because the opportunity is there
not to be wasted🪷
Sorak sorai dan tepuk tangan bergemuruh mengisi lapangan setelah demo ekskul dari klub panahan berakhir. Wajar kalau ekskul satu ini mendapat respon bagus dari siswa-siswi yang menyaksikan. Sebuah penampilan sempurna layaknya pertandingan nyata di cabang olahraga panahan, berbeda dengan penampilan dari ekskul lain yang terlihat sudah diskenario kan.
Bahkan Nanda sampai tak berkedip menatap kedua orang yang sama-sama saling membidik benda pada mimbar di depan mereka. Matanya memancarkan binar tak biasa, jika tak ada yang kena pasti cukup memalukan bukan? Walaupun Nanda sendiri belum tentu bisa menembakan panah dari jarak sejauh itu. 50 meter.
Dari speaker sisi kanan dan kiri terdengar sang MC membacakan sekilas asal mula ekskul tersebut. "Ekskul panahan. Ekskul yang baru dibentuk setahun lalu tapi sudah menuai prestasi dalam beberapa perlombaan, baik perlombaan tingkat sekolah maupun tingkat nasional. Ekskul ini diketuai oleh Erlangga, salah satu siswa yang berada di tengah lapangan, dan dibina oleh Pak Johnny, serta dilatih oleh atlet panahan profesional dan bla..bla..bla" sang MC terus berceloteh ria dengan nada bangga
Kedua laki-laki di tengah lapangan menyudahi pertandingan mereka dan memberi hormat kearah penonton. Dalam keadaan ini, Nanda sangat ingin menyalahkan badannya yang tidak terlalu tinggi, ia tidak bisa melihat kedua orang itu ketika semua teman-temannya berdiri. Ugh! Harusnya dia memilih bangku paling depan tadi.
"Demi Tuhan, engga bisa ya mereka duduk aja?"
Salah seorang di lapangan menoleh ke barisan tempat Nanda duduk, membuat gadis-gadis di sana langsung menjerit histeris begitu melihat wajah laki-laki itu. Namun tidak dengan Nanda yang masih berusaha menjinjitkan kaki mungilnya.
"Nan Nan, lihat tuh pacar lo. Kak Bagas"
ZIVA. Teman baru Nanda kembali histeris seraya mengguncang-guncang lengan sang teman. "Tuh, kak Bagas senyum ke lo, Nan"
Gadis itu mengikuti arah pandang Ziva, kali ini beberapa gadis sudah duduk kembali jadi ia bisa melihat Bagas tengah tersenyum padanya diantara kerumunan banyak orang. Wajah Nanda memerah, ia membalas senyum manis laki-laki itu sembari tersipu. Ternyata salah satu orang di sana adalah Bagas, kenapa dia tidak sadar?
Usai memberi hormat, kedua orang itu meninggalkan lapangan. Terdengar respon kekecewaan dari mereka. Termasuk Ziva dan salah satu temannya yang lain bernama DITA.
"Kenapa?" tanya Nanda
"Kak Erlangga engga nengok ke sini" protes Ziva
"Erlangga?"
"Lawan mainnya cowok lo, Nan. Engga tau tuh, ngelambainya ke sebelah sana terus, padahal kan gue penasaran sama mukanya. Sayang banget dari sini engga terlalu kelihatan, padahal permainan dia keren banget, tepat sasaran terus dong" tambah Dita yang membuat dahi Nanda mengernyit
KAMU SEDANG MEMBACA
EXCHANGE
Novela JuvenilRESE. Satu kata pamungkas yang bisa menggambarkan sosok Erlangga di mata Nanda. Laki-laki berperawakan tinggi nan tampan, yang selalu berekspresi dingin dan memiliki sikap angkuh keterlaluan. Berurusan dengan Erlangga adalah opsi terakhir dalam kamu...