04. ANGEL

11.1K 408 3
                                    

JANGAN LUPA FOLLOW,
VOTE, KOMEN GUYS BIAR
AKU SEMANGAT UPDATE NYA.
HAPPY READING!

Caramel melirik bangku di sebelahnya ini. Tidak ada orang, bahkan bangku anggota inti Atlevas juga kosong.

Saat guru keluar dari kelas, tiba-tiba saja anggota inti Atlevas masuk dengan luka masing-masing di wajah mereka.

Vincent duduk di sebelah Caramel. Gadis itu ingin bertanya pada Vincent, tapi ada rasa sedikit takut, karena ada luka di bibir dan di pipi lelaki tampan itu.

"Em, gue boleh nanya gak?" tanya Caramel ragu-ragu, membuat Vincent menoleh.

"Hm?"

"Lo abis berantem ya? Mukanya banyak luka gitu."

"Jatoh bukan berantem." katanya, membuat Caramel menatap lelaki itu tidak percaya.

"Di kira gue bocah kali ya bisa di bodoh-bodohin gitu?" batin Caramel tidak terima.

Vincent mengambil satu bangku kosong, di letakkan nya di sebelah bangku miliknya, lalu dengan santai ia merebahkan kepalanya di paha Caramel itu membuat gadis itu melebarkan matanya.

Kaki lelaki itu di letakan di bangku kosong itu, kemudian matanya mulai terpejam.

Sedangkan Caramel terdiam mematung. Anggota inti Atlevas tidak ada yang memperhatikan mereka, karena mereka semua sudah tertidur.

Tanpa sadar, tangan Caramel mengelus rambut milik Vincent. Gadis itu menyadarinya, ia melotot berniat menarik tangannya, tetapi suara berat memberhentikan pergerakannya.

"Terus elus Angel." pintanya dengan mata yang masih setia terpejam.

Caramel terdiam mendengar panggilan dari Vincent. Bukan Caramel, melainkan nama tengah gadis itu, Angel.

"Elus." pinta lelaki itu lagi, tetapi kali ini dengan kedua matanya yang terbuka.

Sontak manik hazel milik Caramel dan manik biru terang milik Vincent, bertemu.

Lumayan lama, sampai akhirnya Caramel memutuskan untuk mengelus rambut lelaki itu.

"Kayak gini gapapa? Nanti ada Miss gimana?" tanyanya sembari mengelus rambut hitam pekat milik Vincent.

"Jamkos." jawabnya lalu memejamkan matanya. Matanya terasa berat. Lelaki tampan itu mengantuk.

Tak lama kemudian, dengkuran halus terdengar menandakan Vincent sudah berada di alam mimpinya.

Caramel tidak hanya mengelus rambut lelaki itu saja. Tetapi ia juga memperhatikan wajah lelaki tampan itu.

Ayara bersiul, membuat Caramel menoleh ke arahnya.

"Cie cie." goda gadis itu dengan suara yang pelan, sangat pelan.

Caramel hanya mengangkat jari tengahnya pada Ayara, membuat gadis itu tertawa cekikikan.

Caramel menoleh lagi ke Vincent. Ia kembali memperhatikan wajah tampan lelaki itu. Gadis itu meringis, ketika melihat luka yang ada di pipi lelaki tampan itu.

Tangannya bergerak mencari sesuatu di dalam tasnya. Setelah menemukannya, ia langsung menempelkan nya pada luka di pipi lelaki itu, benar itu adalah plester.

Plester yang bergambar pinguin berwarna putih hitam dengan latar belakangnya putih.

Plester itu sangat tidak cocok diwajah sangar Vincent. Tapi apa boleh buat? Caramel hanya mempunyai plester yang bergambar lucu seperti itu.

Tring.. Tring..

Bell yang di tunggu-tunggu oleh Caramel akhirnya berbunyi. Pahanya terasa keram.

Caramel is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang