05. LastPaperPlane :The Daydream

1.4K 231 28
                                    

......

Setelah pertengkaran yang terjadi malam tadi, Lisa memilih melewatkan sarapan pagi dengan keluarga nya. Semua anggota keluarga Lee hadir kecuali Lisa yang menolak untuk bergabung dan memilih untuk kembali tertidur.

Keadaan di meja makan sangat hening, Lee Dong Wook dan Yoo In Na hanya saling menatap melihat keterdiaman ketiga putri nya yang lain.

Makanan yang tersedia seakan tidak menarik untuk mereka makan karena hilangnya nafsu makan mereka. Ketiga Kim hanya menghargai keberadaan ayah dan ibunya di meja makan itu.

"Makan sarapan mu,nak. Kau tidak akan kenyang dengan hanya menatapnya seperti itu." Ucap Lee Dong Wook pada Chaeyoung yang hanya memainkan alas piring nya.

Chaeyoung menatap kursi di sampingnya dimana biasanya Lisa akan menghangatkan suasana sarapan mereka. Keceriaan Lisa dipagi hari adalah sebuah energi sebelum mereka melakukan aktivitas diluar.

Chaeyoung hanya menghembuskan napasnya tanpa ingin menjawab ucapan ayahnya.

Lee Dong Wook tahu, jika ketiga putri nya masih belum melupakan kekacauan malam tadi yang menyebabkan adik kecilnya mengurung diri.

"Baiklah, Appa berangkat sekarang. Jaga diri kalian." Melihat suaminya yang nampak terburu-buru meninggalkan meja makan, Yoo In Na segera mengantarkan Lee Dong Wook ke depan teras mansion.

Mereka menatap kepergian ayahnya. "Bahkan Appa tidak merasa bersalah." Ucap Jennie yang kesal, Jisoo segera pergi dari meja makan hendak menghampiri Lisa disusul oleh Jennie dan Chaeyoung.

Seperti biasa, Jennie yang berada di paling belakang akan selalu terengah-engah jika menaiki tangga. "Hah~ mengapa rumah kita memiliki empat lantai."

Jennie berpegangan pada sisi tangga dengan napas yang memburu. "Maka dari itu, Appa membuat lift agar Unnie tidak mengeluh."

Jennie memutar matanya jengah, Chaeyoung membantu Jennie menaiki anak tangga terakhir. Pintu kamar Lisa tidak tertutup sepenuhnya, memudahkan mereka untuk masuk.

Jisoo mengedarkan pandangannya dan melihat jika Lisa masih tertidur dengan pulas. Meski posisi tidur gadis berponi itu sudah tak karuan, namun mereka yakin jika tidur Lisa cukup nyenyak.

"Apakah perlu kita bangunkan?" Tanya Chaeyoung mengusap kening Lisa yang tertutup poni yang basah.

Jisoo menarik Chaeyoung untuk menjauh dari Lisa, karena takut adiknya itu terbangun dan mendapatkan suasana hati yang buruk.

"Tidak usah, biarkan dia terbangun dengan sendirinya. Suasana hati nya akan buruk jika kau usik kenyamanan nya." Chaeyoung patuh dan segera turun dari ranjang.

Akhirnya Jisoo dan Chaeyoung pergi dari kamar Lisa dan membiarkan Lisa tertidur lebih lama. Kecuali Jennie yang masih terdiam menatap adiknya, Jennie duduk di sisi ranjang dan mengusap pelan pipi tembem Lisa.

"Aku sangat bersyukur Lisa masih ada disamping ku." Tangan itu bergetar setiap mengusap lekukan wajah Lisa.

Tiba-tiba Jennie mengerutkan keningnya dan menutup matanya erat-erat saat bayangan kejadian masa lalu kembali diputar ulang oleh pikiran nya.

Sret.

"Unnie, tunggu..." ucap gadis kecil berponi itu yang berlarian menyusul kakaknya disebuah taman bermain didekat rumah mereka.

Usia Lisa masih enam tahun sehingga sulit untuk mengejar dengan cepat kakaknya itu yang berumur dua belas tahun.

Dugh.

".....Unnie!" Tangis dan jeritan dari adiknya dibelakang membuat Jennie menoleh dengan perasaan terkejut.

Jennie sangat khawatir melihat adik kecilnya yang terjatuh menghantam tanah dengan kuat. "Lisa-ya, gwenchana?"

Last Paper PlaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang