because the opportunity is there
not to be wasted🪷
SPECIAL PART : ZIVA N KEVIN
DifferentUsai melakukan briefing, semua anak-anak yang datang saat itu langsung berhamburan keluar aula, termasuk juga Ziva. Hari sudah sore dan dilihat cuaca memang agak mendung. Hah. Inginnya cepat pulang tapi langkah Ziva terhenti begitu ia mendengar namanya dipanggil. Mau tak mau Ziva berbalik badan dan melihat laki-laki bertubuh tinggi proposional tengah berlari kecil menghampirinya.
Ziva mengangkat sebelah alisnya, dia manggil nama gue kan?
"Hai, Va" sapanya ketika sudah sampai di samping si empu
Ziva membalas tatapan mata laki-laki itu. Sepertinya dia agak mengerti maksud kakak kelasnya ini memanggil. "Iya, kenapa kak Bagas?" tanya Ziva pada laki-laki yang tidak lain adalah pacar sahabatnya
"Gue mau tanya soal.." Bagas sempat ragu untuk bertanya tapi Ziva teman dekat Nanda, mungkin dia bisa memberikan solusi tentang masalahnya dengan Nanda. Bagas sudah tidak tahan harus seperti ini terus. Entah kenapa, dia merasa sangat kehilangan sosok gadisnya itu. Padahal selama mereka jadian, mereka jarang bertemu
"Nanda" ujarnya setelah menghela nafas
Seulas senyuman ramah terkembang di wajah Ziva. "Aku akan jawab apa yang bisa aku jawab. Tapi aku engga yakin bisa bantu banyak masalah kakak"
"Bukan masalah, lo udah mau jawab gue itu udah membantu. Hm, sambil duduk di sana aja ya, pegel juga kalau cerita sambil berdiri"
Si gadis menuruti permintaan si laki-laki, mereka pun memilih untuk duduk disalah satu bangku yang berada di koridor sekolah, agar bisa lebih tenang berbicara.
"Va, menurut lo, Nanda masih marah engga ya sama gue?" Bagas membuka pertanyaan
Beberapa detik terdiam, Ziva mengangkat bahu. "Aku engga yakin, kak. Tapi kalau aku jadi Nanda mungkin jawabannya 'iya' karena menurut aku, Kak Bagas emang agak keterlaluan. Bukannya nyindir ya kak. Tapi seharusnya saat itu kakak bisa lihat situasi Nanda gimana. Kakak harus bisa nempatin dimana kakak belain sahabat kakak dan dimana kakak harus belain pacar kakak"
Raut wajah Bagas kurang setuju dengan argument tersebut. Ia menggeleng. "Gue kayak begitu karena punya alasan juga. Gue paling ngerti masalah Erlan yang engga Nanda tau" sanggah Bagas
"Kalau gitu kakak kasih alasan yang jelas sama Nanda. Seenggaknya engga usah pakai rahasia-rahasiaan. Nanda kan juga engga bisa ngerti kalau kakak engga jelasin" Ziva mendesah. "Jangan samain perempuan sama laki-laki yang selalu perfikir simple, kak. Perempuan kalau berfikir lebih sering bawa perasaannya"
"Gue engga paham" Bagas menyanggahkan kepala ke kedua tangan
Kenapa semuanya jadi ribet sih? Perempuan bukan makhluk paling ribet yang pernah ada di dunia, kan? Ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Masalah dengan Nanda belum selesai, sudah ditambah dengan masalah Erlan. Hah.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXCHANGE
Teen FictionRESE. Satu kata pamungkas yang bisa menggambarkan sosok Erlangga di mata Nanda. Laki-laki berperawakan tinggi nan tampan, yang selalu berekspresi dingin dan memiliki sikap angkuh keterlaluan. Berurusan dengan Erlangga adalah opsi terakhir dalam kamu...