Chapter 3

108 29 5
                                    

Chapter 3: "Would You Like to Pay?"────── ⪩·⪨ ──────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 3: "Would You Like to Pay?"
────── ⪩·⪨ ──────

"Auntie pulang!!!"

Ahrin mematikan tabletnya. Matanya menengok ke arah ruang tamu. Pintu yang terbuka lebar menampilkan sosok tantenya, adik ayahnya. Tante yang lebih suka dipanggil Auntie terlihat masih muda. Mungkin umurnya kisaran 30 tahunan.

Ia mengenakan pakaian branded dari atas kepala sampai kaki. Riasan wajahnya tebal. Syal motif macan tersampir di bahunya. Tas Chanel hitam melipir di tangannya. High heels hitam menghentak-hentak lantai. Jika ditotalkan, harga pakaian yang dikenakannya bisa-bisa seharga kontrakan rumah lima tahun.

Ahrin geleng-geleng menatap Auntie-nya. Untuk ukuran wanita generasi sebelum Ahrin, Auntie-nya sangat fashionable.

"Auntie punya berita bagus. Coba kamu tebak."

Tanpa pikir panjang Ahrin menjawab, "Auntie menang lelang."

"Correct, honey. Coba kamu tebak harganya."

Ahrin mengangkat bahu. "Gatau. 100 juta?" Tebaknya asal.

Auntie menggeleng, kini semakin antusias. Sepuluh jarinya terangkat, lalu berubah jadi lima jari. "1,5."

"1,5 milyar?!??" tanya Ahrin. Angka yang konyol hanya untuk sebuah tas.

"Tasnya bagus, Ahrin. Collab dua brand. Louis Vuitton dan Supreme."

Ahrin menggeleng-gelengkan kepala heran. Bukan hal yang mengejutkan lagi jika tantenya membayar mahal untuk lelang tas limited edition. Yang membuat Ahrin heran adalah itu cuma tas. Apanya yang spesial? Fungsinya juga sama-sama menyimpan barang.

Seakan membaca isi pikiran Ahrin, Auntie-nya menjentikkan jarinya. "Huh kamu ini gak ngerti fashion! Ini Auntie bawa oleh-oleh buat kamu."

Dengan gestur tangan, dua orang pembantu datang membawa kotak.

"Coba kamu buka."

Ahrin membuka satu kotak. Di dalamnya ada sneakers hitam putih.

"Auntie bosan ngeliat kamu pake sepatu itu-itu aja terus," ucapnya. "Besok sekolah Auntie mau kamu pake itu. Bagus loh itu, merk Louis Vuitton, dibeli dari Prancis langsung."

Ahrin hanya berdeham. "Hm. Thanks, Auntie."

Ahrin mencoba sneakers itu. Muat dan nyaman dipakai. Ia pun memasukkan sepatu ke dalam kotak, lalu naik ke atas kamarnya untuk menyimpan sneakers baru tersebut.

Sambil menatap punggung Ahrin yang mulai menjauh, perempuan berusia 30 tahunan itu mengalihkan pandangannya pada pigura berbingkai keemasan yang menempel di dinding. Hanya ada Ahrin dan Papanya dalam foto.

Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang