Saat ini Dika tengah berbaring di atas kasurnya sembari bermain game online bersama Rafi hingga pukul 12 malam.
Tiba-tiba Dika di kagetkan dengan kakaknya yang membuka pintu kamarnya dengan kasar. Dika yang kaget langsung saja menyembunyikan ponselnya di bawah selimut.
"Kenapa belum tidur?"Tanya kakak Dika yang bernama Dewi.
"Be- belum ngantuk kak."Jawab Dika terbata karna mengira kakaknya marah.
Dika semakin takut ketika kakaknya berjalan mendekat ke arahnya dengan tampang datar.
"Kebetulan kamu belum tidur. Bisa tolong beliin kakak pembalut? Pembalut kakak habis."Pinta Dewi sembari menyodorkan uang.
Dika langsung bernafas lega saat mengetahui ternyata kakaknya tak marah. Dika cukup takut dengan kakaknya itu, karna kakaknya adalah seorang dokter dan usianya jauh di atas Dika. Sekitar 27 tahun.
"Bisa kak. Tapi emang Dika di bolehin keluar jam segini?"Tanya Dika ragu. Karna orang tua mereka melarang anak-anaknya keluar rumah jika telah lewat jam 9 malam.
"Boleh, untuk urusan itu kakak yang tanggung jawab."Jawab Dewi.
Mendengar itu, Dika langsung saja bersiap kemudian mengambil kunci motornya dan keluar rumah.
°°°°°°°°°°°°°°
Dika keluar dari minimarket setelah mendapatkan barang yang di pesan kakaknya. Saat akan menaiki motor, samar-samar ia melihat ke arah taman. Dika mengucek matanya, mastikan bahwa dirinya tak salah lihat.
Setelah memastikan dirinya tak salah lihat. Dika langsung saja menghampirinya tanpa basa basi.
"SEAN! NGAPAIN LO DI SINI HA?!"Bentak Dika membuat Sean yang sedang memegang sebuah botol alkohol terkejut dan menjatuhkan botolnya.
"Siapa?"Tanya Sean linglung dengan suara lirih.
"LO MABUK? SIAPA YANG NGAJAKIN LO? BILANG SAMA GUE."Bentak Dika sembari mencengkram kerah baju Sean.
"Sean tadi minta sama Abang preman di sana. Terus di kasih setelah Sean kasih uang. Kamu siapa? Kayak pernah liat, tapi dimana ya?"Jawab Sean, di akhiri dengan pertanyaan sembari memandang polos ke arah Dika.
Dika yang tadinya sedang marah, langsung luluh saat melihat wajah polos Sean. Namun, Dika juga di buat bertanya-tanya kenapa Sean meminum alkohol.
Ada masalah apa lagi sehingga Sean minum begini? Ini bukan pertama kalinya Sean minum. Tapi baru kali ini Sean sampai mabuk. Dika akhirnya memutuskan untuk mengantar Sean pulang tanpa bertanya terlebih dahulu penyebab Sean minum alkohol. Dika berencana memberitahu Rafi lalu mengintrogasi Sean bersama besok.
"Ayo gue anter pulang."Ajak Dika sembari menarik tangan Sean.
"Tunggu dulu, kamu belum jawab pertanyaan Sean. Kamu siapa? Kenapa mirip teman Sean yang namanya Dika. Kamu kembarannya ya? Tapi perasaan Dika gak punya kembaran deh."Ucap Sean dengan berbagai ekspresi.
Dika menatap sahabatnya tak percaya. Baru kali ini Dika melihat Sean mengeluarkan ekspresi selain datar, senyum tipis dan terkejut. Jika di lihat-lihat Sean jadi sangat menggemaskan saat mabuk begini.
Dika memalingkan muka tak sanggup menatap wajah Sean lama-lama. Tanpa berlama-lama Dika mengajak Sean pulang dengan paksa. Sean tak memberontak sama sekali. Namun, mulut anak itu tak mau berhenti berbicara sama sekali. Dika baru tau Sean akan selalu cerewet ini ketika mabuk.
Saat tiba di rumah Sean. Dika langsung membawa Sean masuk ke dalam rumah. Dika mendudukkan Sean ke sofa ruang keluarga.
"Ini rumah siapa? Sangat Rapi, Sean suka. Sean mau tinggal di sini saja."ucap Sean melantur.
Lagi-lagi Dika tak menanggapi ucapan Sean. Dika langsung saja masuk ke dapur mengambil air minum dan sebuah pisang. Setelahnya Dika menghampiri Sean membantunya minum dan memakan pisang. Sean lagi-lagi menurut dan Dika cukup bersyukur dengan itu. Biasanya orang mabuk itu sangat merepotkan tetapi berbeda dengan Sean.
"Terimakasih. Sean sudah kenyang."Ucap Sean sembari memberikan senyum termanisnya.
Dika langsung mencubit pipi Sean pelan. Kenapa sahabatnya jadi menggemaskan begini. Dika rasanya ingin membawa pulang lalu menjadikan Sean adik jika tak mengingat Sean lebih tua darinya.
Setelah membereskan semuanya, Dika membawa Sean ke kamarnya. Dika membukakan jaket Sean, kemudian membaringkan Sean ke kasur lalu menyelimutinya sebagai dada.
"Sekarang Sean tidur oke."Pinta Dika.
"Sean tidur di sini? Emang yang punya rumah ngijinin Sean menginap?"Tanya Sean sembari memandang Dika polos.
"Tentu saja. Sean juga akan tinggal di sini. Jadi sekarang Sean tidur oke. Sean gak mau kan besok terlambat ke sekolah."Ucap Dika sembari mengelus kepala Sean lembut.
"Tentu saja tidak mau. Iya, Sean tidur sekarang."Ucap Sean kemudian memejamkan matanya.
Tak lama suara dengkuran halus mulai terdengar, menandakan Sean telah masuk ke alam mimpinya.
Dika sebenarnya tak ingin meninggalkan Sean. Namun kakaknya telah menelpon berkali-kali menyuruhnya pulang.
°°°°°°°°°°°°°
Pagi hari Sean terbangun sembari memegang kepalanya yang terasa pusing.
Setelah pusingnya sedikit mereda, Sean kemudian menatap ke arah jam dinding. Seketika mata Sean membulat melihat jam telah menunjukkan pukul
08.30.Buru-buru Sean langsung masuk ke kamar mandi mencuci muka tanpa mandi. Setelahnya Sean mengganti pakaiannya dengan seragam sekolah dan menyiapkan bukunya.
Setelah semua siap, Sean langsung tancap gak menuju sekolah tanpa sarapan.
Saat tiba di sekolah, tanpa di suruh pak satpam langsung membukakan pintu gerbang untuk Sean dan di sambut oleh Olivia dan anak OSIS lainnya yang berjaga di gerbang.
Sean memarkirkan motornya kemudian menghampiri anak OSIS yang berjaga.
"Hukuman?"Tanya Sean setelah meletakkan tas.
"Lari keliling lapangan 5 kali putaran."Jawab Olivia.
Sean langsung melaksanakan hukumannya tanpa protes. Walaupun Sean ketua OSIS sekalipun, yang namanya melanggar harus tetap di hukum.
Kebetulan kelas Jayyan, Jaden dan Samudra sedang olahraga. Jadilah mereka melihat Sean yang menjalankan hukuman.
Para murid perempuan bersorak ketika melihat Sean yang nampak semakin tampan dengan keringat yang membasahi wajah dan seragamnya yang agak berantakan.
"Ketua OSIS di hukum juga?"Tanya Samudra dengan matanya yang terus menatap Sean.
"Bodoh, yang namanya hukuman gak kenal pangkat. Mau Lo ketos kek, anak kepala sekolah atau anak presiden. Kalo melanggar ya tetap di hukum lah."Jawab Jaden.
"Ternyata Sean bisa telat juga yah."Ucap Jayyan juga menatap Sean.
"Biar gimanapun Sean juga manusia. Wajarlah kalo telat. Lo berdua kenapa sih? Kok goblok banget."Ucap Jaden sembari menatap kedua sepupunya heran.
"Gue gak goblok ya, cuman gak tau aja. Si Jayyan tuh yang goblok."Sangkal Samudra.
"Enak aja Lo. Tampan begini Lo bilang goblok. Lo kali yang goblok."Ucap Jayyan tak terima.
"Idih, tampanan gue dari pada Lo yah. Dasar pendek."Ucap Samudra.
"Sok tinggi Lo. Beda 1 cm aja bangga."Julid Jayyan.
"Tapi tinggian gue."Ucap Samudra bangga.
"Dih. Tapi gue gak pendek yah. Noh, dia yang pendek beneran di sini."Tunjuk Jayyan ke arah Jaden.
"Gue lagi-gue lagi. Lo semua ada masalah apa sih sama gue. Setiap pembahasan tinggi, selalu gue yang kena. Gak ada pembahasan lain kah?"Kesal Jaden lalu meninggalkan mereka berdua.
"Gara-gara Lo nih. Siapa suruh Lo bahas tinggi duluan. Pokoknya kali ini Lo yang bujukin sebelum dia ngadu lagi sama mamanya terus kita di omelin sama mamanya."Ucap Jayyan kemudian meninggalkan Samudra.
"Apasih?"Ucap Samudra bingung.
°°°°°°°°°°°To be continued°°°°°°°°°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE
RandomSean, seorang anak yang di tinggal mamahnya merantau ke luar negri selama 6 tahun tanpa pernah pulang menemuinya. Sean yang di tinggal saat berumur 10 tahun tanpa satupun keluarga yang menemani. Papahnya? Setelah bercerai, Papah Sean memblokir semua...