Chapter 13

3.8K 246 1
                                    

Flashback...

Saat Jayyan dkk sedang makan di kantin, Gempa tiba-tiba datang menghampiri mereka lalu duduk di bangku kosong dekat Jayyan.

Awalnya Jayyan dkk tak menghiraukan keberadaan Gempa dan tetap melanjutkan acara makan mereka.

Tiba-tiba Gempa bertanya sesuatu yang membuat Jayyan dkk kompak menatap heran ke arah Gempa.

"Kalian ada hubungan apa sama Sean?"Tanya Gempa basa basi.

"Lo siapa?"Tanya Samudra ketus. Agak tak suka dengan orang di hadapannya, entah kenapa.

"Oh iya, Kenalin gue Gempa. Mubar juga di sini sama kayak kalian."Ucap Gempa memperkenalkan diri.

"Oh, gue Jayyan."Ucap Jayyan memperkenalkan diri.

"Samudra."

"Jaden."

"Jeremy."

Ucap mereka memperkenalkan diri dengan singkat dengan tidak ikhlas. Entah kenapa aura-aura Gempa ini terasa negatif semenjak menanyakan hubungan mereka dengan Sean.

"Gue Azora, salam kenal."Ucap Azora ramah. Azora semenjak berteman dengan Nazran dan Jeremy sering ikut makan bersama Jayyan dkk.

"Oh iya, kalian belum jawab pertanyaan gue tadi. Kalian ada hubungan apa dengan Sean?"Tanya Gempa sekali lagi.

"Lo gak perlu tau."Ucap Samudra sarkas tanpa menjawab pertanyaan Gempa.

Gempa yang mendengar nada sarkas dari Samudra menjadi salah paham. Gempa mengira bahwa mereka sama dengannya, tidak menyukai Sean.

"Gue tau semua tentang Sean."Ucap Gempa yang tidak di hiraukan oleh mereka.

Mereka memilih mengabaikan Gempa Karna merasa ucapan Gempa tak sepenting itu.

"Mari bekerja sama untuk menghancurkan Sean."Ajak Gempa membuat semua Jayyan dkk langsung menoleh.

"Maksud Lo apa?"Tanya Jayyan tajam.

Gempa yang melihat Jayyan emosi, bukannya sadar malah makin salah paham. Dengan senyum sinisnya Gempa kembali berucap.

"Gue gak suka liat Sean hidup tenang, Sean itu pembawa sial. Gue benci dengan keberadaan Sean. Kalian juga pasti sama kan. Jadi ayo bekerja sama untuk menghancurkan Sean."Ucap Gempa santai.

Dengan amarah yang membuncah, Jayyan langsung melayangkan tinjunya ke wajah Gempa. Gempa yang tak siap, langsung terkena pukulan Jayyan membuat sudut bibirnya berdarah.

"MAKSUD LO APA HA NGOMONG SEAN PEMBAWA SIAL."Teriak Jayyan emosi tak terima Sean di bilang pembawa sial.

"Kenapa Lo emosi? Kan bener Sean pembawa sial. Hidup kalian jadi tak tenang karna ada Sean. Sama kayak gue, semenjak ada Sean hidup gue jadi berantakan."Ucap Gempa sembari mengusap sudut bibirnya yang berdarah sambil menatap tajam Jayyan.

"Hidup Lo yang berantakan kok bilangnya sama mereka?"Tanya Azora polos. Di saat suasana sedang panas-panasnya Azora malah bertanya seperti itu membuat Gempa menjadi naik pitam.

"DIAM LO, LO GAK ADA URUSAN DI SINI."Bentak Gempa emosi pada Azora.

"Apa sih bentak-bentak. Orang cuman nanya' doang kok."Ucap Azora sinis.

Gempa yang emosi hendak bergerak memukul Azora, namun di tahan oleh Jayyan.

"Banci Lo, masa cewek mau Lo pukul juga. Lo masih cowok kan?"Tanya Jayyan  sembari menahan tangan Gempa.

Rafi dan Dika yang melihat keributan itu makin memanas segera menyuruh salah satu adik kelas mereka yang sedang menonton untuk segera memanggil Sean.

Flashback off...

Saat ini Jayyan, Samudra, Gempa dan juga Sean telah berada di ruang BK. Dengan seorang guru BK bernama Bu Fatma yang telah duduk di hadapan mereka sembari mencatat sesuatu.Sedangkan yang lainnya hanya berada di depan pintu ruang BK menguping pembicaraan.

"Kalian masih murid baru kan?"Tanya Bu Fatma datar tanpa menatap mereka.

"Iya."Jawab mereka kompak kecuali Sean yang tengah duduk di samping Bu Fatma.

"Kalian tau peraturan sekolah di sini?"Tanya Bu Fatma.

"Iya."Jawab mereka lagi dengan kompak.

"Lalu kenapa kalian melanggarnya ketika sudah tau?"Tanya Bu Fatma lagi. Kali ini Bu Fatma menatap mereka satu per satu.

"Dia duluan Bu yang memukul saya."Tuding Gempa menunjuk ke arah Jayyan.

"Tapi dia yang buat saya emosi Bu, jadi saya pukul."Protes Jayyan.

"Sudah, tidak usah saling tuduh menuduh. Saya sudah lihat semuanya dari Cctv. Kalian itu sudah SMA. Kalian sudah remaja, bukan anak TK yang harus di perhatikan lebih. Kalian sudah dapat membedakan yang baik dan yang buruk. Terlebih kalian, kalian sudah kelas 12. Seharusnya sekarang kalian sedang fokus belajar saat ini bukannya malah berkelahi dan memberi contoh yang buruk untuk adik kelas kalian."Ucap Bu Fatma kemudian menatap ke arah Jayyan dan Samudra.

"Kalian, karna ini ke dua kalinya kalian melanggar peraturan dan dengan kali ini pelanggaran yang agak berat. Kalian di skorsing selama 3 hari. Gunakan 3 hari itu untuk merenungi kesalahan kalian. Jika lain kali kalian berbuat hal yang sama, maka orang tua kalian akan saya beri surat panggilan."Ucap Bu Fatma yang di angguki pasrah oleh mereka berdua.

"Yasudah kalian berdua boleh keluar. Hukuman kalian di mulai besok."Perintah Bu Fatma yang langsung di lakukan oleh Jayyan dan Samudra.

Setelah Jayyan dan Samudra keluar. Bu Fatma langsung menatap ke arah Gempa sembari menggeleng.

"Betah ya kamu masuk di sini?"Tanya Bu Fatma yang tak di jawab oleh Gempa karna takut dengan guru itu.

Gimana gak takut, badan Bu Fatma itu sangat tinggi sekitar 180 dengan badan atletis. Tatapannya juga sangat tajam membuat bulu kuduk akan merinding jika menatapnya. Serta sebuah tongkat sepanjang satu meter yang berada di tangannya membuat Gempa semakin tak berani.

"Untuk yang ini biar menjadi urusan Ibu Sean. Silahkan kamu keluar, kalau perlu ke UKS. Wajahmu terlihat pucat."Ucap Bu Fatma lembut. Berbanding terbalik jika sedang berbicara dengan murid berkasus.

"Terimakasih Bu, saya tidak apa-apa. Kalau begitu saya permisi."Ucap Sean kemudian keluar dari ruang BK.

°°°°°°°°°°°°

Sean yang baru keluar dari ruang BK di kejutkan dengan Jayyan dkk beserta Rafi dan Dika yang ada di depan pintu menatap ke arahnya.

"Udah selesai Sen?"Tanya Rafi.

"Gempa di ambil alih sama Bu Fatma."Jawab Sean.

"Lo gakpapa Sean? Muka Lo pucat banget."Tanya Jaden sembari memegang pundak Sean.

"Jangan sentuh Sean."Ucap Rafi setelah menyingkirkan tangan Jaden.

Sean hanya diam saja. Kepalanya benar-benar pusing saat ini. Sejak pagi tadi Sean memang sedang tidak enak badan. Namun Sean mengabaikannya dan tetap berangkat sekolah setelah meminum vitamin.

Sean jadi agak menyesal terlalu lama kehujanan kemarin. Andai ia mendengarkan kata Vanila kemarin pasti kondisinya takkan seperti ini. Setelah Vanila pulang kemarin, Sean tak langsung pulang, melainkan singgah lagi di taman bermain dekat rumahnya menikmati hujan sampai hujan reda.

"Lo apa-apaan sih. Sean adek kita, wajar kita peduli dan sentuh dia."Ucap Jayyan marah.

"Gak, kalian itu cuman orang asing yang berusaha dekat dengan Sean."Bantah Rafi.

"Iya kita memang orang asing. Tapi Bunda Livia nikah sama ayah kita jadi otomatis Sean jadi saudara kita. Yang orang asing itu kalian."Ucap Samudra membuat Rafi emosi.

"Kita memang gak punya hubungan keluarga sama Sean, tapi yang ada untuk Sean sejak kecil kami. Momen kalian tak sebanding dengan momen kami dengan Sean."Ucap Dika.

"Tapi-"

"BANG SEAN."Teriak Jeremy memotong ucapan Jayyan.

°°°°°°°°To be continued°°°°°°°°

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang