SALEBES

291 29 1
                                    

Naya : "ARGHHHH!!" *berteriak, tantrum, gila karena tidak terima*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naya : "ARGHHHH!!" *berteriak, tantrum, gila karena tidak terima*

Alan : "hehehe~~" *tersenyum seperti odgj jatuh cinta*

"Jadi, ini gadis yang kau bicarakan?" Seorang pria paruh baya berceletuk datar, tidak minat. Baju casual yang terlihat gagah ketika dikenakan. Rambut disisir rapi dengan beberapa helai uban yang menyempil disana. Wajahnya tetap tampan meskipun beberapa kerutan menghiasi.

"Hm." Alan membalas tak kalah datar namun raut serius tidak hilang dari wajahnya. Ah, setalah dilihat-lihat wajah mereka benar-benar mirip. Copyan bapaknya. Kasihan emak nya cuman kebagian hikmah.

"Nama mu?" Naya yang sedang berpikir tersentak. Ia tersenyum canggung. "Naya om, Nayana Amara."

"Ngobrolin hal seru apa?" Seru dari mana! Wanita yang kemarin dilihatnya datang membawa camilan diikuti maid dibelakang.

"Wah makacih glandma." Liam menyesap es sirup dengan santai.

"Heh gak sopan."

Wanita itu mengambil tempat duduk disamping sang suami. Ia tergelak. "Gak apa-apa minum aja."

"Makasih grandma." Tara menyusul sang kembaran meminum sedangkan Naya hanya meringis tidak enak.

Pria yang diduga ayah Alan itu, menatap lekat si kembar. "Mereka?"

"Anak ku." Ada garis halus muncul didahi ketika Alan menjawab.

"Aku tidak bercanda Pa."

Alan berdecak, bersandar rileks pada kursi singel sofa yang berhadapan langsung dengan sang orang tua. "Aku juga tidak sedang bercanda.

Tatapan pria itu naik, menatap Naya yang tengah mengusap pipi gembul Liam, membersihkan remahan cookies. Pandangan mereka tertemu. Naya tersenyum canggung. "Maaf banget ya om, umur saya baru 18 tahun. Ketemu anak om aja dua Minggu lalu." Jadi bisa hentikan pandangan lu itu seolah gue hamil diluar nikah!! tentu ucapan terakhir tentu hanya diucap dalam hati.

Dengusan kasar terdengar. "Jadi apa yang kau bisa?" Dia heran seberapa hebat sih seorang gadis SMA yang dibawa putra tunggal keluarga Osmonov untuk dijadikan istri.

Alis gadis itu menyatu. "Bernapas?"

Pria itu tersedak air liur, berbeda dengan Alan dan sang istri yang menahan tawa.

"Sudahlah. Orang tua mu?" Setidaknya latar belakang gadis ini setara dengan Osmonov.

"Sehat."

"Pftt." Cukup mommy tidak bisa menahan tawa, bahunya bergetar membuat pria disampingnya kesal. Pinggang dirangkul. "Diamlah honey."

Pandangan mengarah pada sang anak. "Kau juga Pa." Napas kasar dihembuskan. "Sungguh, ini gadis yang akan kau nikahi?"

"Lah? Yang mau nikah sama anak om siapa?" Tolong ia stres!! suara istrinya yang tertawa sudah dihiraukan fokusnya sekarang adalah untuk mendinginkan kepala yang tiba-tiba berdenyut-denyut manja.

The Twin Adventure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang