12. THE LION

8.1K 279 3
                                    

JANGAN LUPA FOLLOW,
VOTE, KOMEN GUYS BIAR
AKU SEMANGAT UPDATE NYA.
HAPPY READING!

Brak

Vincent mendorong pintu markas dengan kencang, mambuat anggota Atlevas yang sedang berkumpul terkejut.

"Santai anjeng!" ucap Erlangga kesal.

"The Lion." kata Vincent, lalu duduk di sofa dengan ekspresi datarnya.

Anggota Atlevas meringis ngeri melihat wajah ketuanya yang sangat datar itu.

"Yang nyerang tadi?" tanya Ganael memastikan. Vincent menanggukkan kepalanya.

"Emang kagak ada kapoknya." sahut Jarel.

"Bawa ketuanya kehadapan gua." perintah Vincent dengan nada dinginnya.

Anggota inti Atlevas saling tatap. Pasalnya, saat anggota Atlevas di ganggu The Lion, Vincent akan membiarkannya. Tapi sekarang, lelaki itu malah menyuruh inti Atlevas untuk membawa ketua dari The Lion ke hadapannya.

"Oke." jawab Erlangga, kemudian berjalan ke ruangan khusus inti Atlevas.

"Yang nyerang udah pada sadar Vin." ucap Ganael, saat mendapatkan pesan dari anggota Atlevas yang menjaga di ruang bawah tanah, tempat penjara sekaligus tempat menyiksa.

Vincent bangun dari sofa, lalu berjalan ke tempat ruang bawah tanah berada, di ikuti inti Atlevas.

Pintu terbuka menampilkan inti Atlevas, membuat penjaga di sana membungkuk kan tubuh masing-masing.

"Dimana orang-orang yang gua bawa tadi?" tanya Ocean, pada salah satu penjaga.

"Mereka sudah di bawa keruang siksa, Tuan." ucap penjaga itu dengan tubuh yang membungkuk.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, inti Atlevas langsung berjalan ketempat ruangan siksa berada.

Mereka masuk ke dalam ruangan itu dengan Vincent yang langsung duduk di sebuah kursi, dengan inti Atlevas berada di kedua sisinya.

Mereka melihat anggota The Lion yang sedang duduk di kursi dengan senderan kursi yang penuh benda tajam yang ujungnya lancip, sangat lancip. Jangan lupakan mulut yang di lakban, dan tubuh yang di ikat agar menyender pada kursi.

Banyak darah yang sudah keluar dari punggung mereka, bahkan kedua mata mereka sudah banyak mengeluarkan air mata.

"Tarik lakban." perintah Vincent dengan nada dinginnya.

Danzel berjalan santai, lalu menarik keras lakban dari mulut mereka, membuat anggota The Lion berteriak kesakitan.

Erangan dan teriakan mulai terdengar dari kedua telinga inti Atlevas. Bukannya kasian, mereka malah mengeluarkan smirknya masing-masing.

Vincent mengangkat jari telunjuknya ke arah besi panas berada, memberi isyarat untuk membawa benda itu
ke hadapannya.

Penjaga yang sedang memanaskan besi itu pun mengerti, ia langsung berjalan ke arah Vincent, dengan besi panas yang ada di tangannya.

Sebelum memberikan besi panas, penjaga itu memberikan sarung tangan anti panas kepada Vincent, kemudian memberikan besi panas yang di minta oleh lelaki itu.

"Yang berurusan sama gua mana?" tanya Vincent sambil melihat besi panas yang ada di tangannya.

"Jing, yang berurusan sama lu mah semuanya." sahut Ganael menatap Vincent dari samping.

"Lu bego, yang Vincent patah in kepalanya tolol." ujar Danzel ngegas.

"Makanya kalo ngomong yang jelas, gua mana ngerti." ucap Ganael.

"Lu nya yang goblok, makanya kagak ngerti." kata Jarel dengan nada bicara yang mengejek, membuat Ganael menatapnya malas.

"Udah mati kalo itu mah Vin, oh iya, mau di bakar atau di gimana in?" tanya Ocean.

"Cincang." jawab Vincent, kemudian bangun dari kursinya dan berjalan mendekati anggota The Lion yang masih saja berteriak kesakitan.

"Gua!" sahut Ganael cepat.

"Lah apaan, gua lah!" ucap Danzel menatap Ganael tidak suka.

"Gua dulu lah, gantian bangsat." kata Jarel ngegas.

"Gak usah lu semua, gua aja udah." ujar Ocean, lalu berjalan mendekati anggota The Lion bersama Vincent.

"APA-APAAN!" jawab inti Atlevas tidak terima.

"AAAARRRRRGGGGHHHHH." teriak keras salah satu anggota The Lion, saat Vincent menempelkan besi panas itu pada pahanya.

Inti Atlevas dengan cepat mendekat ke Vincent dan Ocean. Selain suka berantem, mereka juga suka yang namanya menyiksa.

"Mau dong gua mau!" pinta Ganael semangat.

Ceklek

Pintu terbuka, menampilkan Erlangga yang sedang berjalan masuk ke dalam ruangan itu, dengan satu tangan berada di saku celana.

"Lama amat anjir nyarinya." celetuk Ocean. Padahal Erlangga hanya mencari ketua The Lion selama 15 menit.

"Sambil makan, laper." jawab Erlangga, kemudian mengambil belati kesayangannya di saku celana.

"Namanya siapa Lang?" tanya Ganael penasaran.

"Pandu Derlingga."

"Itu doang informasi yang lu dapet?" tanya Ganael lagi.

"Kagak lah bego, banyak gua dapetnya, cuman lupa."

"Pikun." ejek Ocean, di balasan tatapan malas oleh Erlangga.

"Mau gua bawa kesini atau kita yang kesana?" tanya Erlangga.

"Gua berubah pikiran, kita yang kesana." kata Vincent.

Tiba-tiba saja salah satu handphone mereka berbunyi, itu adalah handphone milik Vincent.

Lelaki tampan itu melepas sarung tangannya, lalu keluar dari ruangan siksa.

"Lah dia mau kemana anjir!" celetuk Ocean bingung.

"Antara di telp cewek gua sama Mommy." jawab Jarel santai, kemudian mengambil sebuah pisau kecil yang sangat tajam.

"Cewek gua pala lu!" kata Erlangga tidak terima.

"Jangan ada yang nyentuh punya gua." perintah Vincent dari pintu, kemudian berjalan pergi.

"Punya gua? Apaan yang punya dia?" tanya Ganael bingung.

"Tolol." umpat inti Atlevas secara bersamaan.

"Lah bangsat, kok ngatain anjeng!"

"Pantes kalo lu yang di katain, lu bego soalnya." sahut Ocean sambil menatap Ganael mengejek.

"Ya gua kagak tau bangsat, lagian gimana bisa lu pada paham omongan Vincent jing?"

"Omongan Vincent gampang di paham in, kalo lu kagak paham berarti tu otak lu kecil." jawab Jarel santai.

"Brengsek!" umpat Ganael keras, membuat inti Atlevas tertawa kencang.

"Tinggal jawab aelah." kata Ganael.

"Males." ucap inti Atlevas bersamaan, kemudian mereka semua mulai bermain pada anggota The Lion, dengan benda tajam kesayangan masing-masing.

Sedangkan Ganael hanya diam. Lelaki itu terus berpikir apa maksud dari ucapan Vincent.

"OH GUA TAU!" teriak Ganael keras membuat inti Atlevas yang sedang bermain terkejut.

"Lama-lama mulut lu yang gua sobek." kesal Ocean sambil mengarahkan pisaunya ke Ganael berada.

"Punya gua maksud Vincent tuh, yang udah dia patahin kan palanya?" tanya Ganael, tetapi bukannya menjawab, mereka malah berbalik badan, lalu bermain pada anggota The Lion lagi.

"ANJENG! GELUT SINI KONTOL." umpat Ganael dengan suara yang keras, membuat inti Atlevas menahan tawa mereka masing-masing.

Caramel is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang