Perusahaan "Rebecca Company" Saat ini sedang bekerja sama dengan perusahaan No. 1 dari keluarga Chankimha makanya perusahaan Becky semakin hari semakin berkembang.
Freen kemudian melanjutkan perjalanannya menuju alamat yang sudah tertera di kertas tersebut.
"Permisi Pak." Panggil Freen kepada security yang sedang berjaga didepan gerbang.
"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" Tanya security itu.
"Ini Pak, saya ingin mengantar makanan pesanan dari pemilik
perusahaan ini." Jawab Freen dengan sopan."Silahkan langsung keruangan CEO, Nona." Kata security nya.
"Baik Pak, Terima kasih." Jawab Freen lagi.
Freen segera masuk kedalam perusahaan itu tapi saat hampir sampai di lobby perusahaan, Freen tiba-tiba di panggil oleh resepsionis.
"Maaf Nona." Panggil resepsionis.
"Saya hanya ingin mengantarkan pesanan untuk tuan CEO." Kata Freen kepada wanita tersebut.
"Tapi Tuan CEO kami sedang ada rapat dan saat ini tidak bisa diganggu." Jawab resepsionis nya.
"Oh gitu ya karena CEO kalian lagi sibuk saya titip disini saja ya pesanan nya dan silahkan di bayar dulu ya Phi."
"Ha... Belum dibayar?" Tanya resepsionis nya sedikit terkejut.
"Saya mana ada uang untuk membayar makanan Bos." Batin resepsionis itu.
"Halo Nona." Panggil Freen.
"Ah, iya kenapa?" Tanya resepsionis yang pura-pura lupa.
"Ini bayar lewat aplikasi ini saja ya." Kata Freen sambil memberikan ponselnya untuk di Scan.
"Ta.... Tapi disini saya tidak punya uang." Jawab resepsionis itu dengan gugup.
"Biar aku saja yang bayar." Kata seorang wanita cantik yang baru saja datang.
"Silahkan."
Wanita itu pun langsung menatap Freen dari atas sampai bawah dengan tatapan seolah merendahkan pekerjaannya sebagai kurir pengantar makanan tapi dia tetap membayar pesanan dari CEO.
"Terima kasih Phi, apakah benar Phi model terkenal itu?" Tanya Freen.
"Ya benar." Jawab wanita itu dengan wajah sombong nya.
"Sudah sini biar aku saja yang antar makanan ini keatas. Kamu pergi saja sana." Kata wanita itu lagi dan langsung merebut kotak makanan tersebut dari tangan Freen.
Freen hanya bisa menghela nafas nya karena memang sudah resiko nya kalau bekerja sebagai pengantar makanan pasti akan selalu di rendahkan oleh orang lain tapi dia lebih suka hidup sederhana seperti ini daripada hidup dalam kemewahan.
Tapi kalau soal menolong orang Freen tidak akan pernah melupakan nya karena sejak kecil sampai sekarang itu sudah menjadi rutinitas dalam kehidupan nya.
Setelah urusan nya selesai Freen langsung pergi meninggalkan perusahaan tersebut.