Seminggu berlalu, selama itu juga Sean berusaha menjauhi ke lima ponakan Hendri dengan cara menyibukkan diri di ruang OSIS atau jika tak sengaja bertemu, Sean akan mengabaikan keberadaan mereka dan melanjutkan aktifitasnya seperti biasa.
Awalnya kelima ponakan Hendri tak sadar bahwa Sean menjauhi mereka karna sifat asal Sean yang memang cuek dan pendiam. Namun lama-kelamaan mereka akhirnya sadar. Ingin bertanya pada Sean, namun Sean selalu menghindari mereka.
Akhirnya kelima ponakan Hendri sepakat untuk datang terlambat bersama ke sekolah saat jadwal Sean berpatroli.
Saat ini Sean bersama Oliv dan anak OSIS lainnya yang bertugas telah berdiri di pinggir lapangan. Di hadapan mereka berbaris para murid yang datang terlambat. Total ada 15 murid yang terlambat di dalamnya termasuk ke lima ponakan Hendri dan juga Gempa.
Sean dengan tatapan tajamnya memandang murid-murid itu satu persatu.
"Kalian berlima bersihkan seluruh toilet di lantai 1. Poin kalian masih aman, tapi jangan harap lain kali akan sama. Lakukan sekarang."Titah Sean sambil menunjuk kelima ponakan Hendri. Kelimanya langsung saja melaksanakan hukuman mereka, ingin membantah tapi melihat tatapan Sean yang begitu tajam membuat nyali mereka menciut.
"Kamu ingin bersekolah atau menjadi preman?"Tanya Sean pada Gempa.
"Sekolah lah, ngapain gue datang ke sini kalo enggak mau sekolah? Bodoh?"Jawab Gempa sinis.
"Tidak memakai dasi, baju di keluarkan, bertindik dan datang terlambat. Kira-kira hukuman apa yang cocok untukmu."Ucap Sean menatap Gempa dari atas sampai bawah.
Gempa yang mendengar itu tentu saja marah dan menatap Sean tajam seakan-akan mencabik tubuh Sean menjadi beberapa bagian.
Sean yang melihat Gempa menatapnya tajam tersenyum miring. Gempa masih sama seperti 6 tahun yang lalu, gampang tersulut emosi. Seperti menyiram api dengan bensin.
"Berdiri di tengah lapangan sampai jam pelajaran pertama selesai, setelah itu datang lah ke Koperasi untuk melengkapi atributmu."Perintah Sean sembari menunjuk ke tengah lapangan yang panasnya minta ampun walaupun masih pagi.
"Gila ya Lo... Mending-"
"Protes, hukuman mu akan bertambah. Jangan coba-coba untuk kabur. Jika kamu kembali melanggar, orang tuamu akan di panggil ke sekolah."Ancam Sean memotong ucapan Gempa.
Bukan apa Sean berkata demikian. Baru seminggu masuk, Gempa sudah banyak melakukan pelanggaran. Entah itu merokok, membully, bolos, berkelahi dan lain-lain. Jika hanya Gempa saja Sean tak ambil pusing, namun Gempa juga mengajak murid-murid yang lain untuk melakukan hal yang sama. Padahal sebelum ke datangan Gempa, sekolah ini terkenal dengan para siswanya yang disiplin dan taat aturan. Namun baru seminggu sejak kedatangan Gempa, sekolah ini menjadi berubah total.
Dengan keadaan emosi Gempa menjalankan hukumannya berdiri di tengah lapangan sembari terus menatap tajam ke arah Sean. Sean tak menghiraukannya dan melanjutkan kegiatannya membuat Gempa kesal bukan main.
"Kalian urus sisanya dan pantau anak itu jangan sampai kabur. Pastikan untuk mengurangi poin mereka semua."Perintah Sean pada anggota OSIS lainnya kemudian Sean beranjak dari sana menuju ruang BK untuk memberi laporan.
°°°°°°°°°°°°°
Selesai di hukum, saat ini Samudra sedang berjalan di koridor sekolah tepatnya di gedung khusus ekskul untuk mencari suasana baru.Karena kebetulan kelasnya sedang jamkos dikarenakan para guru sedang rapat dan Samudra bosan di kelas.
Di saat Samudra melewati ruang musik,samar-samar ia mendengar suara seseorang yang sedang bernyanyi. Samudra yang penasaran langsung saja masuk ke dalam ruang musik yang pintunya terbuka setengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE
RandomSean, seorang anak yang di tinggal mamahnya merantau ke luar negri selama 6 tahun tanpa pernah pulang menemuinya. Sean yang di tinggal saat berumur 10 tahun tanpa satupun keluarga yang menemani. Papahnya? Setelah bercerai, Papah Sean memblokir semua...