1.

3K 218 41
                                    

Suara deru kendaraan menghiasi jalanan kota siang ini. Semua orang berlalu-lalang sibuk dengan urusannya masing-masing.

Menunggu bus di halte. Berjalan mencari makanan di kafe. Duduk santai di bawah rindangnya pohon di taman. Bahkan, ada yang sekedar berjalan tanpa arah hanya sekedar untuk melepas penat.

Begitu pula dengan si kecil yang sekarang duduk manis di dalam mobil. Melaju tidak terlalu kencang membelah sedikit kepadatan lalu lintas.

Netranya mengedar ke arah luar jendela mobil. Melihat begitu sibuknya manusia di kota ini.

“Paman,” suara kecilnya memecah keheningan.

“Ya.”

“Tolong antar ke kantor Ayah saja ya, Paman,” pintanya dengan penuh harap.

“Tapi tadi Tuan suruh langsung antar Adek ke rumah,” jelasnya yang secara tidak langsung menolak permintaan tuan mudanya ini.

Ih! Bosan di rumah, Paman! Ke tempat Ayah saja ya~” dirinya terus berusaha agar supir keluarga yang dia panggil Paman ini mengantarnya ke tempat kerja sang Ayah.

“Baiklah, tapi Paman antar sampai tempatnya Tuan ya,” ujarnya lagi dengan pandangan tetap fokus ke jalan raya.

“Sampai lobi saja. Biar Junho sendiri yang ke atas. Junho bisa kok!”

Hah, baiklah. Tapi Paman tetap bilang ke Tuan dulu ya.”

“Ok, Paman. Terimakasih banyak!!!” teriak bocah yang bulan depan berusia 7 tahun ini.

Paman Han, supir yang sudah dirinya anggap Paman sendiri pun tersenyum melihat tuan mudanya senang. Paman Han sendiri sudah bekerja dengan Ayah Junho sejak si kecil belum lahir.

Dirinya sebagai supir pribadi, sedangkan istrinya juga setia sebagai asisten rumah tangga di keluarga tersebut.

10 menit berlalu dan sampailah mereka di depan gedung milik Ayah si kecil. Paman Han sendiri tentunya sudah memberitahu Tuannya kalau si kecil akan datang ke kantor.

“Adek,” panggilan yang mereka sematkan untuk tuan mudanya.

“Ya,” jawabnya seraya melepas sabuk pengaman.

“Paman sudah beritahu Tuan kalau adek mau datang. Nanti bisa minta tolong kakak yang di lobi buat antar ke ruangan ya.”

“Ok, Paman. Junho turun dulu ya. Makasih dan hati-hati ya, Paman,” kata Junho ketika turun dari mobil.

.
.
🌼🌼🌼
.
.

Hawa dingin AC pun langsung menerpa wajah bocah 6 tahun tersebut ketika kakinya mulai melangkah masuk. 

Curiga? Tidak. Bahkan hampir semua orang di dalam kantor tersebut sudah tahu anak pemilik perusahaan ini.

“Halo, Junho~” sapa seorang perempuan yang berada di belakang meja lobi.

“Halo, Kakak Lisa~”

“Mau ketemu Ayah?” tanyanya ramah.

“Iya, tapi Junho lapar. Mau ke kantin dulu,” jawabnya dengan tangan mengusap perut di balik seragam sekolahnya.

“Mau Kakak antar?”

No~ Junho bisa sendiri kok. Junho kan a big boy!”

Hahaha! Big boy?” goda Lisa yang dibalas dengan tawa. “Ok, big boy. Nanti kakak kasih tahu Ayah kalau big boy-nya baru di kantin ya,” tambah Lisa sembari merapikan rambutnya.

“Terimakasih Kakak Lisa yang cantik jelita. Bye~” goda Junho yang langsung menuju ke arah kantin yang berada tidak jauh dari lobi.

Kantin kantor tampak tidak terlalu ramai. Mungkin karena sudah lewat dari jam makan siang. Tapi masih ada beberapa orang yang menikmati hidangannya.

ENCHANTÉ [Nice To Meet You]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang