⛔ Part sebelumnya masih sangat sepi sekali karena katanya gak ada notifikasi. Jadi, yang belum tahu silahkan baca dulu part sebelumnya dan jangan lupa vote serta komen ya...
............
Aroma obat-obatan mulai tercium menyengat menembus masker medis yang dia pakai, saat Jisoo dan ibunya masuk ke dalam ruangan Dokter Shin.
Yoo In Na masih setia memapah Jisoo hingga membantunya untuk berbaring di atas brankar. "Kau nyaman seperti ini?"
Jisoo mengangguk dan memilih untuk berbaring sembari menunggu kedatangan Dokter Shin. Yoo In Na hanya mampu mengusap lengan Jisoo.
Di kehidupannya yang sempurna saat ini, Jisoo sudah melewati banyak duri yang membuatnya tumbuh menjadi gadis yang sangat kuat.
Yoo In Na sangat tahu bagaimana perjalanan kehidupan Jisoo meski dirinya harus membagi perhatian pada ketiga adik Jisoo lainnya.
Sebagai seorang ibu, jujur saja Yoo In Na jarang mendapati putri sulungnya yang terluka fisik ataupun sakit karena kesehatan.
Sama seperti adik bungsunya, kedua gadis yang memiliki jarak usia cukup jauh itu sangat jarang merasakan sakit di fisiknya.
Dan saat Yoo In Na melihat putri terkuatnya ini mengalami kejadian yang memilukan, Yoo In Na begitu gelisah dan benar-benar bersedih dengan kondisi Jisoo.
"Eomma waegeure? Dokter Shin berbicara denganmu." Jisoo membuyarkan lamunan ibunya. Dokter Shin tersenyum hangat dan sedikit membungkuk pada Yoo In Na.
"Annyeonghaseo..."
"Ah nee. Annyeonghaseo." Yoo In Na berjalan mundur dan mempersilahkan Dokter Shin untuk segera memeriksa luka di perut Jisoo.
Jisoo tidak melepaskan pandangannya melihat sang ibu yang begitu gelisah dengan kondisinya. Bahkan hingga hari ini, Yoo In Na masih setia mengurusnya setelah merebut perhatian dari adik-adiknya saat di Paris kemarin.
Jisoo tidaklah kekurangan perhatian ayah dan ibunya namun melihat perhatian dan kasih sayang beberapa hari ini, Jisoo sangat bersyukur atas hal itu.
Bahkan jika boleh, Jisoo cukup bersyukur mendapatkan luka ini karena dapat merasakan kembali perhatian khusus yang jarang dia dapatkan dari ibunya.
"Aigo, sepertinya kau tidak akan bisa memakai crop top lagi." Gurau Dokter Shin melihat luka jahit itu.
"Fokus saja sembuhkan luka ku." Terkesan dingin, namun hal itu sudah menjadi hal biasa bagi Dokter Shin mengahadapi banyak kepribadian keempat putri Lee.
"Kondisinya sangat baik. Luka jahitnya akan mengering sekitar lima hari kedepan. Untuk itu, jaga kondisimu dan jangan terlalu banyak beraktivitas berat."
Dokter Shin menutup kaos yang Jisoo pakai, lalu duduk di kursi dan mulai berbincang dengan Yoo In Na.
Sedangkan Jisoo ikut terbangun namun tidak sampai turun dari brankar. Kakinya di biarkan menggantung lalu dia membuka ponselnya sekedar memberi kabar pada macan betinanya Lisa.
Namun Jisoo tidak mendapatkan balasan pesan dari Jennie. Padahal gadis berpipi mandu itu selalu fast respon jika dirinya mengirim pesan. Namun untuk kali ini tidak, "mungkin dia sedang sibuk."
___________
Gelas kecil itu kembali terisi oleh seseorang yang merasa ragu saat harus kembali menuangkan air alkohol untuk gadis bermata kucing ini.
"Jangan sampai mabuk, aku tidak ingin mati di tangan kakakmu." Ujar seorang wanita pada Jennie yang terus meminta untuk kembali mengisi gelasnya.
Ruangan private itu menjadi tempat ternyaman untuk Jennie melakukan hal apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Paper Plane
DiversosAngin selalu berbicara lewat pesawat kertas yang aku terbangkan. Semakin besar angin yang berhembus,semakin tinggi lah aku akan terbang membawa harapan dan impian. -L -Third story.