Chapter 2

8.1K 456 5
                                    

   Sesampainya di rumah Hendri dan Livia. Hendri langsung saja menggendong Sean ke dalam di bantu oleh satpam yang berjaga.
Livia mengikut di belakang dengan penuh khawatir dan air matanya yang terus mengalir.

   Di ruang keluarga, Haris yang melihat ayahnya masuk menggendong seseorang bersama satpam langsung saja menghampirinya, meninggalkan para sepupunya yang kaget+heran dengan segala pertanyaan di otak mereka.

"Ayah."Panggil Haris sembari berjalan menghampiri ayahnya.

   Hendri yang terburu-buru tak menghiraukan panggilan Haris dan tetap melangkah masuk ke dalam kamar tamu yang lebih dekat.

   Haris yang melihat itu tak ambil pusing dan memilih bertanya pada Livia yang lewat di depannya.

"Bunda, ada apa? Siapa yang di gendong ayah?"Tanya Haris, dirinya sangat penasaran dengan sosok yang di gendong oleh ayahnya.

"Itu anak kandung Bunda sayang. Dia sedang sakit. Kalo dokternya sudah datang, bawa ke kamar tamu ya sayang. Bunda minta tolong."Jawab Livia cepat sembari mengusap wajah Haris lembut, lalu berlari menyusul suaminya masuk ke dalam kamar. Haris hanya mengangguk lalu kembali duduk di ruang keluarga.

"Ada apa bang? Yang di gendong ayah tadi siapa?"Tanya sepupu Haris bernama Samudra.

"Itu anak kandungnya Bunda, dia sedang sakit. Abang di suruh menunggu dokter lalu membawanya ke kamar."Jawab Haris.

"Penasaran gue. Yok kita liat."Ajak Jaden sembari merangkul Jayyan. Mereka juga sepupu Haris.

"Eh... Btw Nazran mana cuy? Perasaan tadi ada di samping gue deh."Tanya Jeremy sambil celingak-celinguk mencari Nazran. Mereka juga sepupu Haris.

"Anjir, si Nazran pergi duluan gak ngajak-ngajak."Ucap Jaden setelah melihat penampakan Nazran di dalam kamar tamu, karna kebetulan pintunya tidak di tutup.

"Kebiasaan tuh anak kalo penasaran kek gitu mulu. Dahlah yok kita kesana juga."Ajak Jeremy sembari berjalan mendahului yang lain menyusul Nazran.

"Eh, Bang gakpapa nih kita tinggal? Lo gak penakut kek Jayyan kan?"Tanya Samudra yang mendapat geplakan sayang dari Jayyan.

"Pala Lo penakut. Gue gak penakut ya, cuman gak berani aja."Ucap Jayyan datar.

"Sama aja dongo'."Seru Samudra mendapat tatapan maut dari Jayyan.

"Udah gak usah berantem, kalian ke sana aja duluan, nanti gue nyusul sama dokter. Gue gak penakut kok kayak tetangga sebelah."Ucap Haris menengahi.

"Bang Lo nyinggung gue kan?"Tuding Jayyan dengan kesal.

"Dih yang nyinggung Lo siapa? Orang gue bilang tetangga sebelah kok."Sangkal Haris santai.

"Berarti Lo emang penakut dong, kan Lo tersinggung. Biasanya kalo orang tersinggung itu berarti emang bener dia begitu."Ucap Jaden usil.

"Engga yah. Mana ada gue tersinggung. Dahlah gak like gue ma kalian."Sangkal Jayyan kemudian meninggalkan mereka.

"Lah marah dia... Hahaha"Ucap Samudra kemudian tertawa. Yang lain juga ikut tertawa.

"Udah, sana kalian. Katanya mau ke kamar liat anak Bunda."Ucap Haris yang di angguki oleh Jaden dan Samudra.
Keduanya kemudian berjalan ke arah kamar setelah pamit pada Haris.

°°°°°°°°°°°°°°

   Di dalam kamar, Hendri membaringkan Sean di kasur di bantu oleh satpam. Kemudian satpam tersebut keluar setelah pamit pada Hendri dan Livia.

   Livia beralih duduk di atas kasur di samping kanan Sean. Mengusap kepala Sean sayang. Sementara Hendri memperbaiki posisi tidur Sean. Setelahnya ikut duduk di kasur di samping kiri Sean. Hendri juga menyayangi Sean sama seperti Livia juga menyayangi anaknya. Anak Livia adalah anaknya juga, begitupun sebaliknya anak Hendri anak Livia juga walaupun bukan kandung.

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang