HULUP AUD

146 17 0
                                    

Sepatu pantofel hitam mengkilat turun dari mobil. Tanpa berpamitan dari sang sekretaris, Alan masuk kedalam rumah tingkat dua didepannya.

Membuka pintu dengan semangat. Senyum dibibir tidak hilang sama sekali. Walau wajahnya lelah serta kantung mata yang hitam menghiasi, tetap tampan kok.

Dia sangat merindukan mereka.

Alan berjalan santai seolah rumah nya sendiri. Namun semakin ia mendekat kearah ruang tamu pria yang masih bersetalan kantor itu mengernyit ketika mendengar tangisan pilu.

Tungkai ia bawa semakin cepat.

"Ada apa?"

"Papa!" Tara yang duduk dipangkuan Naya turun dengan cepat. Menubruk kaki pria itu, efek kangen.

"Hiks .. papa." Sayang sekali si sulung tidak bisa ikut memeluk seperti sang adik. Liam berlutut dengan kedua tangan diatas jangan lupa air mata yang mengalir dengan deras. Sedangkan Naya mendengus.

"Ada apa?" Liam mengeleng, bibirnya mencebik. Alan menatap Naya penuh tanya. "Kenapa?"

Yang ditanya melipat dada. Wajah nya memerah karena kesal, mengingat insiden sepuluh menit yang lalu membuat gadis itu kembali mendengus. Amarahnya mendidih!

Alan menghela napas. "Ara?"

Tara mendongak. "Iam rusakin foto punya mama."

"Hm?"

"Photocard mama patah, Iam dudukin."

"Hiks Iam .. e-engga cengaja."

"Kan udah dibilang jangan lari-lari! Ngeyel! Sambil bawa minum lagi. Udah basah patah lagi."

"Huaaa .. maapin Iam mamaa huaaaaa!"

"Ck."

Alan memijit kepala pusing. "Naya."

"Dua puluh menit lagi."

"T-tapi maapin hiks .. Iam ya?"

"Tergantung."

"Huaaaaaaa!!!"

"Naya," tegur Alan. Ia tidak tega dengan Liam yang sudah menangis seperti itu.

"Apasih!"

"Jangan kekanak-kanakan bisa?"

"Kekanak-kanakan?" Naya menatap tak percaya.

Alan menghela napas. "Itu cuman foto," jelasnya memberi pengertian.

"Cuman lu bilang?!" Naya berdiri. Atmosfer langsung berubah. Bahkan tangisan Liam terhenti, begitu juga dengan pelukan kaki Tara.

"Lu tau gak perjuangan gue bisa dapatin tuh photocard!! Gue bela-belain gak jajan, nahan diri biar gak beli ini itu dan lu bilang, cuman?"

"Naya--"

"Special yearbook card yang cuman keluar 500 unit itu pun dua tahun lalu! Mau tau gak itu harga bukan main mahal nya!"

"Na--"

"Apa?! Masalah sepele, iya? Tuh beli pake duit. Ekonomi gue gak kayak lu. Gue mikir kalo minta duit sama orang tua apalagi cuman buat beli benda gak penting kayak gitu."

"NAYA!"

"Papa." Tara memicing tidak senang mendengar nada tinggi untuk ibunya.

"Hiks .. jangan malahin mama!"

Tak hanya kembar dan Naya yang terkejut. Alan yang meninggikan suara juga sama kagetnya.

"Sayang dengar--"

The Twin Adventure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang