........
Lee Dong Wook dan Yoo In Na sepakat untuk menjemput putrinya pulang sekolah. Di dalam mobil itu, Lee Dong Wook tak henti-hentinya tersenyum dan sesekali bercanda dengan Yoo In Na.
Dia benar-benar telah sadar bahwa hubungan gelap bersama Kim Seo Yeon adalah sebuah kesalahan terbesar yang dia buat.
Melihat bagaimana sang istri yang bahagia hanya dengan candaan itu membuat hati Lee Dong Wook menghangat.
Mobil mereka mulai memasuki halaman besar sekolah, beberapa mobil yang juga ikut menjemput mulai membuat barisan panjang.
"Di sana. Uri Lisa sedang menunggu kita." Yoo In Na menunjuk pada atensi Lisa yang tengah berdiri sembari menggoyangkan pelan tubuhnya ke kanan dan kiri.
Tin!
Mobil itu berhenti tepat di hadapan Lisa. Ibunya keluar dan segera memberikan pelukan hangat untuk Lisa. "Eomma..."
"Aigo, uri Lisa sudah bekerja keras hari ini." Di susul sang ayah yang juga ikut memeluk Lisa dengan erat.
"Bagaimana harimu, berjalan dengan baik?" Lee Dong Wook menyamakan ukuran tinggi dengan Lisa.
"Nee, semua berjalan dengan sangat baik." Lee Dong Wook mengacak-acak poni Lisa dengan gemas. Lalu membawa putrinya masuk kedalam mobil.
Sedangkan tak jauh dari posisi Lisa berada, Hwang Eun-bi kembali melihat keharmonisan keluarga Lisa. Entah mengapa Tuhan seperti sengaja ingin membuat Hwang Eun-bi iri dengan hal itu.
"Ya! apa kau ingin terus berdiri disana?"
Tubuh Eun-bi bergetar takut dan terkejut mendengar suara tegas ayahnya di dalam mobil. "A-Ah nee Appa."
Hwang Eun-bi segera masuk dan mendudukan dirinya di samping sang ayah yang mulai menjalankan mobilnya meninggalkan sekolah.
Suasana di dalam mobil itu benar-benar terasa sangat canggung dan sunyi. Tidak ada candaan antara seorang ayah kepada putrinya.
Plak!
Kepala Eun-bi sedikit terpental membentur kaca mobil di sampingnya saat tangan kekar sang ayah memukul kepalanya tanpa alasan.
Jantungnya berdegup kencang saat menyadari jika dirinya telah melakukan kesalahan di mata ayahnya. Eun-bi mengusap kepalanya yang terbentur itu.
"Aku membiayai mu sekolah, untuk menjadi seseorang yang unggul dari semua orang. Geunde wae? kau selalu kalah dengan gadis bernama Lisa itu, wae?!"
Matanya tertutup, telinganya berdenging nyaring saat teriakan keras ayahnya kembali terdengar. Tangannya mengepal kuat dengan tubuh yang bergetar ketakutan.
Ayahnya selalu memantau nilai dan kinerja belajar putrinya ini lewat guru yang dia perintahkan.
Setelah mendengar bahwa putrinya mendapatkan saingan yang membuat Hwang Eun-bi tertinggal, dia sangat prustasi dengan itu.
Ambisinya menjadikan Eun-bi siswa terbaik, nyatanya harus terkalahkan oleh seorang gadis dengan kepintaran di atas Eun-bi.
"M-Mianhe-yo Appa, a-aku akan belajar dengan giat." Helaan napas ayahnya benar-benar membuat Hwang Eun-bi ingin menangis dan segera sampai menuju rumahnya.
"Harus! kau harus belajar dengan benar. Jika tidak, habis kau ditangan ku." Dia meremas setir mobil kuat-kuat.
Ayahnya tidak membawa Eun-bi pulang menuju rumah untuk beristirahat. Dia lebih memilih membawa Eun-bi menuju sebuah akademi yang akan memberikan pelajaran tambahan, dengan kata lain ayahnya membawa Eun-bi menuju tempat les.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Paper Plane
RandomAngin selalu berbicara lewat pesawat kertas yang aku terbangkan. Semakin besar angin yang berhembus,semakin tinggi lah aku akan terbang membawa harapan dan impian. -L -Third story.