..........
Suara bising yang ada di sekitarnya menjadi sebuah pengisi keheningan pikiran seorang gadis yang tengah menatap sebuah menara tinggi dihadapannya.
Menara Eiffel menjadi tempat terakhir untuk Jisoo menjelajahi kota Paris selama lima hari ini. Jisoo tak menyia-nyiakan sedikitpun waktu yang dia miliki selama di Paris ini.
Bukan hanya karena memiliki waktu, namun Jisoo harus kembali dengan membawa seribu cerita untuk adiknya yang sangat mengharapkan keberadaannya di tempat ini.
"Aku akan pergi ke tempat yang kau inginkan."
Jisoo tengah mengantre sebuah antrean panjang menuju puncak menara Eiffel. Cukup lama dirinya berdiri, namun Jisoo menikmati perjuangan panjang ini demi memenuhi keinginan Lisa.
Sang sekretaris hanya menatapnya dari jauh, melihat bagaimana gigihnya keinginan Jisoo untuk sampai menuju puncak menara Eiffel.
Akhirnya, kini giliran Jisoo yang bisa masuk menaiki tangga besi sebelum dirinya menaiki sebuah lift di dalamnya.
Jisoo melirik pada sekretarisnya yang mengepalkan tangannya sembari mengucap. "Hwaiting, sajangnim."
Jisoo hanya tersenyum melihat tingkah laku wanita dibawah itu. Jisoo benar-benar menikmati perjalanan menyenangkan ini.
"Aku pasti akan kembali membawamu ke tempat ini, Lisa. Di sini sangat indah." Jisoo begitu terpana dengan keindahan kota Paris, bahkan itu belum sampai puncak namun Jisoo sudah bisa menikmati keindahannya.
Setiap langkah yang dia pijak akan menjadi sebuah memori yang indah untuk pengalaman hidup Jisoo.
Hanya beberapa tingkatan lagi Jisoo sampai menuju puncak menara Eiffel namun rasanya, kepala Jisoo terasa sangat berat.
Jisoo berhenti sejenak, mempersilahkan orang-orang yang ada di belakangnya agar berjalan lebih dahulu dari dirinya.
Jisoo segera mengeluarkan pesawat kertas milik Lisa, meski tidak sampai menuju puncak. Namun Jisoo tetap menerbangkan pesawat kertas itu melewati celah pagar besi.
Jisoo sudah siap dengan ponselnya, lalu dia segera menerbangkannya dengan perasaan yang lega, mengabadikan momen tersebut sebaik mungkin.
Jisoo langsung terduduk dengan kaki yang sangat lemas, memasukkan kembali ponselnya pada tas kecil dan berusaha menetralkan napasnya.
"Are you okey?" Salah satu pengunjung yang tengah berjalan menuruni tangga itu, mendekat padabya karena dia melihat ada yang tidak beres dari Jisoo.
Sepertinya Jisoo mengalami fobia ketinggian, wajahnya begitu pucat dengan keringat dingin yang memenuhi sekitar dahinya.
Gadis baik hati itu, memberikan Jisoo air putih mineral untuk menetralkan rasa khawatir Jisoo. "Merci." Balas Jisoo pada gadis cantik yang telah membantunya.
"Mianhe Lisa-ya, Unnie tidak bisa melanjutkannya perjalanan menuju puncak itu." Mendengar gumaman dari Jisoo, gadis dengan rambut hitam terikat itu sontak menatap Jisoo.
"From South Korea? Oh Annyeonghaseo....."
Jisoo ikut membungkuk saat gadis tersebut membungkuk padanya, sebagaimana kebiasaan orang Korea jika bertemu dengan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Paper Plane
De TodoAngin selalu berbicara lewat pesawat kertas yang aku terbangkan. Semakin besar angin yang berhembus,semakin tinggi lah aku akan terbang membawa harapan dan impian. -L -Third story.