because the opportunity is there
not to be wasted🪷
"Erlan" panggilan Jeremy tak mengalihkan sedikipun atensi si laki-laki. "Lo mau di sini sampe kapan? Yang lain udah pada pulang" tanya dia yang masih belum mendapat jawaban
"Haah kalau lo lagi khawatir sama anak yang namanya Gavin, gue kasih tau lo, dia udah engga apa-apa. Orangtuanya juga udah datang jadi sekarang, kita bisa pulang"
"Bagas?"
Jeremy mengangkat bahunya. "Tadi sih masih nenangin Nanda tapi sekarang engga tau dimana. Nanda kelihatan ngerasa bersalah banget sama lo"
Erlan melirik sebentar. "Bukan salah dia, gue emang pengecut kaya yang dia bilang"
"Lo bersikap kaya gitu karena punya alasan" Jeremy menghela nafas. "Apa lo juga bentak Allea barusan? Gue lihat dia pulang sama cowok yang waktu itu kita lihat di gerbang sekolahnya"
"Gue kebawa emosi, Je"
"Lo udah minta maaf?"
Erlan mendengus mendengar pertanyaan Jeremy. "Lo mirip kaya Nanda yang sering minta gue buat minta maaf" ia bergumam
"Ya? Lo ngomong apa?"
"Lupain. Biar gue yang hubungin dia di rumah nanti" Erlan beranjak dari tempat duduk taman rumah sakit. "Rencana kita besok jadi?"
Laki-laki Agustin mengangguk yakin. "Jadilah, undangan udah disebar masa engga jadi acaranya. Tapi lo udah engga apa-apa kan?"
Tangan kanan Erlan mengibas. "Gue baik. Kita pulang sekarang"
"Iya iya. Berasa gue jadi supir lo ya?"
"Terserah"
🪷
Sebuah motor berwarna merah berhenti di depan gerbang rumah keluarga Winata. Bagaskara. Laki-laki itu mengantar Nanda sampai ke rumah dengan selamat.
"Makasih kak udah nganterin Nanda pulang"
"Sama-sama" Bagas melepas helmnya dan tersenyum tenang. "Oh ya hampir lupa. Ini Nan, ada undangan"
Nanda memperhatikan sebuah kartu yang Bagas ulurkan. "Undangan apa?"
"Ulang tahun Allea. Nayla juga diundang kok, jadi kita bisa berangkat barengan"
"Ooh"
"Satu lagi" kembali Bagas mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, entah darimana laki-laki itu sebenarnya sampai membawa ransel yang cukup besar
"Ini" kali ini sebuah kotak persegi panjang terulur kearah Nanda. Ah. Sepertinya gara-gara kotak itu, Bagas jadi membawa tas besar
"Ini.. apa kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EXCHANGE
Teen FictionRESE. Satu kata pamungkas yang bisa menggambarkan sosok Erlangga di mata Nanda. Laki-laki berperawakan tinggi nan tampan, yang selalu berekspresi dingin dan memiliki sikap angkuh keterlaluan. Berurusan dengan Erlangga adalah opsi terakhir dalam kamu...