"Berjanjilah."
"Gue--"
"Berjanjilah! Demi aku, demi anak kita. Jangan pernah meninggalkan aku."
"Itu--"
"Hanya dua Minggu! Tunggu aku kembali."
"Bentar--"
"Aku akan pulang dengan selamat. Karena itu, Naya, jangan pernah berpaling dengan yang lain."
"Tungg--"
"Berjanjilah!"
"DIAM DULU ANJ!" Napas gadis itu memburu. "Lu cuman ke negara sebelah bukan ikut war perang dunia ke-2!" amuk Naya kesal.
"Papa dramatis."
Liam mengangguk disela menarik daging di tusuk sate nya. "Cepelti biaca--uhuk .. uhuk."
Tara menoleh panik. Ia minum es teh anget terlebih dahulu barulah membantu sang kembaran. "Iam keselek tusuk sate, mama debat nya nanti dulu. Ara gak mau Iam jadi sundal bolong!"
"Duh anak gue! Tolong panggil bombe cepat!" Naya berdiri menghampiri Liam. Memberi gelas nya yang hanya tersisa es batu. "Cepat cil, minum dulu cevat!"
Liam yang masih terbatuk-batuk mengambil gelas itu patuh. Untungnya Alan yang paling waras bertindak cepat, memberi air putih pada Liam sebelum ia pergi ke akhirat.
"Aman gak cil?! Mau panggil bombe?" Naya masih berseru panik. Sedangkan Tara memeriksa tubuh sang kembaran, takut berubah menjadi sundal bolong.
"Iam engga papa kok. Tadi cuman kecelek piling aja." Liam tersenyum lebar guna menenangkan.
Alan menghela napas. Sedikit tersenyum tidak enak pada penjual dan pembeli lain yang menatap mereka aneh.
Selepas dari restoran untuk makan malam tadi. Naya kembali mengeluh lapar dan disinilah mereka. Kedai kaki lima dengan gerobak warna biru kusam dan aroma asap yang khas.
Ada yang bilang semakin tidak terawatnya fasilitas penjual, semakin enak dagangannya. Alan tidak mau percaya, tapi sekarang ia meragukan ucapkan itu.
"Liam sudah tidak apa Naya, duduklah. Tara juga, sundal bolong hanya film." Berhasil menenangkan kondisi yang sedikit kacau. Alan kembali duduk.
Ia tersenyum miris. Waktunya tidak banyak, dini hari nanti ia sudah harus berada di negri seberang. Jangankan pelukan perpisahan, ucapan manis pun tak ada.
MEMANG SALAH DIA YANG BERHARAP!!
JANGAN PERCAYA SAMA MANUSIA. SESAT!
APALAGI SEJENIS NAYA!
gpp Alan tetap menerima Naya apa adanya. Mau Naya jadi semut, jadi kuman, jadi pasien odgj seperti sekarang Alan tetap cinta kok (berusaha menguatkan diri).
"Bungkus ya?" Lamunan Alan buyar. Ia tersenyum tipis melihat Naya dengan pipi mengembung. Jemari bergerak menghapus saus kacang di sudut bibir nya.
"Iya. Habisin gih. Udah malem, kembar ngantuk tuh." Naya memalingkan wajah, bermaksud melihat arah tujuk Alan.
Tapi, Alan tertawa kecil melihat cuping telinga Naya yang memerah. Lucunya~~
Apakah Naya salting?
"Napa lu!" tanya Naya ngegas. Alan menggeleng menahan tawa membuat si empu kesal.
Plak
Lengan atas nya menjadi sasaran Naya. "Bawa anak lu tuh!"
Naya mendekat pada gerobak kang penjual sate di hilir sana. "BANG SATE NYA 100 TUSUK."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twin Adventure
De TodoIni bukan transmigrasi dunia novel atau masa depan tapi masa lalu. Dua anak kembar yang tiba-tiba hidup di zaman dimana orangtua mereka tidak saling mengenal bahkan mereka tidak mengenal sang anak! Jahat bukan? *** "MAMA!" "Woy cil gue bukan emak Lo...