21.

687 110 27
                                    

“Masuk dulu, Jis.”

Jisoo melangkahkan kakinya memasuki apartemen milik Pak Ahn. Netranya memandang sekitar ruang tengah tersebut. Hanya ada beberapa foto Pak Ahn seorang diri. 

Cukup aneh untuk seseorang yang katanya sudah mempunyai anak, menurut Jisoo. Tapi sekali lagi dirinya tidak mau berburuk sangka dahulu, mungkin ini tempat tinggalnya selama masih lajang.

“Mau minum apa, Jis?” tanya Pak Ahn yang sudah berganti pakaian.

Ah, itu. Air putih saja.”

“Oke. Duduk dulu saja, saya ambilkan airnya,” Pak Ahn berlalu menuju dapur.

Suasana hati Jisoo benar-benar tidak karuan. Hatinya menginginkan Jisoo untuk segera pergi, namun otaknya selalu ingin berpikiran baik dahulu. 

“Ini silahkan diminum dulu,” Pak Ahn meletakkan segelas air putih di meja depan Jisoo.

“Terimakasih, Pak,” Jisoo meminumnya untuk memgurangi perasaan tidak nyamannya. “Mmm… Kalau boleh tahu anak Bapak di mana ya? Istri Bapak?”

Oh, itu,” Pak Ahn tiba-tiba menggeser duduknya di sebelah Jisoo. “Santai dulu saja, Jis.”

“Bukan begitu, Pak. Cuma saya harus ngobrol sama anaknya biar tidak canggung,” jelas Jisoo dengan wajah yang mulai tidak nyaman.

“Nanti mereka juga pulang. Paling 1 jam lagi.”

“1 jam?” tanya Jisoo tidak percaya.

“Kenapa?” pria itu menambah dekat jaraknya dengan Jisoo.

Kata-kata yang ingin Jisoo lontarkan seakan tertahan dibibirnya. Tangannya mulai gemetar ketika Pak Ahn benar-benar mengikis jarak mereka. Terasa ada tangan berada di belakang leher Jisoo.

“Kenapa? Kenapa diam saja?” Pak Ahn mulai mendekatkan wajahnya. Nafasnya mulai terasa di telinga Jisoo. “Sudah saya bilang santai saja.”

Tidak hanya itu, tangan kirinya sudah mulai berani mengusap lengan Jisoo. Hal ini membuatnya semakin takut dan tidak berani menatap wajah Pak Ahn. Dirinya memilih menunduk dan menutup mata. Saking takutnya, Jisoo tidak sadar tangan Pak Ahn sudah mulai naik ke atas pahanya.

“M-ma-maaf, Pak. Saya kebelet. Kamar mandi di mana ya?” Jisoo berusaha tetap tenang.

Pak Ahn langsung menegakkan kembali tubuhnya. Merasa kegiatannya terganggu, dengan terpaksa dirinya menunjukkan kamar mandi yang berada di sebelah dapur. Tanpa pikir panjang, Jisoo langsung masuk ke dalam dan menenangkan hatinya. Kalimat dirinya harus keluar dari apartemen ini terus dirapalkan diotaknya.

Untung saja Jisoo membawa tasnya masuk. Segera dia menelpon kakaknya atau Taehyung agar cepat menolongnya. Jisoo mulai sadar kalau dirinya sedang dijebak sekarang. Perlakuan Pak Ahn sangat tidak bisa dimaafkan olehnya.

Di dalam kamar mandi, dia merutuki dirinya sendiri. Bodoh. Seorang Kim Jisoo bisa dibodohi dengan hanya iming-iming gaji besar dengan menjadi guru les. Jika tidak untuk Haneul, dirinya tidak akan mengambil pekerjaan ini.

Air mata mulai mengalir dari pelupuk mata. Tangan yang sedikit gemetar mulai menekan nomor sang kakak berkali-kali, namun nihil. Mungkin sedang banyak pembeli, pikirnya. Harapan terakhirnya hanya pada calon suaminya sekarang.

Menunggu beberapa detik dan bahagianya Jisoo ketika mendengar suaranya. Namun…

Brak! Brak!

Jisoo benar-benar terkejut ketika pintu kamar mandinya berusaha didobrak dari luar. Tanpa pikir panjang, Jisoo meminta bantuan pada Taehyung.

“Mas… Tolong! Hiks… Mas, aku takut! Mas!” dengan sesikit berbisik, Jisoo berusaha meminta pertolongan.

ENCHANTÉ [Nice To Meet You]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang