...........
Di dalam perpustakaan kampus yang sangat luas, terdapat seorang gadis yang asik menuliskan lirik lagu yang dia buat untuk seseorang.
Keadaan yang tenang semakin membantunya mendapatkan inspirasi yang akhir-akhir ini begitu sulit dia dapatkan.
Menyendiri adalah senjata untuknya mendapatkan alur cerita yang akan dia jadikan sebuah lagu. Chaeyoung memang berbakat dalam bidangnya.
Sudah banyak lirik lagu yang dia jual kepada produser musik dari agensi-agensi terkenal. Semua cerita dari lirik lagu yang Chaeyoung buat selalu terasa nyata dalam kehidupan.
"Kau sibuk?" Hendak menuliskan sepenggal lirik yang sempat dia ingat, namun pertanyaan seseorang membuat kata tersebut tiba-tiba hilang dan Chaeyoung hanya mampu menghela napasnya.
"Kau tidak melihat aku sedang apa?" Tidak ada nada dari jawaban itu. Hanya terdengar dingin dan tak mau tahu siapa orang tersebut.
"Igeo, aku tahu kau sangat menyukai ini." Cha Eun-Wo memberikan sekotak susu coklat dan juga samgak gimbap di hadapan Chaeyoung.
Mata itu melirik dan sempat berbinar. Namun seakan sadar jika dirinya tidak boleh terlalu excited akan hal apapun, Chaeyoung hanya mengangguk dan menerima makanan tersebut. "Kamsahamnida."
Cha Eun-Wo mencoba duduk di depan Chaeyoung, gadis itu menyambar samgak gimbap sembari menutup buku yang berisi puluhan lirik lagu.
Sinar matahari yang menembus jendela besar perpustakaan itu menambah kesan indah saat sinar hangat itu menyoroti wajah cantik seorang Chaeyoung.
Cha Eun-Wo begitu larut dalam lamunan yang tak ingin melepaskan pandangannya itu. "Apa kau tidak mendengarkan ku?"
Chaeyoung menendang sepatu Cha Eun-Wo dari bawah meja membuat lamunannya buyar dan tidak sadar dengan apa yang Chaeyoung ucapkan.
Chaeyoung memutar matanya jengah. Pipi Chaeyoung terisi penuh oleh makanan tersebut dan hal itu membuat Cha Eun-Wo tertawa gemas.
"Pelan-pelan, tidak ada yang ingin mengambilnya dari mu." Ucap pria itu menyentuh sudut bibir Chaeyoung.
Uhuk..uhuk...
Chaeyoung cukup terkejut hingga tersedak karena perlakuan Cha Eun-Wo padanya. Pria berpindah tempat dan berusaha untuk menepuk-nepuk punggung Chaeyoung, dia memberikan susu coklat untuk meredakan batuknya.
Chaeyoung menyingkirkan lengan Cha Eun-Wo dan mulai mengambil napas panjang. "Tadi aku bertanya padamu, apa kau pernah menjual sebuah lagu?"
Cha Eun-Wo kembali duduk di hadapan Chaeyoung. "Tidak, aku tidak berpikir sejauh itu, semua musik yang aku buat tersimpan rapih di dalam studio musik di rumahku."
Chaeyoung dibuat cukup heran dengan itu. Menurutnya, kemampuan yang mereka miliki bisa menghasilkan uang bahkan bisa menjadi sebuah pekerjaan dengan bayaran tinggi.
Untuk apa dia menyimpan banyak lirik jika tidak di jual? Apakah dia memang sekaya itu sehingga tidak ingin menghasilkan uang?
"Wae? Apa kau tidak tahu jika kau bisa mendapatkan royalti dari label musik yang membeli karya mu sekaligus ku akan mendapatkan pengalaman yang berharga."
Cha Eun-Wo hanya terdiam, pemikiran Chaeyoung begitu luas dan sangat realistis. Berbeda dengan dirinya yang tidak sampai mendalami semua itu.
"Akan aku pelajari, aku tidak ahli dalam menjual karya. Sebenarnya, masuk ke dunia musik bukanlah keinginan ku." Ucapannya tidak membuat Chaeyoung terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Paper Plane
RandomAngin selalu berbicara lewat pesawat kertas yang aku terbangkan. Semakin besar angin yang berhembus,semakin tinggi lah aku akan terbang membawa harapan dan impian. -L -Third story.