Chapter 7

142 32 4
                                    

Chapter 7: "Fever"────── ⪩·⪨ ──────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 7: "Fever"
────── ⪩·⪨ ──────

Kelas 2-1 berkumpul di gedung olahraga indoor. Semuanya mengenakan seragam olahraga dan berbaris rapi. Sesuai arahan ketua kelas, mereka semua akan mulai pemanasan dan berolahraga.

"Pagi, Anak-anak! Hari ini kalian main dodgeball. Aturannya sederhana. Kelas dipecah jadi dua tim, tentukan seorang ratu dalam tim. Jika ratu diserang lawan, maka tim dianggap kalah. Setuju?" jelas Wonwoo, guru olahraga.

Helaan napas dan seruan iya menggema. Ketua kelas mulai menentukan pembagian tim berdasarkan barisan. Jungwon dan Ahrin masuk ke dalam satu tim yang sama.

"Siapa yang mau jadi ratu woi?"

"Gue pengen, tapi gue lemot. Gimana dong?" jawab Rei.

"Gue aja kalo gitu," usul Leeseo.

Semuanya sepakat untuk menjadikan Leeseo sebagai ratu tim.

"Woi, tim sebelah ratunya Wonyoung. Mana di sana ada Haruto, Anton, dan Ricky. Mampus kita dikeroyok," gerutu Jeongwoo sebal.

Ahrin sebenarnya tidak begitu ambil pusing tentang siapa yang jadi ratunya. Lagi pula menurutnya Leeseo cocok untuk jadi ratu dalam tim. Tubuhnya kecil dan lincah.

Pertandingan dodgeball pun dimulai. Dari tim Wonyoung, ada Haruto yang melempar bola menyerang tim Leeseo. Satu per satu pemain mulai keluar setelah terkena lemparan bola dari lawan. Pertandingan antar tim cukup kompetitif dan seru. Mereka tampak bersenang-senang dalam bermain.

Sepuluh menit berlalu. Banyak pemain yang sudah keluar. Kini tawa mereka digantikan keheningan yang menegangkan. Pertandingan dodgeball antar tim kelas terasa sama serunya dengan piala dunia. Oke, yang ini hiperbolis.

Dari tim Leeseo yang hanya tersisa dirinya, Ahrin, dan Jungwon. Selain itu dari tim lawan ada Wonyoung dan Haruto yang masih bertahan.

Jungwon berdiri di depan Ahrin layaknya perisai. Melindunginya dari lemparan bola. Meski Leeseo ratu tim, dari gerak-gerik Jungwon ia seakan lebih melindungi Ahrin ketimbang Leeseo.

Ahrin mendekat, berbisik padanya. "Won, lindungin Leeseo. Bukan lindungin gue."

Bukannya mendengarkan, Jungwon bersikap cuek. Ia menangkap bola lemparan Haruto. Ahrin jadi tak enak hati dengan Leeseo. Padahal Leeseo lah yang harusnya dilindungi, bukan dirinya.

Jungwon melempar bola ke arah Wonyoung. Haruto menangkap bola tersebut, lalu secepatnya melempar ke pemain di luar lapangan, lebih tepatnya di belakang Ahrin.

Jungwon refleks berbalik ke belakang. Ahrin yang mencoba mundur mendadak kehilangan keseimbangannya. Sebelum tubuhnya terjatuh, ia menarik lengan Jungwon sebagai tumpuan.

Tetapi lengan Jungwon tak cukup kuat menahannya. Kini Ahrin dan Jungwon sama-sama terjatuh.

Tubuh Ahrin terbentur di lantai. Di atasnya ada Jungwon yang berusaha menumpu tubuhnya agar tidak menimpa Ahrin. Posisi jatuh yang canggung.

Dari jarak sedekat ini, Ahrin merasakan hangatnya tubuh dan napas Jungwon. Dari jarak sedekat ini pula Ahrin memperhatikan tiap detail wajah Jungwon. Matanya mirip kucing dan bibirnya lebih pucat daripada biasanya....

Ahrin menelan salivanya. Ini terlalu dekat.

Keduanya saling bertatapan. Tiba-tiba Jungwon bangkit. Memberikan ruang pada Ahrin.

Hampir semua murid menghampiri Ahrin. Jatuhnya mereka berdua menghentikan permainan. Seowon menghampirinya panik.

"Rin? Lo gapapa? Lo sakit ya? Muka lo merah."

Seowon memegang dahi Ahrin. "Rin, kayaknya lo demam deh. Jidat lo panas njir."

Jungwon refleks mendatangi Ahrin. Raut wajahnya khawatir. "Maaf, saya gak sengaja menimpa—"

"Gak papa!" Ahrin terbatuk-batuk. Kalimat yang dilontarkannya naik dua oktaf. Ahrin tidak marah, hanya saja ia malu mendengar Jungwon berkata menimpa. Rasanya ambigu.

"Loh Won? Muka lo pucat. Lo demam juga?" Seowon memegang dahi Jungwon. "Jidat lo panas njir. Kalian berdua demam!"

Mendengar ucapan Seowon, Wonwoo selaku guru olahraga menyuruh Ahrin dan Jungwon pergi ke UKS.

"Kalian istirahat sana ke UKS."

Ahrin segera bangkit dan mematuhi perintah Wonwoo. Ia berjalan cepat keluar gedung, di belakangnya ada Jungwon yang mengekorinya.

Mereka berdua dicek oleh perawat. Seingat Ahrin, ia tidak merasa sakit terutama demam. Namun melihat wajah pucat Jungwon, Ahrin juga merasa tidak enak.

Apa gegara nolongin gue kemaren makanya dia demam?

Ahrin menyalahkan dirinya. Sebab ialah yang membuat Jungwon demam.

"Kalian udah sarapan kan? Minum obat ini, terus istirahat di kasur," ucap sang perawat.

Hanya ada empat kasur dalam UKS. Dua kasur di sisi kanan ruangan dan dua kasur di sisi kiri ruangan. Ahrin memilih kasur di sisi kanan, dekat jendela.

Jungwon memilih kasur di sebelah Ahrin. Dua kasur tersebut dipisahkan tirai. Jungwon langsung berbaring tanpa menutup tirai pemisahnya dengan Ahrin. Akibat demam dan sakit kepala, Jungwon langsung tidur.

"Lo demam karena kemaren ya, Won?" gumam Ahrin.

Jungwon tampaknya sudah tidur pulas. Ahrin menatapnya. Dari kilau cahaya matahari yang masuk membuat fitur tubuh dan wajah Jungwon jadi lebih bersinar. Mirip main character yang terkena lampu sorot.

Tubuh Ahrin berbaring menghadap kiri, menghadap Jungwon. Ahrin merasa tenang dan damai melihat lelaki itu tertidur. Tampan sekali.

Tiba-tiba Ahrin terbayang wajah Jungwon  saat jatuh di atasnya. Begitu dekat...

Gawat, ada yang tidak beres dengan jantungnya.

——♡——
To be continued

Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang