Chapter 14

3.9K 260 22
                                    

"BANG SEAN."Teriak Jeremy memanggil Sean yang sudah berlalu pergi meninggalkan mereka.

Sean mendengar panggilan Jeremy, namun memilih mengabaikan dan tetap melanjutkan langkahnya. Tujuan Sean saat ini hanya ingin ke ruang OSIS dan beristirahat.

"Ck, SEAN TUNGGUIN. Kebiasaan banget tu anak main pergi gak bilang-bilang."Gerutu Dika sambil berlari menyusul Sean.

"Ingat, jangan dekati Sean lagi."Ucap Rafi datar, kemudian pergi menyusul Sean dan Dika.

"Akan sangat sulit mendekati Sean jika orang itu selalu berada di sekitar Sean."Ucap Jaden setelah mereka bertiga sudah tak terlihat.

"Benar kata Bunda, pasti Bang Sean kena hasut sama kakel tadi buat jauhin kita. Padahal awalnya Bang Sean gakpapa kalo kita dekati."Ucap Jeremy yang di angguki yang lain.

"Masalah utama di sini bukan Sean. Melainkan kedua sahabat Sean."Ucap Jayyan.

"Mereka kenapa sih kayak gak suka sama kita kalo deket sama Bang Sean? Kita ada buat salah ya sama mereka? Kalo di pikir-pikir ini pertama kalinya kita bertemu dengan mereka."Tanya Jeremy sedih.

"Udahlah Cil, gak usah mikirin itu dulu. Sekarang kita balik ke kelas, dah bell masuk."Ucap Samudra.

Mereka semua kemudian langsung menuju kelas mereka masing-masing.

°°°°°°°°°°°°°°°

Rafi dan Dika sampai di ruang OSIS dengan keadaan penuh keringat karna berlari mengejar Sean. Yang tadinya mereka ingin mengomeli Sean langsung tak jadi saat mendapati Sean tertidur di sofa dengan posisi duduk dengan kepala di sandarkan di sandaran sofa.

Olivia yang juga berada di ruangan langsung memberi kode pada Rafi dan Dika untuk diam. Anak OSIS lainnya juga sama, mereka juga terdiam tak ingin mengganggu tidur Sean.

Dika berjalan ke arah Sean lalu memastikan apakah Sean benar-benar sudah tertidur atau belum. Caranya cukup simpel. Cukup dengan menyentuh bulu matanya yang panjang. Jika Sean masih belum tidur pulas, saat bulu matanya di Sentuh Sean akan langsung membuka mata dan menepis tangan orang itu. Jika Sean telah tertidur pulas, maka biar bagaimanapun bulu matanya di sentuh dan di mainkan, Sean tak akan bangun.

"Dah nyenyak tidurnya."Ucap Dika setelah memeriksa.

"Mukanya pucat banget, kalo bangun nanti Lo kasih dia minum ini tapi sebelum itu, suruh dia makan roti ini dulu. Tadi waktu aku ambilin ini dia keburu tidur."Ucap Olivia sembari menyodorkan obat, vitamin beserta roti.

"Emang Sean kenapa?"Tanya Dika yang telah duduk di samping Sean.

"Tadi sebelum jam istirahat dia ngeluh pusing, gue suruh tidur supaya enakan. Tapi pas istirahat ada adek kelas manggil Sean. Pas balik lagi ke sini, gue pergi ke belakang ambilin obat dianya malah udah tidur."Jelas Olivia.

"Pasti karna main hujan kemarin."Ucap Rafi.

Darimana Rafi tau? Kemarin saat hujan reda, Rafi langsung mengunjungi rumah Sean untuk memastikan anak itu sudah pulang atau malah singgah lagi di taman sampai hujan reda. Awalnya Rafi merasa lega saat melihat tak ada Sean di taman. Namun Rafi langsung di buat emosi saat mendapati Sean tertidur di taman bermain dekat rumahnya dalam keadaan basah kuyup. Jadilah Rafi mengomeli Sean sampai malam hari. Rafi baru pulang setelah Sean makan malam dan minum vitamin. Bukan apanya Rafi khawatir. Sean itu kalo kena air hujan pasti ujung-ujungnya sakit. Rafi tak suka melihat Sean sakit. Karna ketika sakit, Sean sudah seperti orang yang hidup sebatangkara padahal orang tuanya masih lengkap.

"Nih anak, dah tau gak bisa kena air hujan masih aja ngeyel."Ucap Dika sembari mengelus kepala Sean lembut.

"Gak demam kan Dik?"Tanya Rafi yang duduk di samping Olivia.

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang