Chapter 25

3.9K 216 4
                                    

Sesampainya Sean di sekolah, Sean langsung menuju ke ruang OSIS. Setelah masuk ke dalam ruangan, Sean mendapati kedua sahabatnya telah menunggunya di sana.

Sean berencana mengatakan semua rencananya pada mereka hari ini setelah seminggu Sean menyembunyikannya.

Sean langsung duduk di hadapan mereka berdua dan tanpa basa basi langsung menceritakan semuanya, prihal dirinya yang akan menikahi Vanila dan ikut bersama papahnya ke negara A. Rafi dan Dika nampak terkejut, segitu besarnya cinta Sean pada Vanila sampai Sean rela melepas segalanya.

"Kalo menghargai keputusan Lo Sen, gue bakal selalu dukung keputusan Lo asalkan Lo bahagia."Tutur Dika sembari menepuk pundak Sean.

"Hm, selama itu bisa buat Lo bahagia, gue bakal selalu dukung Lo Sen. Kalo Lo butuh bantuan, jangan sungkan buat hubungin kita. Dari dulu hingga nanti kita bakalan selalu ada buat Lo."Tambah Rafi sambil mengelus kepala Sean.

Obrolan mereka terus berlanjut tanpa menyadari kehadiran seseorang di depan ruangan yang mendengar semua percakapan mereka.

Orang itu adalah Greecia. Baru saja ia akan membuka pintu untuk masuk menemui Sean, namun suara Sean yang terdengar samar-samar menghentikan kegiatannya. Ia dengan ragu menempelkan telinganya ke pintu dan tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja seiring Sean menjelaskan di dalam sana.

Setelah Sean mengakhiri penjelasannya, Greecia langsung berlari menuju taman belakang sekolah dimana murid jarang berlalu lalang di sana di pagi hari. Untung saja sekolah masih sepi, jadi tak ada yang melihatnya menangis.

Sesampainya di taman, Greecia langsung mendudukkan tubuhnya di bangku taman dengan air mata yang tak berhenti mengalir bahkan semakin deras.

"Jadi selama ini Sean mencintai seseorang. Jadi ini alasan Sean selalu menolakku. Kenapa rasanya sakit sekali. Padahal aku yang selama ini selalu berjuang, tapi kenapa perempuan lain begitu mudah mendapatkan hatimu. Aku mencintaimu Sean, aku tak pernah bercanda dengan perkataanku padamu. Itu semua nyata. Aku memang menyukai pria tampan, namun satu-satunya yang ada di hatiku cuman kamu Sean." Batin Greecia dengan tangis yang semakin menyesakkan.

°°°°°°°°°°°°°

10 menit sebelum bell istirahat berbunyi, terlihat Sean berjalan di koridor sekolah menuju lantai 2 tempat perpustakaan berada.

Sean berjalan menaiki anak tangga satu persatu dengan perlahan. Saat hampir sampai di anak tangga terakhir, Sean mendengar suara seseorang yang amat Sean kenali. Sean kemudian perlahan mendekat, namun masih bersembunyi di balik tembok.

"Lo tenang aja, gue bakal pastiin polisi gak bakal bisa nangkap Lo."Ucap Gempa yang sedang menelfon dengan seseorang.

Suara seseorang yang di dengar Sean adalah suara Gempa. Itulah mengapa Sean memilih membiarkan gempa menyelesaikan obrolannya terlebih dahulu sebelum melanjutkan langkahnya.

"Apa maksudnya? Polisi?"Tanya Sean dalam hati.

"Gue udah pastiin mereka yang ke tangkep gak bakalan buka mulut soal ini. Asalkan gue puas liat Sean menderita karna ceweknya rusak. Kalian bakal tetap aman sampai kapanpun." Ucap Gempa lagi di sertai kekehan kecilnya.

"Lo tenang aja, temen-temen Lo yang ke tangkep bakal gue pasti in secepatnya bakal bebas. Kalo gitu gue tutup dulu."Ucap Gempa mengakhiri telfonnya.

Baru saja Gempa ingin melangkah pergi, tiba-tiba sebuah pukulan keras pada rahangnya membuat Gempa jatuh dengan keras ke lantai.

"KENAPA HARUS VANILA HAH?! LO KALO DENDAM SAMA GUE, LO LAMPIASIN KE GUE. BUKAN KE ORANG LAIN SIALAN!"Teriak Sean marah sembari memukul Gempa brutal.

Gempa yang tiba-tiba mendapat serangan bertubi-tubi tak dapat mengelak ataupun bergerak melindungi diri. Murid-murid yang mendengar teriakan Sean langsung keluar melihat apa yang terjadi dan mengabaikan guru di kelas yang bahkan belum mengakhiri pembelajaran.

"MAKSUD LO APA HA TIBA-TIBA MUKUL GUE?!"Teriak Gempa marah setelah berhasil lepas dari Sean.

"JANGAN PURA-PURA GAK TAU. GUE DENGER SEMUANYA SIALAN. LO BRENGSEK, VANILA SALAH APA SAMA LO HA?!"Teriak Sean sembari kembali melayangkan pukulan kepada Gempa.

Sean benar-benar mengeluarkan segala kemampuan bela dirinya, sehingga membuat Gempa kewalahan dan tak dapat menghindari pukulan Sean yang begitu cepat.

"Sean udah, bisa mati anak orang."Lerai Rafi setelah sampai di dekat Sean.

"Iya Sen, ini masih di area sekolah. Ingat Lo ketua OSIS."Ucap Dika agar Sean berhenti.

Sean tak menghiraukan ucapan ke dua sahabatnya dan tetap memukul Gempa yang sudah tergeletak di lantai tak berdaya. Bukan tak dapat melawan, namun Sean tak memberinya ke sempatan untuk melawan sedikitpun.

Semua murid yang menyaksikan kejadian tersebut membeku sesaat. Baru kali ini mereka melihat ketua OSIS mereka semarah itu bahkan sampai memukul seseorang.

Gurupun juga mulai berdatangan ke tempat itu dan juga berusaha melerai mereka. Dua orang guru laki-laki berusaha menarik Sean menjauh dari Gempa. Namun agak ke susahan karna Sean yang terus memberontak.

"LEPASKAN SAYA! SAYA HARUS MEMBERI PELAJARAN PADA ORANG BRENGSEK ITU."Teriak Sean sambil menunjuk-nunjuk ke arah Gempa.

Tanpa di duga-duga, Gempa malah menarik Sean hingga lepas dari genggaman guru yang memegang Sean lalu balas memukul Sean juga dengan brutal.

"LO JUGA BRENGSEK SIALAN! GARA-GARA LO, PAPAH LO CERAI SAMA MAMA GUE. ANDAI LO GAK ADA SEMUA INI GAK BAKAL TERJADI. MATI LO!"Teriak Gempa di depan wajah Sean dengan tangannya yang aktif memukul Sean.

Sean tak tinggal diam dan membalas pukulan Gempa di setiap kesempatan yang ada. Bahkan orang-orang yang mendekat juga ikut terkena pukulan hingga akhirnya mereka menyerah untuk melerai mereka berdua.

"MAKSUD LO APA? JUSTRU DI SINI LO YANG UDAH AMBIL SEMUANYA DARI GUE. BAHKAN GUE BARU KETEMU PAPAH GUE SEMINGGU INI. LO YANG AJA YANG TERLALU EGOIS SAMA MAMA LO ITU."

"SIALAN! MATI AJA LO."Teriak Gempa lalu mendorong Sean ke pagar pembatas di koridor lantai 2.

Karna pagar yang hanya sebatas paha Sean membuat tubuh Sean langsung terjatuh ke bawah. Semua yang ada di sana langsung menahan nafas. Mereka sangat shok dengan kejadian yang baru saja terjadi.

"SEAN."Teriak Rafi dan Dika kemudian berlari menuju lantai bawah.

Teriakan Rafi dan Dika turut menyadarkan mereka semua. Mereka langsung berlari ke arah bawah, kecuali beberapa guru yang langsung mengamankan Gempa yang terdiam di tempat menatap ke arah Sean di bawah.

Sedangkan di bawah, Xeina histeris memeluk tubuh Sean yang telah tak sadarkan diri. Ke lima ponakan Hendri juga turut hadir di samping Xeina menatap kosong ke arah Sean dengan Jeremy dan Nazran yang turut menangis melihat kondisi Sean.

Mereka shok melihat Sean yang tiba-tiba terjatuh di hadapan mereka yang saat itu sedang dalam perjalanan menuju tempat Sean dan Gempa berkelahi tadi.

"NGAPAIN KALIAN DIEM AJA. PANGGIL AMBULANS SIALAN."Bentak Rafi emosi pada kelima ponakan Hendri lalu mengambil alih Sean ke dekapannya.

Darah terus mengalir dari kepala Sean yang bocor akibat terbentur sehingga darahnya menggenang membasahi lantai.

"Pakai mobil gue aja. Sean harus segera di bawa ke rumah sakit."Ucap Jayyan lalu menuntun Rafi ke arah mobilnya sembari menggendong Sean.

Dika, Jaden, Jeremy dan Nazran turut ikut bersama mereka menggunakan motor. Sedangkan Xeina akan menyusul bersama Samudra setelah mengabari Sakha dan anggota keluarga Asteria lainnya.

"Apa yang terjadi? Kenapa semua orang berkumpul di sini?" Tanya Greecia yang baru saja datang setelah bolos di rooftop sekolah.


















°°°°°°°°°To be continued°°°°°°°°

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang