Chapter 3

7.7K 354 5
                                    

"Si-siapa?"Tanya Sean lemah.

"Haris, panggil Abang... Aku anak ayah Hendri."Ucap Haris memperkenalkan diri.

   Sean tak mengeluarkan sepatah kata apapun. Selain karna masih lemas. Dirinya juga tak tau harus merespon seperti apa. Semua ini terlalu tiba-tiba untuknya. Rasa kecewa masih menggerogoti hatinya. Sean masih belum menerima kenyataan bahwa mamanya punya keluarga lain.

   Hati Sean belum ikhlas menerima semuanya yang datang secara tiba-tiba. Hatinya telah di patahkan berkali-kali, hingga Sean sulit menerima. Sean takut menaruh ekspetasi tinggi dalam keluarga. Setelah apa yang di alaminya dulu di keluarga sebelumnya. Sean takut keluarga baru mamanya juga tidak suka keberadaannya, sama seperti istri dan anak baru papahnya. Sean tidak siap mendengar segala caci maki lagi, seperti istri baru papahnya.

   Melihat ke terdiaman Sean, Haris mengerti pasti Sean sulit menerima semuanya. Siapa yang tidak kecewa di bohongi selama 6 tahun lamanya. Jika itu Haris, mungkin Haris akan bertindak lebih jauh. Haris dan yang lain telah mendengar tentang Sean dari Livia. Haris juga sering mendengar Bundanya menelpon dengan Sean.

   Haris terus mengelus kepala Sean, kadang memijatnya pelan. Dengkuran halus mulai terdengar, menandakan Sean telah tertidur kembali. Haris yang juga telah mengantuk, beralih memeluk Sean ikut tidur. Wangi badan Sean benar-benar menenangkan dan membuat mengantuk. Akhirnya mereka tertidur sambil berpelukan, menyalurkan kehangatan satu sama lain dimalam yang dingin. Terlihat mereka begitu nyaman satu sama lain, padahal baru bertemu.

°°°°°°°°°°°°°°°°

   Esok harinya Haris terbangun sangat pagi, betapa terkejutnya ia melihat Nazran ada di sebelah Sean tengah memeluk Sean erat. Sean juga kelihatannya tidak terganggu sama sekali.

   Haris memeriksa kepala Sean, masih panas. Demamnya belum membaik, masih sama seperti semalam. Haris beralih membangunkan Nazran, Karna hari ini anak itu harus bersekolah.

"Nazran bangun. "Panggil Haris sembari mengguncang pelan tubuh Nazran. Untungnya Nazran langsung terbangun.

"Hm... Udah pagi?"Tanya Nazran yang masih linglung.

"Iya... Lagian kok kamu ada disini?"Tanya Haris Heran.

"Hehe, Abang kan ada disini... Nazran gak biasa tidur sendiri."Ucap Nazran cengengesan.

"Hah... Kalo gitu sekarang kamu kembali ke kamarmu, mandi sana terus siap-siap sekolah. Bangunin yang lain juga."Perintah Haris dan langsung di laksanakan oleh Nazran.

   Sepeninggalan Nazran, Haris kemudian beralih menatap wajah Sean yang nampak damai dalam tidurnya. Melihat wajah Sean yang terkesan kalem, membuat Haris berfikir bagaimana sifat anak itu sehari-hari.

   Setelah lama memandang wajah Sean, Haris kemudian beranjak dari kamar, kembali ke kamarnya sendiri untuk mandi. Haris tak membangunkan Sean dan membiarkan Sean tidur sepuasnya.

°°°°°°°°°°°°°°

   Pukul 06.29 semuanya telah berkumpul di meja makan, termasuk Cilla dengan seragam TK nya.

"Haris, adeknya belum bangun?"Tanya Livia.

"Belum Bun, panasnya belum turun. Semalam sempat bangun, keknya kepalanya sakit banget sampai-sampai adek meremas rambutnya sendiri."Jelas Haris khawatir.

"Jika nanti siang panasnya belum turun, kita bawa ke rumah sakit."Ucap Hendri diangguki oleh Livia.

"Sekarang mulai makannya."Titah Hendri dan semuanya pun mulai menyantap makanan masing-masing.

"Bunda, Nazran masih mau nasi."Minta Nazran langsung di ambilkan oleh Livia.

"Terimakasih Bunda."Ucap Nazran lalu melanjutkan makannya.

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang