3 Minggu berlalu semenjak kematian Vanila, setelah hari itu juga seluruh ingatan Sean telah kembali. Sean menjadi jauh lebih pendiam dari sebelumnya dan selalu menatap kosong.
Bahkan tak jarang Sean mengamuk setiap kali mendengar nama Vanila di sebutkan. Sean masih tak terima dengan kepergian Vanila untuk selamanya. Saat mengamuk, Sean akan selalu berusaha berlari menuju ruang rawat Vanila saat masih hidup. Sedangkan ruangan itu kini telah di kunci dan tak tau kapan akan terbuka kembali.
Dokter menyarankan agar Sean di bawa ke psikiater saja. Itulah mengapa Sean telah pulang 2 hari yang lalu karna besok lusa Sean akan di bawa ke negara A untuk tinggal di sana dan menjalani perawatan.
Mendengar hal itu Livia bersama Hendri langsung datang ke mansion keluarga Asteria untuk menemui Sean. Meski hak asuh Sean telah jatuh ke tangan Sakha, Livia masih saja belum terima akan hal itu dan selalu berusaha membujuk Sean walaupun yang di dapatkan hanya tatapan kosong Sean yang tak menghiraukannya.
Seperti hari sebelumnya, Livia kembali datang hari ini menemui Sean. Livia masih dapat menemui Sean sesuka hati sebelum Sean di bawa ke negara A karna kemurahan hati keluarga Asteria, karna walau bagaimana pun Livia tetap ibu kandung Sean.
Hari ini bukan hanya Livia saja yang datang, melainkan Haris, Samudra, Jaden, Jeremy, Nazran, Azora, Olivia,Greecia, Dika dan Rafi juga datang berkunjung. Karna besok lusa Sean akan berangkat ke negara A. Sedangkan Jayyan? Ia juga akan ikut bersama Sean atas perintah orang tuanya.
"Sean sayang, kenapa melamun? Hm? Lihat mamah membawakan es krim kesukaanmu."Ucap Livia sembari menyodorkan es krim rasa coklat mint pada Sean.
Sean menatap es krim di tangan Livia lekat. Ingatannya kembali berputar pada kenangan-kenangan saat ia bersama Vanila dulu.
"Vanila juga suka es krim rasa coklat mint. Dulu kami suka duduk bersama di taman sambil makan es krim."Tutur Sean dengan senyum di wajahnya.
Melihat itu, Livia tentu saja tersenyum senang dan memandang ke arah Sakha remeh. Livia mengira bahwa Sean sudah mulai terbuka padanya dan akan memilih tinggal bersamanya. Namun di sana bukannya cemburu, Sakha malah menatap khawatir pada Sean. Jika sudah masuk ke topik tentang Vanila, Sean akan selalu mengamuk dan akan tenang jika telah di beri obat tidur/ obat penenang.
"Benarkah?"tanya Livia pada Sean, berusaha memancing anak itu agar berbicara lebih banyak.
"Hm. Tapi-"ucapan Sean terhenti seiring dengan senyumnya yang juga ikut memudar.
"Ada apa sayang?"tanya Livia sembari mengusap pipi Sean yang mulai tirus.
"Vanila belum meninggalkan? Sean masih bisa makan es krim lagi bersama Vanila kan?"Tanya Sean dengan raut berharap menatap Livia.
"Vanila sudah tiada Sean. Ikhlas kan dia ya."Jawab Livia tanpa ragu. Karna ia memang belum pernah menghadapi Sean yang mengamuk. Ia belum tau perihal mental Sean yang terguncang karna kepergian Vanila. Yang ia tau Sean hanya sangat merasa kehilangan hingga menjadi sangat pendiam.
"ENGGAK VANILA MASIH HIDUP. VANILA BELUM MENINGGAL."teriak Sean sembari melepas paksa tangan Livia yang berada di pipinya.
Sakha dan lain yang melihat Sean berteriak langsung berjalan mendekat. Apalagi saat Sean telah berdiri dan hendak melangkah.
"Sudah ku peringatkan untuk tak menyinggung masalah Vanila. Tapi apa yang kau lakukan hah?!"marah Sakha di hadapan Livia sembari membawa Sean ke pelukannya.
"LEPAS! SEAN MAU KETEMU VANILA. DIA PASTI NUNGGUIN SEAN DI SANA. KASIAN VANILA NUNGGUIN SEAN LAMA."teriak Sean sambil berusaha lepas dari pelukan Sakha.
"Vanila sudah tiada nak. Ikhlas ya sayang. Vanila sudah tenang di sana."ucap Sakha dengan tangan yang sibuk menahan Sean.
Rafi dan Jayyan yang melihat Sakha mulai kewalahan turut membantu Sakha memegangi Sean. Mereka cukup was-was karna sudah 3 kali Sean mencoba bunuh diri setelah tak mendapati Vanila.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE
RandomSean, seorang anak yang di tinggal mamahnya merantau ke luar negri selama 6 tahun tanpa pernah pulang menemuinya. Sean yang di tinggal saat berumur 10 tahun tanpa satupun keluarga yang menemani. Papahnya? Setelah bercerai, Papah Sean memblokir semua...