HULUPES

341 32 4
                                    

Dua mata mengedip, lambat. Tercengang, shik shak syok. Kaki dibawa masuk perlahan.

"Maklumin ya nak, Alan."

Senyum tipis terbingkai diwajah. "Tidak apa bunda."

"Itu Naya nya." Menujuk seonggok di atas ranjang yang masih terlelap tidak peduli dengan matahari yang meninggi. "Siram aja gak apa-apa kok. Atau bakar koleksi nya, bunda yang tanggung jawab."

Tangan mengusap tengkuk canggung. "I-iya bunda."

"Bunda tinggal kedapur." Bunda pergi meninggalkan kesunyian.

Pandangan mengedar agak sakit mata melihat satu kamar penuh dengan poster pria. Apakah ini Park jigong? Ganteng tapi masih ganteng dirinya. (PD dulu)

Rasa tidak terima muncul melihat figur, fotocard, album foto dan printilan lainnya terjejer rapi penuh kasi sayang dirak.

Belum lagi stiker yang tertempel dimana-mana, gantungan kunci, potrait dan yang paling menyala adalah langit-langit kamar yang berwarna hijau neon. Terang, silau.

Mata menyipit melihat salah satu foto yang dibingkai dengan penuh cinta diatas meja belajar. Tangan terjulur ingin melihat apakah itu foto asli atau editan.

"JANGAN PAPA!" Tersentak kaget. Alan menoleh ke arah Tara dan Liam yang berteriak.

"Rapi amat mau kemana nih."

"Hehe mau jalan-jalan dong." Liam menjawab semangat. "Oh itu jangan di centuh apalagi pegang-pegang!"

Mata mengikuti arah telunjuk putranya. "Itu editan?"

Tara melotot. "Kalau mama bangun udah habis papa." Mati-matian ngumpulin duit demi bisa foto bareng idol kesayangan malah dibilang editan.

"Itu acli papa," jawab Liam. "Koncel peltama mama. Kelen kan?"

Alan mendengus. "Tidak."

Liam menarik-narik celana kain yang digunakan Alan dengan kesal. "Kelen! Mama gak jajan belbulan-bulan bial bica beli tiket piaipi! Papa haluc muji mama!!" Tara ikut mengangguk.

"Iya, iya lepas dulu. Melorot nih." Tarikan terhenti namun masih memegang celananya. Alan mengangkat Liam dalam gendongan, melangkah menuju ranjang. "Bangunin mama mu dulu." Tubuh Liam di turunkan.

"Gak bica," jawab Liam langsung.

"Kau bahkan belum mencoba." Alan tertawa pelan.

"Ini hali Minggu mama pacti gak mau bangun, kan Ala?"

"Eum. Hari Minggu adalah hari kemalasan mama."

Alan mengangguk singkat sebagai respon. "Bawa adik mu keluar," titahnya pada Tara.

"Iam kakak!" jeritnya tidak terima.

"Iya ikuti adik mu keluar sana."

"Kenapa?"

Alan menyeringai. "Karena ini adalah adegan dewasa."

Kepala dimiringkan, mata bulat nya mengedip. Bingung dengan kata asing yang didengar. "Adegan dewaca apa?"

Tara menarik Liam. "Urusan papa sama mama kita gak boleh tau. Ayo nonton."

"Ayo!!"

Alan mendengus geli. Kakak katanya, sifat itu sangat berbalik oke.

Kini atensinya fokus ranjang, tepatnya pada Nayana. Selimut disingkap namun si empu tidak terganggu. Guling dipelukan dilepas paksa, menajuhkan benda tersebut.

Alan naik ke ranjang, memeluk Naya. Membiarkan tubuhnya menjadi guling dadakan. Bahkan ketika kaki gadis itu naik ketubuhnya dia tidak keberatan.

Tawa berat nya mengalun dengan indah ketika Naya mendusel didada.

Tangan kiri menjadi bantal dan tangan yang terbebas dibawa untuk mengusap rambut berantakannya. "Naya," panggilnya lirih namun si empu masih setia memejamkan mata.

Beralih pada pipi, mencubit nya pelan menjauhkan dari dada bidangnya. "Bangunlah." Kecupan didaratkan pada dahi secara bertubi-tubi.

Namun, itu tidak membawa Naya ke dunia. Ia asik dalam mimpi.

Alan terkekeh. Ia menyerah. Tubuh yang lebih kecil dipeluk erat sambil menepuk-nepuk bokong nya. Sesekali menciumi kepada nya, menghirup aroma vanila yang memabukan.

Ah, Tara benar. Hari Minggu gini lebih baik bermalas-malasan. Persetan dengan pekerjaan dan orang tua yang menunggu dirumah. Lebih baik bergumul diatas ranjang dengan gadisnya.

Naya melenguh merasa tubuh nya yang sesak dan gerah. Mata menyipit, mengumpulkan nyawa kemudian berubah melotot. Dengan sekuat tenaga ia menendang manusia yang tengah memeluknya. "MESUM!" jeritnya.

"Shhh." Alan mendesis, telinga dan bokongnya sakit. Kepala terangkat wajah nya mengukir senyum manis. "Naya--"

"PENCABUL!!"

Huh?

"BUND--hmphh!"

"Jangan teriak honey." Naya melotot, ia meronta. "Diam dulu."

Gadis itu mendelik lalu memutar bola mata. Tangan ia jauhkan senyum manis masih belum pudar.

"Ngapain lu disini sat!" Agaknya emosi seorang Nayana Amara(h) belum reda.

Gelas diatas nakas diambil. "Minum dulu." Lutut kanan bertumpu pada ranjang. Jemari panjang merapikan rambut Naya yang mencuat sana sini. Tatapan tidak lepas dari gadis yang sedang minum itu.

"Bunda yang menyuruh ku untuk membangunkan mu." Gelas di ambil, diletakan pada tempatnya. "Kau lupa?"

Masih dengan tatapan bengis nya. "Apa?"

"Kita akan bertemu orang tua ku."

Delikan sinis diberikan. "Kapan njir!"

Sudut bibir terangkat. "Pura-pura lupa hm?" Tubuhnya ia bawa mendekat.

Naya melotot reflek ia mundur namun tubuhnya udah mentok. Kening berkerut, menggali ingatan di otak mungil nya. Semakin lama ia berpikir makin dekat pula jarak tubuh mereka.

"T-tunggu bentar!" paniknya, kedua tangan menahan dada Alan agar tidak semakin mendekat. Pria itu mati-matian menahan tawa yang ingin meledak. Ekspresi yang berubah-ubah itu begitu menggemaskan.

Alan sukak!

"Weh!!" Belakang kepala Alan di pukul ketika pria itu mulai mengendus leher. Naya berdiri, berlari ke pojok menghindari nya. "Bangsat lu ya gue aduin ayah baru tau rasa lu di tusuk pake pisau bedah."

Alan terkikik tidak merasa bersalah sama sekali. Ia duduk santai di sisi ranjang.

Helai sepunggung nya di usak kasar. "Gue gak ada bilang mau berarti gak jadi!" Naya mendesah kesal. "Pulang sono. Ganggu tau gak!"

Senyum pria itu tidak memudar. "Bersiaplah. Aku memaksa." Setalah itu keluar mengabaikan teriakan Naya yang cetar membahana.

Maap pendek dan maap juga baru update hehe, yang baca cerita satunya pasti tau alasan gw ngilang,

Ayo mampir kesebelah,, | Y O U R S ||

Btw cerita diatas ada pengalaman pribadi wkwk

Kalian tau demi foto ini gw itu huek huek seharian, pulang" sakit, mual muntah, pusing lemah letih lesu lemas dan sekarat DAN ITU DIKATA BOKAP EDITAN!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian tau demi foto ini gw itu huek huek seharian, pulang" sakit, mual muntah, pusing lemah letih lesu lemas dan sekarat DAN ITU DIKATA BOKAP EDITAN!!

Apa gak ngamuk, emosi gw hmph ..

The Twin Adventure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang