Enggak ... aku mau pulang. Aku mau lihat abang," ternyata Azrin tak pingsan, ia hanya lemas dan memejamkan mata saja.

"Kita kesana besok aja ya, ini udah malam." Bujuk bu nyai, yang ikut merangkul Azrin yang tak berdaya duduk di tanah.

Azrin menggeleng lemah. "Gak mau ... Mau ketemu abang sekarang."

Air mata tak hentinya mengalir deras di pipi Azrin.

"Iya, kita kesana sekarang, tapi janji dulu jangan nangis lagi. Azrin kan kuat, nanti kalau abang liat kamu nangis, dia ikutan sedih." Bujuk Ayana. Tak kuasa menahan tangisnya.

"Iya, Azrin gak nangis lagi." Lirih nya menyembunyikan wajah di leher Ayana.

🌊🌊🌊

Mobil baru saja terparkir di kediaman keluarga Azrin, ada dua mobil yang dibawa oleh Al-Tarbiyyah dan At-Tabligh yang ikut serta untuk menjaga Al-Tarbiyyah, bagaimanapun mereka khawatir jika Al-Tarbiyyah pergi sendiri di keadaan kacau seperti sekarang ini.

Azrin berlari keluar mobil dan masuk kerumah nya dengan sesekali terjatuh karena kehabisan tenaga, Ayana membantu Azrin berdiri dan melangkah masuk. Azrin sangat berharap bahwa kabar itu tidak benar, ia berharap ini cuma mimpi, dan ia berharap ini hanya prank seorang Alvero saja, karena ia sangat tau bahwa abangnya seringkali mengeprank dengan banyak cara.

Tasbih Pembawa JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang