AMIL

469 47 6
                                    

"Tuan anda baik-baik saja kan?"

Kurva nya yang tertarik langsung turun. Alan kembali menampilkan raut datar nya. Menatap tajam sang sekretaris.

Net tersenyum kikuk. Apa salahnya?

"Tuan?"

"Tidak. Kerjakan." Alan menujuk setumpuk kertas diatas meja dengan dagunga lalu pergi meninggalkan Net yang tercengang.

Alan mengendarai mobil dengan kecepatan rata-rata. Lagi, ia tersenyum. Pertemuan dengan gadis remaja yang memiliki emosi labil sangat membekas di pikirannya.

Ditambah anaknya? Alan terkekeh.

Hasil tes DNA sudah keluar. Dari awal hingga akhir semua di awasi bahkan dokter yang memeriksa adalah orang kepercayaanya. Tidak ada yang aneh atau mencurigakan.

Semua lancar namun membingungkan ketika hasilnya keluar. Mereka benar-benar anaknya. Anaknya dengan seorang gadis SMA yang masih ingin hidup bebas dan menikmati kesenangan.

Bukankah itu lucu? Ia bersumpah tidak pernah melakukan hal itu entah sadar atau mabuk. Jadi kapan benih nya tumbuh? Dari mana datangnya mereka? Apakah dari masa depan?

Entahlah Alan sendiri bingung. Hidup selama 27 tahun baru kali ini delima. Tapi, satu hal yang pasti mereka, Liam dan Tara adalah anak nya bersama Nayana, calon istri nya.

Sudut bibir kembali tertarik, membayangkan masa depan bersama keluarga kecilnya, lalu apa yang terjadi jika ia mengatakan hal ini kepada Naya. Apakah gadis itu akan meledak? Mencak-mencak tidak jelas? Menggerutu dengan bibir kecil nya? Atau menerima? Sepertinya opsi terakhir tidak mungkin.

Ah, menggemaskan.

Masuk kepekarangan dengan penuh aneka bunga. Keluar mobil kemudian melempar kunci pada salah satu bodyguard yang berjaga.

Tungkainya melangkah dengan santai menuju mansion orang tuanya.

"Tepat sekali lihatlah tunangan mu sudah datang, kemarilah." Liliana, sang ibu menyuruh Alan agar menghampirinya.

Disebelah wanita itu seorang perempuan duduk dengan malu-malu.

Alan berjalan mendekat tatapan nya terlihat sangat tidak senang. "Aku tidak memiliki tunangan."

"Gak boleh gitu Pa Minggu depan kamu mau tunangan kan."

"Tidak ada meminta. Lagian aku sudah memiliki calon istri pilihan sendiri." Alan berjalan menjauh.

"Tunggu dulu, apa maksud mu itu? Naspa!"

"Kau akan tau sendiri nanti." Akan menoleh kebelakang. "Dan berhenti memanggil ku seperti itu."

Alan Nazva Osmonov adalah nama lengkapnya. Namun, nama tengah yang dimilikinya Alan tidak suka, mirip nama perempuan. Berkali-kali protes bukanya berhenti orangtuanya makin gencar memanggil dengan nama tengahnya. Menyebalkan.

Liliana mendengus kesal. "Maaf ya Jessi anak nya ngeselin."

"Gapapa Tan."

"Besok kamu kesini aja ajak mama sekalian ada yang mau diomongin."

Jessica tersenyum cerah. "Baik tante, kalau gitu Jessi pulang dulu."

Pasti mau bicara tentang pernikahan gue dengan Alan kan?

Sayang sekali nona Jessica yang terhormat anda terlalu percaya diri.

+ × +

"Ma .. ma .. ba .. ngun .. a .. yo .. per .. gi .. "

"Aaa berisik njg." Naya menenggelamkan kepala di bantal penuh iler. Badanya bergerak naik turun seirama dengan lompatan si kembar di atas kasurnya.

"Mama sakit?" Tara bertanya dengan raut cemas.

The Twin Adventure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang