Chapter 23

3.9K 219 3
                                    

Sean berlari di koridor sekolah dengan cepat tanpa mempedulikan murid-murid yang menatap ke arahnya bingung.

Yang ada di pikirannya hanya satu, mencari keberadaan Vanila, murid yang menjadi bahan perbincangan satu sekolah saat ini.

Saat sampai di parkiran, Sean langsung saja menaiki motornya lalu menjalankannya menuju rumah sakit, tempat Vanila berada saat ini. Sean mengetahui Vanila berada di rumah sakit setelah membaca artikel di medsos sekolah.

Sesampainya di rumah sakit, Sean langsung berlari masuk menuju ke ruang rawat Vanila. Di depan ruangan Vanila terdapat 2 orang polisi di sana dan seorang wanita tua yang Sean yakini adalah nenek Vanila.

"Anda tenang saja, untuk saat ini beberapa pelaku sudah kami amankan di kantor polisi. Kami akan mengintrogasi lebih lanjut dan mencari beberapa pelaku lainnya."Jelas salah satu polisi di sana membuat Sean menghentikan langkahnya.

"Tolong pak, berikan hukuman yang setimpal pada orang-orang yang telah mempe**osa cucu saya. Cucu saya salah apa sehingga orang-orang itu melakukan hal itu. Cucu saya anak yang baik, bahkan ia tak pernah berpakaian terbuka hingga bisa menarik perhatian lawan jenis."Pinta nenek Vanila berurai air mata.

"Anda tenang saja, untuk saat ini anda fokus saja untuk pemulihan cucu anda. Kami dari aparat kepolisian akan berusaha semaksimal mungkin. Kalau begitu kami permisi dulu."Pamit polisi tersebut kemudian pergi meninggalkan nenek Vanila.

Sean melanjutkan langkahnya menghampiri nenek Vanila. Walaupun dadanya terasa sesak setelah mendengar langsung kenyataannya. Perasaannya hancur mendengar sang pujaan hati telah di rusak oleh orang lain terlebih itu bukan hanya satu orang. Tapi yang terpenting dalam benak Sean sekarang adalah kondisi Vanila saat ini. Sean tak dapat membayangkan se trauma apa pujaan hatinya saat ini.

"Nenek."Panggil Sean setelah tiba di hadapan nenek Vanila yang sedang menunduk.

"Nak Sean."Ucap Nenek Sean lalu memeluk Sean sembari menangis.

Mereka telah saling mengenal setelah Vanila beberapa kali mengajak Sean main ke rumah neneknya. Bahkan mereka sudah sangat akrab sejak pertama kali bertemu.

"Cucu nenek Sean, mereka telah merusak cucu nenek. Padahal Vanila adalah anak yang baik, anak yang sopan, bahkan ia tak pernah marah sekalipun ketika orang lain berbuat jahat padanya. Kenapa takdirnya begitu buruk. Tuhan telah mengambil orang tua dan seluruh saudaranya. Tapi kenapa Tuhan juga memberikan takdir yang buruk untuknya. Selama ini ia telah menderita, namun kenapa penderitaannya tak pernah berakhir."Ucap nenek Vanila dengan suara parau masih memeluk Sean sembari menangis. Bahkan Sean saat ini tak dapat menahan air matanya dan ikut terjatuh begitu saja tanpa Sean sadari.

Sean tak mampu mengeluarkan kata sepatah pun dan membiarkan nenek Vanila mencurahkan segala isi hatinya. Setelah beberapa menit, akhirnya tangis nenek Vanila berhenti.

"Terimakasih telah datang nak. Jika kamu tidak ada. Nenek tak tau harus bercerita pada siapa. Nenek hanya punya Vanila dan begitupun sebaliknya."Ucap Nenek Vanila sendu.

Sean yang masih shock atas kejadian yang menimpa Vanila hanya dapat terdiam. Hingga akhirnya nenek Vanila pamit pulang terlebih dahulu setelah menitipkan Vanila pada Sean.

Setelah kepergian nenek Vanila.  Sean membuka pintu ruangan Vanila lalu melangkah masuk setelah menutup pintu. Dapat Sean lihat di sana Vanila yang duduk terdiam di sofa dekat jendela sembari menatap kosong pemandangan luar.

Hati Sean begitu hancur melihat wajah itu yang sangat pucat serta penuh memar hingga ke leher. Rambut yang awalnya panjang terurai indah sekarang tergantikan dengan rambut pendek se leher yang potongannya agak berantakan. Dalam hati Sean berjanji akan memberikan pelajaran yang setimpal pada mereka yang telah melakukan ini semua pada Vanila dengan tangannya sendiri.

Sean melangkah menuju Vanila lalu duduk di sampingnya. Vanila yang menyadari ada orang lain di sampingnya langsung menjauhkan diri tak berani menatap Sean. Vanila terus bergerak gelisah dengan mata yang terus menatap sekeliling dengan takut.

"Hey tenang, Aku Sean. Mereka tak ada di sini. Okay."Ucap Sean setenang mungkin.

"Sean?"Tanya Vanila ragu setelah mendengar Sean menyebut namanya.

"Ya, aku Sean. Ayo kemari duduk kembali di sini."Ucap Sean lembut.

"Sean."Vanila langsung memeluk Sean erat dan menangis.

"Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Masa depanku sudah hancur. Dan hal yang paling berharga yang ku jaga selama ini telah di ambil. Kenapa mereka semua jahat Sean. Katanya jika kita berbuat baik, kita juga akan mendapat kebaikan begitupun sebaliknya. Tapi Aku rasa, aku tak pernah menjahati mereka tapi kenapa mereka jahat padaku."Ucap Vanila yang masih memeluk Sean erat sambil menangis.

Sean membiarkan Vanila menangis sepuasnya. Membiarkan Vanila mengeluarkan segala keluh kesahnya. Sean mendengarkan segalanya, masih memeluk Vanila sembari mengusap punggung Vanila yang bergetar hebat.

"Vanila, ayo menikah."Ucap Sean setelah Vanila tenang.

"Maksud kamu?"Tanya Vanila kaget.

"Setelah kamu keluar dari rumah sakit, ayo menikah. Biarkan aku yang bertanggung jawab atas semuanya."Jelas Sean, tanpa pikir panjang.

Sean khawatir, jika Vanila hamil dan akan dinikahkan dengan salah satu pelaku. Sean benar-benar tak rela membiarkan Vanila bersama orang-orang brengsek seperti mereka. Sean tak apa jika Vanila telah rusak atau bagaimana. Sean akan menerima Vanila bagaimana pun keadaannya. Bahkan jika suatu saat Vanila hamil dari kejadian tersebut, Sean akan menerima anak itu dengan senang hati.

"Apa maksudmu? Jika kamu melakukan itu semua karna kasihan lebih baik tidak usah. Buang jauh-jauh fikiran itu agar kamu tak menyesal di kemudian hari."Tolak Vanila sembari menatap ke luar jendela.

"Aku mencintaimu Vanila dan aku tak akan menyesal."Ucap Sean serius membuat Vanila langsung menatap ke mata indah Sean mencari kebohongan di sana. Tapi, hanya ada tatapan kesungguhan di sana.

"Tapi aku sudah kotor Sean. Aku telah rusak. Aku tak pantas untukmu. Masih banyak perempuan lain di luar sana yang lebih pantas bersanding denganmu. "Tolak Vanila halus. Dirinya benar-benar tak merasa pantas bersanding dengan Sean. Sean terlalu baik untuknya yang sudah rusak.

"Aku tak peduli Van. Bahkan jika kamu mengandung pun aku akan menerimanya. Aku mencintaimu Vanila. Kamu adalah pasangan yang sempurna untukku. Tak ada yang namanya rusak atau apapun itu."Ucap Sean berusaha meyakinkan Vanila.

Vanila terdiam sesaat, memandang wajah Sean yang terlihat begitu indah di terpa sinar matahari yang masuk dari jendela. Sekali lagi Vanila merasa tak pantas. Sean begitu sempurna untuknya dan Vanila tau banyak yang menyukai Sean. Bahkan Vanila shok mendengar Sean menyatakan cinta padanya. Dari sekian banyak perempuan yang di tolak Sean, kenapa Sean memilihnya.

Sekali lagi Vanila menatap ke arah manik indah Sean, menyelam di sana mencari kebohongan namun ia tak dapatkan juga. Akhirnya Vanila mengangguk menerima ajakan/ lamaran Sean.

Sean langsung memeluk Vanila erat, Vanila membalas pelukan Sean tak kalah erat. Menyalurkan perasaannya yang masih bimbang.

"Kamu bisa mendapatkan yang lebih baik dari ku Sean."Ucap Vanila dalam hati dengan air mata yang kembali mengalir.













°°°°°°°To be continued°°°°°°

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang