Prologue : Transmigrasi Menjadi Ibu Sang Tuan Puteri Kejam

38.1K 1.5K 19
                                    

"Anda terlihat berbeda dari biasanya Kapten"

Ucap seorang pria gagah dengan pakaian prajurit militer dari negara kepulauan yang tangannya sudah berlumuran darah.

Di depannya, seorang wanita gagah yang berlumuran darah itu menatapnya nyalang, meskipun kondisinya sudah pasti tak terselamatkan, dia masih bisa menatap nyalang wakil nya sendiri.

"Saya tidak menyangka anda akan menggunakan cara kotor seperti ini untuk menyingkirkan saya. Meskipun saya mati, saya pastikan anda tidak akan mungkin bisa menggantikan-"

Dorr

Pria itu mengeratkan pegangannya pada pistol yang baru saja ia arahkan pada wanita yang berumur darah yang selalu ia panggil kapten ketika bertugas.

Rasa iri karena semua orang lebih menyanjung wanita itu membuatnya dendam dan ingin menghabisi sang kapten, beruntung untuknya karena mereka dalam misi yang sama, misi ini cukup berbahaya dan dia bertekad akan menghabisi kaptennya ketika bertugas.

Disaat sang kapten sudah banyak kehilangan darah, tetap saja wanita itu masih bisa menatapnya tajam dan justru mengejeknya,

Sedangkan sang kapten yang kembali mendapatkan tembakan di perutnya, terkekeh dan sebelum kesadaran ya hilang dia melanjutkan perkataannya yang belum selesai,

"Kau tidak akan pernah bisa menduduki posisi ku, karena kau pecundang!"

Sebelum kesadaran nya benar-benar hilang, ia merasa mati rasa dan tembakan juga terdengar nyaring. Selanjutnya hanya kegelapan yang ia dapatkan.

***********************************

"Jadi begitu ya, aku terdampar ke sebuah novel karangan adik ku sendiri. Heol, bagaimana semuanya menjadi nyata. Dan aku menjadi Gisselle, Permaisuri angkuh dan hanya tahu berfoya-foya. Dan suka mengabaikan kedua anaknya, hingga puteranya acuh dan lebih dekat dengan Kekasih Kaisar yang sebentar lagi akan diangkat menjadi selir? Dan juga puterinya yang pendiam dan lama-lama akan balas dendam padanya karena sakit hati sering di ejek Ibunya sendiri."

Allesha Alexandrian, kapten prajurit angkatan darat yang bahkan berfikir tidak untuk menikah, sekarang terjebak dalam tubuh seorang Permaisuri bodoh dan angkuh, memiliki dua anak pula. Dan akan mati hanya dalam kurung waktu beberapa tahun karena puterinya sendiri dan sebentar lagi juga akan di depak dari kursinya sendiri.

Berulang kali Gisselle menghela nafas hingga Anne sang pelayan pribadi sedikit khawatir dengan perubahan beliau, setelah bangun tidur sekian lama karena sakit, dan bangun justru terlihat sedikit aneh karena terus diam dan tidak mau keluar ruangan, ini sudah hari kedua setelah junjungan nya ini sembuh dari sakit.

"Yang Mulia, apa saya harus memanggilkan dokter untuk anda?"

"Terimakasih Anne, tapi tidak perlu."

Satu lagi yang membuat Anne tertegun, junjungan nya berbicara lembut namun auranya sangat tegas, bicaranya pun irit.

Gisselle menatap kearah luar dari jendela kamarnya yang mewah, dia belum keluar dari ruangannya sama sekali dan tidak ada yang berniat datang, entah itu suaminya atau kedua anaknya. Iyah, dia sebenarnya juga tidak perduli,

Yang menjadi pikirannya adalah bagaimana ia menghindari kematiannya dan mengubah anak perempuan itu untuk menjadi berpihak kepadanya. Sebelum di depak dari sini, akan jauh lebih baik dia mengajukan banding untuk di pulangkan saja ke rumah Marquess daripada diasingkan ke daerah dingin.

Tapi, dia tidak boleh berubah terlalu mencolok, atau semua akan semakin curiga kepadanya. Dimana jiwa Permaisuri yang asli, apakah jiwanya sudah pergi paska dinyatakan sakit?

"Yang Mulia Kaisar datang?"

Anne yang hendak membuka pintu pun di buat panik saat junjungan nya sang Permaisuri itu tiba-tiba jatuh pingsan,

Pekikan Anne pun membuat yang berada di luar termasuk Kaisar terkejut, saat semuanya masuk semuanya terpaku dengan Anne ya ng tengah memangku kepala sang Permaisuri.

Kstaria Permaisuri sigap mengangkat sang Permaisuri ke ranjang dan pelayan segera memanggil dokter. Sedangkan sang Kaisar hanya menatap dalam diam.

Beberapa saat...

"Yang Mulia kurang asupan bergizi dan kurang istirahat pasca sembuh yang Mulia Kaisar. Tidak ada yang perlu di cemaskan." ucap sang dokter kekaisaran,

Lagi, Kaisar itu hanya diam membuat Anne mengepalkan kedua tangannya, sedangkan sang Permaisuri tengah menahan diri untuk tidak mengumpat, pasalnya dia memang pura-pura pingsan daripada harus berinteraksi dengan Kaisar tirani itu.

"Tinggalkan saya dengan Permaisuri saja." titah Kaisar dengan dingin,

"Tapi Yang Mulia-"

Ucapan Anne terhenti kala ajudan Kaisar menghentikan langkahnya dan menyeretnya keluar,

Jantung Gisselle juga berdebar, untuk apa Kaisar ini menyuruh semua orang keluar.

Saat semuanya sudah keluar....

"Sampai kapan kau akan pura-pura pingsan huh?"

Nada dingin itu membuat Gisselle akhirnya membuka matanya dan menatapnya ragu, hal yang selalu Gisselle lakukan ketika tengah berhadapan dengan Kaisar,

"Trik apalagi yang mau kau gunakan untuk mempertahankan kedudukanmu di sini selain akting?"

Sungguh, Gisselle tidak ingin berurusan dengan Kaisar ini. Jadi Gisselle hanya menatapnya sendu tanpa mau berbicara, sejujurnya ia ingin muntah saat ia melakukan hal ini. Harga dirinya sebagai Kapten jatuh seketika,

"Aku muak denganmu."

Drap

Drap

Drap

Kaisar itu keluar, dan tinggalkan Gisselle yang memperagakan cara bicara Kaisar tadi.

"Uku muuk dungunmu, cih, kau pikir aku tidak, sialan!"

"Yang Mulia! Apa anda baik-baik saja?"

Gisselle hanya mengangguk saja dan kembali rebahan....

***********************************

Dua hari berlalu paska kejadian pura-pura pingsan,

Dengan gaun indahnya yang mewah, Gisselle berjalan menuju ruangannya, meski jarang kesana untuk bekerja tetapi hari ini dia adalah Gisselle dengan jiwa yang baru.

Pekerjaan Gisselle biasanya di kerjakan oleh Kepala Pelayan bagian istana White Rubby, istana Permaisuri. Jordan, sang Kepala Pelayan istana White Rubby di buat tertegun dengan kedatangan junjungan nya dan segera memberi hormat.

Gisselle mengangguk sekilas sebelum pada akhirnya duduk di kursi kerjanya, dan mulai memeriksa dokumennya.

"Anda baik-baik saja Yang Mulia?" tanya Jordan,

"Aku tahu kau terkejut Jordan, mulai sekarang tolong bantuannya ya, di sisa masa kedudukan saya ini. Saya ingin bisa bekerja sebagai Permaisuri sebagaimana mestinya."

Baik Jordan dan Anne tentu mereka terkejut, Permaisuri paling enggan bekerja apalagi memeriksa dokumen, dan lagi bagaimana sang Permaisuri bisa sesantai itu berkata tentang sisa kedudukannya sebagai Permaisuri.

Padahal beberapa minggu yang lalu dia menolak dengan tegas di turunkan dari posisinya sebagai Permaisuri dan membuat Kaisar dengan tegas akan menceraikannya jika terus menolak. Berakhir dengan sang Permaisuri meminum racun, dia selamat tapi kondisi kesehatannya memburuk setiap saat,

"Y-yang Mulia?"

Gisselle tersenyum, dia sudah menentukkannya, dia menerima perceraian ini dengan syarat dia mengajukan untuk di kembalikan ke kediaman Marquess, dan sebelum itu terjadi, dia akan sering berkunjung ke rumah Ayahnya untuk membangun camp militer yang hebat.

Iyah sekali lagi dia lebih tertarik dengan perang daripada rumah tangga yang pelik,

Daripada itu, mari kita membuat sang Tuan Puteri calon psikopat itu berubah lebih baik secara perlahan,

"Aku ingin bertemu Tuan Puteri Bodoh itu."


LANJUT??

Menjadi Ibu Untuk Tuan Puteri Kejam [] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang