31. Ditolak lagi

14.5K 1.1K 262
                                    

Assalamu'alaikum Relifna

WAJIB BACA!

Hay kalian, buna kan udah bilang yah. Tolong jangan spoiler tentang kematian Ayana bahwa itu cuma mimpi Alif, tapi ternyata ada beberapa readers yang malah spoiler di komentar akun tiktok buna tentang itu.

Buna gak marah, cuma buna minta tolonggg banget, tolong dong jangan di spoiler. Agar pembaca baru bisa merasakan apa yang terjadi dalam cerita, kalau misalnya mereka udah tau adegan apa yang akan terjadi kan jadinya gak akan ada kesan apa² dalam diri pembaca. Jadi sekali lagi buna mohon dan minta tolong banget, tolong jangan spoiler tentang kematian Ayana yang hanya mimpi Alif saja yah🙏🏻

Buna up lagi nih, soalnya melihat semangat Relifna dlm memberi komen membuat buna ingin memberikan apresiasi berupa up bab ini, gimana senang gak?

Walaupun vote nya belum tembus target, ya udah lah yah. Untuk menemani malam senin Relifna agar sedikit bersemangat sebelum menyambut hari esok, yaitu hari senin!

Hari senin tuh entah kenapa gak enak banget kan ya

Ok tanpa lama² yuk langsung baca

Selamat membaca🤗

🌊🌊🌊

Dalam ruangan Ayana kini tengah ramai suara canda tawa yang berasal dari At-Tabligh dan Al-Tarbiyyah, selain itu keluarga Ayana juga berada disana.

"Assalamu'alaikum." Salam Alif yang baru saja masuk bersama Kaizo dengan tangan yang penuh dengan barang.

"Kalian bawa apaan?" Razka, bertanya mewakili kebingungan semua orang.

Kaizo meletakkan makanan di hadapan At-Tabligh dan Al-Tarbiyyah, dengan rusuh mereka mengambil makanan itu. Sedangkan Alif menghampiri Ayana, dan duduk di kursi sebelah kanan Ayana.

"Bagaimana keadaan kamu?"

"Sudah jauh lebih baik gus, dokter bilang besok udah boleh pulang." Jawab Ayana, setelah ia menelan makanan yang disuapin oleh Karin.

"Alhamdulillah, ini. Sesuai janji saya, dan untuk novel beserta ayamnya saya akan berikan ketika kamu sudah kembali ke pesantren." Alif menunjuk coklat dan bakso yang ia letakkan disamping nakas.

Ayana terkejut. "Gus, ini seriusan? Padahal gak perlu loh, aku bisa beli sendiri kalau mau."

"Saya tak menerima penolakan." Tandasnya.

"Huh, dasar tukang paksa."

"Na, maafkan saya karena kemarin tak dapat menolong disaat kamu mengalami kecelakaan." Celetuk Kaizo yang berdiri di samping Alif.

"Iya om gak papa kok, dan makasih ya karena om udah khawatirkan aku," kata Ayana, tersenyum.

Kaizo tersenyum menatap Ayana, senyum yang jarang ia perlihatkan pada orang lain karena sikapnya yang selalu dingin."Tentu saja Na, kamu ini kan udah om anggap seperti anak sendiri, dan tuan Devan juga sudah menitipkan kamu kepada saya. Jadi sudah sewajarnya saya mengkhawatirkan kamu."

Selesai meminum air nya Ayana kembali berbicara."Om sini deketan dulu deh,"panggil Ayana dengan tangan yang menyuruh untuk mendekat.

Kaizo sedikit membungkukkan badan agar bisa mendengar perkataan Ayana. "Om, kok aku gak ngerasain sakit apa-apa ya? Terus dari kemarin juga gak pernah muntah darah lagi? Om tau kenapa bisa gitu?" bisiknya bertanya.

Tasbih Pembawa JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang