33. Masih terluka

12K 980 63
                                    

Buna double up nih, seneng gak?

🌊🌊🌊

Sudah satu bulan lamanya sejak kejadian dimana Alif dijebak oleh Putri. Tetapi Alif tak pernah mau keluar kamar dan berkumpul bareng para sahabatnya lagi, kini ia menjadi pribadi yang semakin dingin bahkan ke nyai Aminah saja sangat jarang ia mau berbicara. Alif hanya akan keluar ketika waktunya makan dan shalat saja, selebihnya ia akan kembali berdiam diri di kamar. Bahkan sejak kejadian itu tak ada hari tanpa menangis, setiap harinya Alif selalu menangis karena menyesali kesalahan nya. Meskipun itu hanya ketidaksengajaan saja.

"Assalamu'alaikum." Salam nyai Aminah masuk dengan tangan membawa nampan berisikan makanan untuk Alif.

Nyai Aminah melihat Alif yang kini belum beranjak dari sajadah nya, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Nyai Aminah mendekati Alif setelah meletakkan nampan di atas meja.

"Nak, makan dulu yuk." Ucap nyai Aminah lembut untuk membujuk Alif yang kini sedang berdzikir menggunakan tasbih dengan air mata yang menetes, dan kini mata Alif sudah sangat bengkak akibat terus-terusan menangis.

Alif menghentikan kegiatannya, kemudian disaat ia menoleh ingin melihat nyai Aminah, Alif merasa khawatir karena pandangannya yang mengabur.

"U-umi, mata Al kenapa?" Tanyanya.

Nyai Aminah yang mendapat pertanyaan itupun merasa sangat khawatir. "Mata kamu emangnya kenapa nak? Apa yang terjadi?"

"Al, gak bisa liat umi. Penglihatan Al, buram." Beritahu nya, dengan suara sedikit bergetar.

"Ya Allah Al, kita ke rumah sakit sekarang ya, umi khawatir sama kamu." Nyai Aminah membantu Alif berdiri dan mulut nya kini tak henti hentinya berdoa semoga Alif tak kenapa napa.

"Tunggu sini bentar nak," setelah mengatakan itu nyai Aminah pergi keluar kamar Alif, dan disaat ia kembali nyai Aminah membawa sebuah kain hitam ditangannya.

Nyai Aminah menghampiri Alif yang duduk di kasur lalu mengikat kan kain itu untuk menutupi mata Alif.

"Umi sedang apa?"

"Mata kamu bengkak, di depan ndalem ada para sahabat kamu, nanti kalau mereka lihat yang ada kamu malah ditertawakan." Beritahu, nyai Aminah.

Alif mengangguk paham lalu berjalan dengan dituntun oleh nyai Aminah. Lalu kemudian sesampainya di depan ndalem para At-Tabligh menatap heran pada Alif yang matanya tertutup kain hitam.

"Umi dan mas Ali mau kemana?" tanya Adnan, melihat Ali yang mengeluarkan mobil dari garasi.

"Ini loh, Alif katanya penglihatan dia buram jadi umi berniat mau bawa ke rumah sakit untuk diperiksa," jawab nyai Aminah, dengan tangan yang sibuk memperbaiki posisi tas selempang nya.

"Itu pasti gara-gara lo nangis terus Al, semoga aja gak kenapa napa deh. Kita semua bantu doa disini," sahut Razka, menatap kasihan pada sahabatnya yang satu ini.

Mungkin akan banyak orang yang mengatakan bahwa Alif terlalu berlebihan, karena hanya melihat aurat seorang wanita saja Alif sampai sesedih itu. Tetapi berbeda halnya dengan Alif yang mengalaminya, dimana selama ini ia sangat menghindari hal-hal yang dilarang oleh Allah dan agamanya, sehingga apa yang telah terjadi kemarin membuat Alif sangat merasa berdosa dan sangat takut jika Tuhan nya marah.

Ibaratnya tuh ketika orang tua kamu melarang sesuatu untuk kamu lakukan kemudian kamu mendengarkan dan menuruti perintah mereka karena takut akan kemarahannya. Tapi pada suatu hari ada saat dimana ketika kamu tak sengaja melanggar aturan itu tentulah kamu akan merasa takut dan khawatir, kan? Begitu pula dengan yang saat ini Alif rasakan.

Tasbih Pembawa JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang