21. DI HUKUM

9.8K 299 5
                                        

JANGAN LUPA FOLLOW,
VOTE, KOMEN GUYS BIAR
AKU SEMANGAT UPDATE NYA.
HAPPY READING!

Caramel mulai memakan mie ayamnya, dan begitu pula dengan Ayara dan inti Atlevas.

Mereka mengobrol biasa, tetapi sesekali Jarel menggoda Caramel.

"Gua boleh gabung sini?" tanya seorang lelaki tiba-tiba, membuat mereka yang sedang makan menoleh.

"Kagak ada kursi kosong lagi soalnya." lanjut lelaki itu.

Inti Atlevas menyender pada kursi, kemudian menatap datar lelaki itu.

"Eh boleh kok, sini." ucap Caramel, sambil menepuk kursi kosong di sebelahnya.

Lelaki itu tersenyum smirk, di dalam hatinya. Kemudian berjalan mendekati Caramel.

Tetapi, Erlangga dengan tiba-tiba saja mendudukkan bokongnya di samping Caramel, membuat lelaki itu memberhentikan langkahnya.

Caramel menoleh, ke arah Erlangga, membuat lelaki itu melembutkan tatapannya.

"Kok pindah?" tanya Caramel, bingung tentunya.

"Di gangguin Ocean, males gua duduk sana." bohong Erlangga, sambil menatap Ocean, dengan tatapan isyaratnya.

Caramel menatap Ocean. Lelaki itu hanya menyengir, sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya, peace.

"Yaudah lo duduk di sampin Ocean aja." perintah gadis cantik itu.

Lelaki itu belum jalan, mendekati kursi yang di sebelah Ocean, tapi Ocean justru menaruh kedua kakinya di atas kursi itu, membuat tatapan lelaki itu berubah menjadi datar.

"Ih Ocean! Awasin gak kakinya?" ucap Caramel malas.

"Keram kaki gua El, abis lari tadi, butuh perenggangan." tolak Ocean, sambil menatap lelaki itu dengan menaikkan satu alisnya, dan tersenyum tipis.

"Liat pake mata, kagak ada kursi kosong." sahut Ganael. Kedua tangannya di lipatkan di depan dadanya.

"Mata lu biasa aja, mau ni sumpit melayang kah?" tanya Danzel, menatap balik lelaki itu dengan tatapan kalah datar.

"Mau gua seret, atau pergi sendiri Sergio Prahagin?" tanya Jarel, menatap tidak suka pada lelaki itu.

Benar, lelaki yang ingin duduk di sebelah Caramel adalah Sergio, lelaki yang menjatuhkan earphone milik Caramel.

Caramel menatap Danzel, baru saja ingin mengeluarkan suara, tapi Erlangga memotongnya.

"Dia bukan orang baik, cantik." ucap lelaki itu, sambil tersenyum.

Caramel beralih menatap Erlangga, "Tau dari mana?" tanya gadis itu.

"Nebak." jawab Erlangga santai, sambil mengambil baksonya, dan mulai memakannya.

Caramel menggelengkan kepalanya, kemudian bingung, saat dirinya tidak melihat keberadaan Sergio.

"Makan, bentar lagi bell." titah Erlangga, membuat Caramel melotot.

Tringg.. Tringg.. Tringg..

Kedua mata Caramel tambah melebar, "Kok cepet banget?!" ucap gadis itu, sambil memakan mienya dengan gerakkan cepat.

"Uhuk-uhuk!" batuk Caramel, membuat inti Atlevas terkejut, mereka semua serentak memberikan sebotol air mineral.

"Pelan-pelan atuh cantik, santai aja gapapa." ucap Jarel.

"Kan udah bell, mana bisa pelan-pelan dong."

"Bisa cantik." jawab Danzel.

"Yaudah sih El, lama-lamain aja, gue males belajar." sahut Ayara, sambil memakan mienya, dan menonton kartun yang ada di handphone Caramel.

Caramel sangat amat sering makan sambil menonton kartun, apalagi kartun hello jadoo.

Akhirnya, Caramel memilih untuk pelan-pelan memakan mienya, sayang kalau mie seenak ini di makan cepat-cepat. Harus di nikmati.

Setelah makanan masing-masing habis, mereka berjalan ke arah kelas mereka berada.

"Udah ada guru, gimana dong?" tanya Caramel, menatap miss Jina yang sedang menjelaskan materi.

Inti Atlevas tampak berpikir keras.

"Gini aja, si cantik sama Ayara tunggu sini, nanti kita masuk ke dalem, ngalihin perhatian miss Jina, kalo ntar di tanya, bilang abis dari toilet." ucap Erlangga panjang lebar.

"Kalo kalian di hukum gimana?" tanya Caramel lagi.

"Gapapa, udah biasa!" sahut Jarel santai.

"Yoai, gas masuk." ajak Danzel, membuat inti Atlevas berjalan santai memasuki kelas.

"Siang miss Jina cantik!" sapa Jarel, menggoda wanita itu.

Perlahan, inti Atlevas mengelilingi miss Jina, agar wanita itu tidak akan melihat dua perempuan masuk ke dalam kelas.

"Kalian ini! Dari mana saja? Sudah 30 menit bell berbunyi, kenapa baru masuk?" tanya miss Jina geram.

Segala alasan di lontarkan oleh inti Atlevas, dan dua perempuan itu mulai memasuki kelas dengan santai, seolah tidak terjadi apa-apa.

"Miss tidak bertanya seperti itu, yang miss tanya adalah kalian dari mana?" tanya wanita itu lagi.

"Kantin." ucap Danzel membocorkan, membuat seisi kelas tertawa terbahak-bahak.

"Gue tebak, abis ini di jewer!" kata Ayara bersemangat.

Benar saja, miss Jina menjewer telinga Danzel, membuat lelaki itu berteriak.

"Aw miss sakit atuh miss! Masa cuman saya yang di jewer? Merekanya nggak gitu?" tanya Danzel tidak terima.

Inti Atlevas menjulurkan lidahnya masing-masing, mengejek Danzel.

"Miss Liat miss!" adu Danzel, sambil meringis, kala miss Jina tambah menjewer nya.

"Kalian semua, keliling lapangan 50 putaran." ucap miss Jina, membuat inti Atlevas melotot.

Mereka tidak mengira, bahwa hukuman yang akan di berikan oleh miss Jina akan seberat itu.

"Miss, saya gak mau mati muda miss." kata Ganael memelas.

"60 putaran." tambah wanita itu, membuat inti Atlevas menatap tajam Ganael.

"Ngeluh lagi, 100 putaran." ancam miss Jina. Mereka melemaskan bahunya masing-masing.

"Kalo kabur, 300 putaran." tambah miss Jina lagi.

"Kok tau sih miss kalo mau kabur, dukun ya?"

"70 putaran." ucap miss Jina, membuat inti Atlevas melebarkan matanya.

"Sekarang keluar." titah wanita itu, membuat inti Atlevas berlari keluar dari kelas, takut hukuman akan bertambah.

Miss jina mengerutkan dahinya, "Dua perempuan di belakang, baru masuk?" tanya miss Jina, membuat mereka berdua berdiri.

"Tadi abis dari toilet miss." ucap Ayara.

"Pas mau ke kelas, ada guru yang minta tolong anterin buku ke perpustakaan miss." lanjut Caramel, membuat Ayara tersenyum tipis.

Wanita itu menganggukkan kepalanya, "Namanya siapa?" tanyanya, sambil membuka buku absen.

"Ayara, Caramel miss."

"Oke, kalian berdua silahkan duduk."

Dua perempuan itu bertos ria, sambil tertawa pelan.

Caramel is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang