special (3)

133 18 2
                                    

Tap tap tap

Suara langkah kaki yang semakin mendekat menghentikan sejenak aktifitas pada meja makan.

Tara duduk disamping Liam tepat di hadapan Alan dan Nayana. Mengambil roti dalam diam tidak mau melihat tatapan prihatin yang dilayangkan.

"Makan yang banyak, jangan malu-malu anggap aja rumah sendiri," ujar Naya santai.

"Nanti om kasih sertifikat rumah nya. Santai, udah om kasih restu kok," tambah Alan dengan penekanan kata.

Pasutri itu semakin gencar menggoda sang putri dari semalam.

Bahu sempit nya bergetar, Liam yang disamping sudah berancang-ancang. "HUAAAA!!" Tara nangis kejer.

"Loh sayang kenapa nangis? Anak tante ada nyakitin?" Sifat menjahili Naya ternyata belum hilang.

"Jahatttttttt!! Ini semua karena Iam! Huaaa .. salahkan Iam bukan Ara!!!" Tangan menarik-narik seragam yang dikenakan Liam tidak terima.

Naya dan Alan kompak tergelak. Berbeda dengan Liam yang panik.

"Ara benci! Pokoknya kita putus!! Ara mau godain Geo!"

"Heh gak boleh." Alan mendelik tidak terima.

"Kita gak kenal jangan ngomong sama Ara!" Tara pergi dengan kaki menghentak kesal.

+ × +

"Ara tunggu." Liam berlari tergesa menyusul Tara. Memerkan kaos hitam polos di balik kemaja putih tanpa kancingnya. Iya, kancingnya raib karena tarikan ganas Tara.

Para siswa lainnya hanya melihat pertengkaran pasangan favorit sekolah ini dengan penuh rasa penasaran.

Sedikit lagi, saat tangan Liam hendak mencapai Tara si empu langsung berbelok. Liam mengeram kesal dengan cepat ia masuk kekelas.

Melihat sang kembaran melewati meja mereka Liam berceletuk. "Ara meja nya kelewat." Tara hirau berjalan cepat menuju bangku pojok.

"Pindah yuk, ini udah ada orang." Masih tidak menjawab, wajah di palingkan kearah jendela, pipi mengembung, bibir mengerucut.

Pipi dalam digigit menahan gemes. Liam berjongkok disamping Tara. Tangan diraih namun dengan cepat ditepis.

"Ara," melasnya yang masih tidak di gubris. "Maaf ya." Penghuni kelas kompak merona mendegar suara lembut itu.

"Nanti Iam marahin papa sama mama, hm?" Berhasil, Tara melihatnya. Dengan mata memerah, alis menukik tajam.

Rambut yang sudah berantakan kembali dijambak. "Ini semua karena Iam tau gak! Seharunya Iam yang diledek bukan Ara hii!"

"Iya, iya maaf."

"Huh." Jambakan dilepas. Tara bersedekap dada. "Gak mau! Ara masih marah, jangan ngomong sama Ara lagi. Sana."

"Ara--"

"Gak!"

"Sayang--"

"Gak mau jangan maksa! Sana ke meja Iam, jangan halangi tuh ada yang mau lewat." Liam tidak peduli ia hanya menatap melas sang kembaran.

"Sana gak." Tara melotot garang. Mau tak mau Liam menurut dari pada Tara makin ngambek.

Seorang gadis dengan poni tail mendekat. "Lu duduk sini?" Tanya Tara yang dibalas anggukan cepat.

Tak lama guru datang, pelajaran pun dimulai. Berbeda dengan Tara yang malas malasan, gadis disebelahnya menyatat materi dengan serius.

"Pshtttt." Tara mengkode. Gadis itu mengangkat kepala. Detik itu juga Tara jatuh cinta.

The Twin Adventure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang