Chapter 12

98 30 4
                                    

Chapter 12: "Gyuvin or Jungwon"────── ⪩·⪨ ──────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 12: "Gyuvin or Jungwon"
────── ⪩·⪨ ──────

Selepas menjenguk Ibunya Jungwon, mobil Ahrin akhirnya sampai di rumah. Ahrin terkejut melihat Gyuvin sudah berdiri di depan rumahnya.

"Gyuvin?"

Tidak ada senyuman seperti biasa. Sorot matanya dingin. Ahrin langsung tahu ada yang tidak beres.

"Kenapa baru pulang sekarang? Habis dari mana?" tanya Gyuvin, nada bicaranya tajam.

Ahrin terdiam. "Dari rumah sakit," jawabnya hati-hati.

"Kamu gak ingat hari ini hari apa?" tanya Gyuvin.

Napas Ahrin tercekat. Perasaan bersalah menguasai hatinya. Ulang tahun Gyuvin.

Gyuvin mendengus. "Kenapa kamu nggak balas pesan atau angkat telepon aku?"

Panik, Ahrin merogoh tas untuk mencari ponselnya. Layar ponselnya tetap hitam meski sudah berkali-kali ditekan. Sial, ternyata dari tadi ponselnya mati total.

"H-habis baterai, Vin..."

Kalimat yang akan Gyuvin lontarkan berikutnya sama sekali tidak Ahrin antisipasi.

"Kamu nggak selingkuh kan, Rin?"

Mata Ahrin terbelalak. "Hah?? Nggak lah. Aku nggak mungkin selingkuh dari kamu."

"Terus kenapa kamu nggak datang di ultah aku? Sibuk selingkuhnya sama Jungwon?" Gyuvin berkata pedas.

Ahrin menelan ludahnya. Gyuvin bukan tipe pacar yang sering marah, tetapi sekalinya marah bisa mengancam hubungan keduanya. Namun, sekarang Gyuvin tampak marah besar. Wajah hingga lehernya merah padam.

"Nggak, Vin, aku bisa jelasin."

Gyuvin menarik napas. "Jelasin sekarang."

Ahrin terdiam. Otaknya sibuk merangkai alasan, tetapi setiap alasan yang terpikirkan selalu berujung pada nama Jungwon. Tidak ada cara lain agar bisa menghindari nama Jungwon.

"Aku ... jenguk ibunya Jungwon."

Gyuvin tertawa, bukan jenis tawa yang enak didengar. Rasanya Gyuvin sedang menertawakan alasan konyol Ahrin.

"Hebat ya kamu. Selingkuh sampai ketemu sama Ibunya. Buat apa? Minta restu? Kalian mau nikah?"

"Nggak gitu, Sayang." Ahrin mengepalkan tangannya, matanya panas menahan tangis. Demi apapun ia benci mendengar pacarnya yang seperti ini.

"Terus apa?! Pacar kamu ultah, tapi kamu malah pergi jenguk ibu selingkuhan kamu."

"Stop panggil Jungwon selingkuhan aku, Vin. Dia bukan selingkuhan aku!"

"Oh ya?" Sorot mata Gyuvin membara.
"Sekarang pilih, Rin. Pilih aku atau Jungwon."

Ahrin menelan salivanya. "Jelas kamu lah, Sayang."

"Kalau gitu buktikan," tantang Gyuvin. "Jauhin Jungwon sekarang. Suruh Papa kamu pecat Jungwon. Aku bisa gantiin dia jadi bodyguard kamu. Gratis. Aku bakal pindah sekolah dan masuk ke kelas yang sama dengan kamu."

Tawaran Gyuvin menggantung di antara mereka, menggiurkan dan mencekik. Ahrin ragu. Kedengarannya sederhana—memutuskan hubungan dengan Jungwon dan mengamankan hubungannya. Namun, pikirannya dipenuhi bayangan khawatir wajah Jungwon dan tagihan rumah sakit ibunya. Ahrin tidak bisa membayangkan menempatkan Jungwon dalam situasi yang lebih buruk.

Memilih Gyuvin akan membawa kebahagiaan dalam hubungannya, tetapi Jungwon akan terbebani oleh utang dan biaya rumah sakit. Di sisi lain, memilih Jungwon akan mengancam hingga putusnya hubungan antara Ahrin dan Gyuvin. Namun, meskipun berisiko, Ahrin tahu bahwa memilih Jungwon berarti dia tidak perlu menanggung rasa bersalah karena menghancurkan kehidupan orang lain.

Mata Ahrin panas. "Sayang, aku nggak bisa...."

"Kenapa?! Kalo kamu peduli sama hubungan kita harusnya kamu ngelakuin apa yang aku mau dong?!!" seru Gyuvin marah.

"Itu karena pekerjaannya, Yang! D-dia ngelakuin ini demi pengobatan Ibunya—"

Gyuvin tertawa, menyela omongan Ahrin, "Tuh kan! Dikit-dikit Jungwon lagi. Ngaku aja sebenarnya kamu lebih peduli sama dia kan ketimbang aku? Ngaku, Rin!"

"Itu nggak benar, Vin!" sahut Ahrin. Air mata menetes, membasahi pipi. Astaga, apa yang harus aku katakan? "Kenapa sih kamu nuduh kayak gitu? Aku berusaha melindungi hubungan kita!"

"Nuduh? Kamu liat aja sendiri." Gyuvin memperlihatkan ponselnya pada Ahrin. Menunjukkan foto dirinya dan Jungwon di dalam kelas, saat Ahrin ingin mengukur lingkar kepala Jungwon. Bagaimana pun, keduanya lebih terlihat seperti berciuman—karena angle kamera.

"Sekarang masih bisa ngelak, Rin?" tanya Gyuvin, nadanya dingin.

"I-itu siapa yang ngirim?"

"Gak masalah siapapun yang ngirim ini—"

"Justru orang yang ngirim foto itu berusaha menyabotase hubungan kita, Vin! Lagi pula itu semua cuma salah paham! Pas itu aku mau ngukur lingkar kepalanya Jungwon buat bikin mahkota untuk tampil drama musikal nanti."

Gyuvin diam, berusaha meredam amarahnya yang semakin membara. "Oke, aku percaya,"

Ahrin menghela napas lega. Namun, kelegaannya tak berlangsung lama.

"Sekarang kalau kamu masih peduli sama aku, pecat dia, Rin," ucap Gyuvin.

"Kalau aku pecat Jungwon, dia gak akan punya apa-apa!" tangis Ahrin putus asa. "Kenapa kamu tega meminta aku ngelakuin hal itu?"

"Bagaimana dengan aku, Rin?" Gyuvin memegang dua bahu Ahrin kuat-kuat. "Kamu pikir mudah melihat kamu dekat sama cowok lain? Kamu nggak mikir perasaan aku?"

Ahrin ingin marah, sebab semua perkataannya diputar balik oleh Gyuvin. Jika ia membahas tentang Jungwon, ia dianggap selingkuh. Sedangkan jika ia membahas hubungannya dengan Gyuvin, pacarnya itu justru memintanya memecat Jungwon.

"Cukup, Rin, aku capek. Sekarang pilih aku atau Jungwon," ucap Gyuvin memberi ultimatum terakhir.

Ahrin frustrasi. Ultimatum yang menjadi opsi pilihannya berujung pada hancurnya salah satu hubungan. Gyuvin atau Jungwon. Air mata Ahrin kian deras. Gadis itu tak sanggup memilih. Sebab apapun pilihannya, salah satunya akan tersakiti.

Setelah memikirkan baik-baik konsekuensinya, Ahrin memantapkan keputusannya. "Gyuvin, maafin aku, tapi aku nggak bisa memecat Jungwon."

Gyuvin kehilangan kata-kata. "J-jadi itu jawaban kamu?"

Ahrin menganggukkan kepala. Jelas memilih Jungwon.

Gyuvin tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. "Kita putus. Aku muak sama kamu, Rin." Ia berbalik dan pergi melangkahkan kakinya. Meninggalkan Ahrin dengan luka di hati yang menganga lebar. 

——♡——
To be continued

n/a:
Yahoooooo finally putus juga 🥳

Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang