PROLOG

337 28 2
                                    

because the opportunity is therenot to be wasted

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

because the opportunity is there
not to be wasted

🪷

BANDUNG
Pusat Perbelanjaan Kota

PIP

"Totalnya Rp 150.000, pembayaran secara cash atau card?"

"Cash" seorang gadis berseragam SMA memberikan beberapa lembar uang kepada kasir

"Ini kembaliannya"

"Terima kasih"

"Sama-sama, silahkan datang kembali"

Gadis tadi membungkuk seraya tersenyum tipis, ia simpan bill pembayaran ke dalam tas sebelum keluar dari gedung besar penuh dengan buku dan peralatan sekolah. Di luar, matahari bersinar lebih terang dari biasanya, membuat kota besar itu nampak seperti sauna bagi manusia yang melakukan aktifitas di luar gedung dan rumah ber–AC tepi jalan.

Lihat saja, tampak di trotoar, wajah-wajah kusut nan lemas manusia yang sesekali menyeka bulir keringat di dahi mereka. Bulan Juni memang lumayan meresahkan, apalagi ketika musim kemarau datang dan libur sekolah segera selesai. Wah, memikirkannya saja membuat gadis yang baru membeli buku tadi menjadi muram.

NANDA. Panggil saja gadis cantik tersebut seperti itu. Ia adalah gadis yang bersekolah di sekolah ternama di Bandung, baru sehari yang lalu. Dengan tak bersemangat, Nanda berjalan keluar dari busway setelah mengetap bus cardnya. Hawa panas seketika kembali menyapa setelah gadis itu sempat bersyukur karena AC di dalam bus sangat menyegarkan, kini ia harus terima kembali berpanas-panasan.

"Ya Tuhan" belum sampai si gadis pergi jauh dari tempat pemberhentian, keringat sudah meleleh dari lehernya

Ah. Bisakah gadis itu langsung berteleportasi saja ke kamarnya? Ia ingin segera sampai, menyalakan AC atau kipas dengan kekuatan kencang, membuat es semangka lalu menikmatinya sambil menonton drama Korea yang sedang ramai. Sepertinya enak. Sayangnya itu hanya khayalan, nyatanya ia masih harus berjalan beberapa meter ke depan.

Setelah lima menit berlalu, perumahan tempat Nanda tinggal sudah dapat dilihat dari posisi gadis itu. Bukan perumahan elit seperti di pusat kota memang tapi suasana di sana sangat tenang dan nyaman. Nanda tinggal menyebrang, melewati lima rumah, dan keinginannya untuk melakukan hal yang ia khayalkan akan segera terwujud.

Si gadis memperhatikan jalan yang masih ramai dengan kendaraan, ia coba mencari celah untuk dapat berlari ke sebrang, dan ketika dirasa aman, tanpa ragu Nanda melangkahkan kakinya menyebrang jalan.

TIIIN

Sebuah porsche hitam tiba-tiba melaju kencang melewati Nanda. Gadis itu terkejut, reflek kakinya melangkah mundur dan langsung jatuh terduduk karena badannya tak seimbang. Tangannya tergores aspal, paper bag berisi buku-bukunya juga ikut terhempas ke jalan, beruntung tidak ada kendaraan yang melindasnya. Nanda sempat menatap tajam porsche hitam yang berhenti tak jauh dari tempatnya jatuh.

EXCHANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang