.............
Langkah kaki yang ringan ini, membawa dirinya pergi bertemu dengan seorang gadis berseragam sekolah yang terduduk sendiri di bangku panjang, menunggu salah satu anggota keluarganya menjemput pulang.
Dengan menenteng sebuah susu coklat kotak yang diyakini akan membuat seorang Lisa senang, langkah Kim Ji-won tiba-tiba terhenti saat melihat kedatangan seorang wanita yang mendekat pada Lisa mendahului nya.
Dia melihat bahwa senyum Lisa terbit melihat kedatangan wanita tersebut. Entah apa yang mereka bicarakan, namun sepertinya Lisa cukup nyaman berada di samping wali kelasnya itu.
"Gwenchana, biarkan Lisa akrab dengannya. Aku akan menemuinya besok." Kim Ji-won berbalik, memilih untuk kembali menuju ruangannya dan meninggalkan Lisa yang sedang duduk bersama Kim Seo Yeon.
Sepatu dengan hak tinggi itu, berhenti tepat di samping sepatu sekolah seorang gadis yang terduduk manis sendirian.
"Kau belum pulang? siapa yang akan menjemputmu, ayahmu?" Kim Seo Yeon duduk di samping anak didiknya ini dengan sedikit kecanggungan yang ada.
Merasakan adanya aura yang berlawanan dengannya, Lisa menatap siapa gerangan yang ingin duduk bersamanya ini.
"Eoh annyeonghasimnika." Lisa hendak berdiri, namun tangannya segera ditahan oleh Kim So Yeon untuk kembali duduk di sampingnya.
Lisa tersenyum canggung saat Kim Seo Yeon tak henti-hentinya menatap wajahnya ini, bahkan dari ekor matanya saja Lisa dapat melihat jika wanita tua ini tak melepaskan pandangan darinya.
"Kau menunggu ayahmu?" Pertanyaan itu cukup membuat Lisa tak nyaman, sebenarnya. Namun, Lisa harus memberikan kesan yang baik di hadapan wanita ini.
Lisa hanya tersenyum tak ingin menjawab pertanyaan tersebut.
"Majja, kau pasti menunggu ayahmu. Dia pasti akan menjemput putrinya ini, bukan?" Ucap Kim Seo Yeon percaya diri yang baru di beri tawa canggung oleh Lisa.
"Animnida, ayahku sedang tidak berada di rumah. Kakak ku yang akan menjemput ku." Ungkap Lisa yang berusaha sangat sopan pada wanita berwajah tegas ini.
Lantas Kim Seo Yeon mengerutkan keningnya mendengar jawaban Lisa. "Lee tidak ada di rumah?" Ucapnya dalam hati.
Tidak ada sama sekali kecurigaan yang dia taruh atas ungkapan yang Lisa berikan padanya. Hal yang wajar jika seorang ayah tidak ikut menjemput putrinya di karenakan sibuk.
"Ah... jadi, ayahmu masih bekerja dan tidak bisa menjemput? Ayahmu pasti seorang pria yang hebat, pria yang sangat sibuk biasanya akan menyayangi keluarganya." Ucap Kim Seo Yeon dengan kehati-hatian.
"Ayahku sedang berada di Paris, tentu dia tidak akan bisa menjemputku saat ini. Apakah kalian berteman? mengapa kau sering bertanya tentang ayahku?" Tanya Lisa yang mampu membuat Kim Seo Yeon menohok.
Dia menelan salivanya dengan susah payah, saat Lisa menatapnya dengan tatapan menuntut.
"A-Aniyo, jangan salah paham. Kami tidak berteman sama sekali, aku hanya bertanya layaknya seperti wali kelas mu saja." Lisa semakin menatap dalam-dalam wajah Kim Seo Yeon yang terdengar gugup itu.
Namun setelahnya, Lisa memutuskan kontak mata dengan Kim Seo Yeon dan mengangguk paham saja dengan apa yang wanita itu ucapkan.
Pembicaraan mereka terus berlanjut hingga tak terasa jika para murid mulai tak terlihat keberadaannya. Hanya beberapa gadis senior yang selalu berlalu lalang di sekitar sekolah elite itu.
"Apakah kau mengingat wajahku?" Ucap Kim Seo Yeon menyentuh dagu Lisa dan berusaha menatap wajahnya dalam-dalam.
Kedipan matanya semakin cepat saat rasa was-was mulai memberikan sinyal untuk tetap berada dalam jarak aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Paper Plane
RandomAngin selalu berbicara lewat pesawat kertas yang aku terbangkan. Semakin besar angin yang berhembus,semakin tinggi lah aku akan terbang membawa harapan dan impian. -L -Third story.