08. LastPaperPlane : Decision

1K 187 11
                                    

................

Setiap langkah kaki yang dia pijak, entah mengapa terasa berat dia rasakan. Bukan sepatu hitam yang membuatnya merasa berat, namun ada suatu tanggung jawab yang harus dia pikul sendirian.

Kepulangannya selalu di tunggu oleh para putri cantik yang senantiasa menyambutnya dengan hangat. Suara melengking yang selalu menjadi melodi indah untuknya begitu dia rindukan.

Dengan masih memakai balutan jas hitam, Lee Dong Wook berjalan menghampiri ruang rawat putrinya yang pagi tadi mengalami kejang hebat.

Rasa khawatirnya tak pernah hilang sedikitpun ketika dirinya memutuskan untuk pergi bekerja. Bahkan proses tanda tangan kontrak pun tidak mendapatkan hasil yang baik sebab ketidak fokusan Lee Dong Wook terhadap pekerjaan nya.

Mereka membatalkan kontrak kerja sama dengan perusahaan nya. Entah ini adalah sebuah karma karena telah membuat putrinya terluka dan kecewa. Entah hanya kesialan saja yang tengah menghampiri nya.

Tarikan napas yang amat panjang Lee Dong Wook lakukan saat hendak menyentuh gagang pintu itu. Bersikap tenang dan bersikap seakan semuanya baik-baik.

Aroma obat-obatan tercium sangat khas saat dirinya memasuki ruangan yang terasa dingin itu.

Menatap jam dinding berwarna hitam yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Lee Dong Wook mengedarkan pandangannya menatap kelima wanita itu yang tertidur dengan wajah yang terlihat lelah.

Berjalan mendekat pada ranjang, Lee Dong Wook memperhatikan wajah indah putri bungsunya yang tertidur lelap dengan punggung tangan yang masih tertempel infus.

Wajahnya begitu pucat dengan bibir yang kering ditambah lingkar mata yang memerah, menambah kesan menyedihkan dari Lisa.

"Nak.."

Suara serak itu langsung membangunkan Lisa dari tidurnya. Duduk di bangku dengan tangan yang mengusap lembut jemari lentik Lisa.

"Kau sudah baikkan?" Lisa memaksakan diri untuk terbangun dan menyambut kepulangan ayahnya malam ini.

"Aku baik-baik saja." Entah mengapa rasanya menjadi canggung, Lisa yang selalu manja pada ayahnya terlihat canggung meski beberapa hari mereka tidak bertukar sapa.

"Kau sudah meminum obatmu, hm?" Tatapan ayahnya begitu tulus di mata Lisa. Suara lembut yang akhir-akhir ini Lisa rindukan, kini terdengar oleh pendengaran Lisa sendiri.

"Apa kau lelah?" Wajah tegas itu, di usap lembut oleh jemari lentik sang putri yang sangat dia cintai. Ketulusan yang putrinya berikan memberikan kehangatan untuk Lee Dong Wook yang merasa lelah dengan pekerjaannya.

Lee Dong Wook menggeleng setelah mendengarkan ucapan Lisa. "Apakah kau lelah merawatku?"

Lee Dong Wook menghentikan usapan lembut yang putrinya berikan. Suara yang bergetar itu membuat Lee Dong Wook merasa ketakutan.

"Tidak nak, Appa tidak pernah lelah merawatmu. Kau putri Appa yang akan selalu Appa cintai." Lisa tersenyum mendengar ucapan ayahnya.

"Lisa anak yang baik, putri Appa yang selalu patuh. Dan selalu memberikan kebahagiaan pada kami semua, tidak mungkin Appa merasa lelah merawatmu."

Ayahnya mencium telapak tangan putrinya begitu hangat. Melihat ketulusan ayahnya, Lisa semakin merasakan sakit di dadanya.

Lisa tidak mungkin melupakan kejadian dimana ayahnya yang tengah bercumbu dengan seorang wanita di belakang ibunya. Namun sikap baik yang sedang ayahnya berikan ini membuat Lisa merasa buruk.

"Jika kau benar-benar menyayangiku, tolong izinkan aku bersekolah seperti gadis seumuran ku yang lain." Jemari lentik itu menggenggam tangan kekar ayahnya.

Last Paper PlaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang