29.

568 93 15
                                    

Sudah beberapa minggu setelah mereka pulang dari bulan madu. Rumah yang dulunya sepi karena sering ditinggal penghuninya sekolah dan bekerja, kini ramai kembali. Apalagi ditambah Jisoo dan Haneul yang tinggal di sana.

Junho yang sudah naik ke kelas 2 SD itu pun juga mulai banyak kegiatan. Apalagi ditambah klub sepakbola yang dia ikuti. Haneul yang sudah mendekati 2 tahun juga mulai banyak bertanya tentang segala hal. Mau tidak mau, kedua orangtuanya harus siap dengan segala jawaban juga.

Taehyung yang biasanya menyibukkan diri di kantor mulai membatasi pekerjaannya. Sebisa mungkin jam 5 sore, dirinya sudah berada di rumah bersama keluarga kecilnya.

Bagaimana dengan Jisoo? Dirinya terkadang masih keras kepala membantu di kantin. Padahal sang kakak sudah menyuruhnya untuk tinggal saja di rumah. Alasan klasik yang Jisoo berikan adalah bosan.

Lagipula, kios kantin yang tadinya milik Seokjin dipercayakan ke Jimin untuk mengurusnya. Masih miliknya, namun yang bertanggung jawab penuh bukan lagi Seokjin. Dirinya kini diberi tanggunggan lebih besar. Seokjin dipercaya untuk mengurus kafe baru milik Chaerin yang baru saja dibuka. Tentu saja dibantu oleh Hobi.

Namun, sebenarnya ada alasan lain yang membuat mereka melarangnya membantu di kantin atau di kafe. 

.
.
🌼🌼🌼
.
.

“Tumben ngajak makan malam di luar? Gak sama anak-anak lagi.”

Malam ini Jisoo mengajak Taehyung untuk makan malam di luar. Tentu saja hanya berdua. Jisoo memilih kedai yang menjual omurice dan beberapa makanan Jepang.

“Kenapa? Gak boleh?” tanyanya sedikit kesal.

“Ya gak gitu. Tumben aja cuma berdua, biasanya gak bisa jauh sama anak-anak,” Taehyung sedikit menata makanannya agar muat di meja.

“Yaaaaaa… Lagi pengen berdua gitu,” jawabnya singkat.

Iiih… Sayangku lama-lama gemesin banget!” Taehyung tidak lupa dengam kebiasaan barunya, bermain pipi milik Jisoo yang makin hari makin berisi.

“Maaas!”

Hehehe…”

“Mas,” panggilnya.

Hmmm?” Taehyung mulai memakan makanannya.

“Mas, kalau misal kita punya momongan nih. Ngomong sama anak-anaknya gimana?”

“Tiba-tiba? Masih kepikiran waktu di Maldive?”

“Sedikit,” Jisoo menyuapkan makanan ke mulutnya.

“Udahlah, gak usah dipikirin lagi. Maaf kalau malah kamu jadiin beban,” Taehyung mengusap lembut tangan pasangannya. “Tapi kalau misal dikasih kepercayaan lagi, kita kasih tahu mereka pelan-pelan. Mungkin kalau Junho gampang, dia suka kalau banyak temannya. Kalau Haneul, hmmm… Lebih pelan-pelan.”

“Itu yang aku pikirin, Mas. Haneul. Aku takut Haneul gak suka kalau dia jadi kakak,” Jisoo menggenggam erat tangan Taehyung.

“Kita kasih tahu pelan-pelan ya, sayang,” sekali lagi usapan Taehyung memberi ketenangan untuk Jisoo.

“Janji ya, Mas.”

“Iya, sayang~”

“Mas,” panggilnya lagi.

“Iya, sayangku~”

“Ini,” dirinya memberikan kotak kecil di hadapan suaminya.

“Apa? Aku lagi gak ulang tahun.”

“Emangnya kalau ngasih hadiah harus pas ulangtahun?” Jisoo membalikkan pertanyaannya. “Buka aja.”

Taehyung menyingkirkan piringnya. Mendekatkan dirinya pada kotak pemberian Jisoo. Matanya sesekali menatap Jisoo di depannya agak curiga. 

ENCHANTÉ [Nice To Meet You]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang