BAGIAN 7 : PERTENGKARAN

57 16 0
                                    

because the opportunity is therenot to be wasted

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

because the opportunity is there
not to be wasted

🪷

“Nanda” panggilan seseorang membuat langkah kaki Nanda terhenti

Diurungkan niatnya untuk segera kembali ke kelas dan melanjutkan pelajaran setelah izin ke kamar kecil. Ia memilih untuk menjawab panggilan itu. Berbalik badan dan menemukan sosok guru fisikanya, Pak Adam. Dengan terpaksa, ia mengganti tujuan menghampirinya.

"Ya pak, ada apa?” tanya Nanda sopan

“Bisa bantu saya? Tolong berikan buku ini pada Lia kelas 2–3, terimakasih” belum sempat Nanda mengiyakan, Pak Adam sudah menyerahkan buku bersampul itu pada Nanda lalu berbalik kembali ke ruang guru

Nanda mencibir. Pak Adam benar-benar tak ingin mendengarkan jawabanya sama sekali, apa dia tahu kalau Nanda akan menolaknya? Ini kan sedang jam pelajaran dan ia sama sekali tak peduli dengan pelajaran apa yang seharusnya Nanda ikuti sekarang. Bagaimana kalau Nanda sedang ujian? Nanda yakin guru tampan itu juga tak mau tahu. Diliriknya buku coklat yang kini berada di tangan.

Aprilia Indraswari
Catatan Fisika Kelas 2–3

Kelas 2–3? Pikir Nanda sambil jalan. Mengganti arah langkah dari kelasnya ke kelas 2–3.

Kelas 2–3? Sekali lagi Nanda berpikir, rasanya ada sesuatu dengan kelas kakak kelasnya tersebut. Eh? Wait! 2–3 ya? Nanda yang tadi terlihat ogah-ogahan kini berubah bersemangat. Berjalan setengah terburu-buru tak sabar untuk tiba di kelas itu, melihat wajah pangerannya. Kekasihnya, Bagaskara Adyatama. Ya, tentu saja karena 2–3 adalah kelas pacarnya. 

Biarpun mereka sudah resmi pacaran sejak seminggu lalu, tetap saja Nanda selalu berdebar dan merasakan kupu-kupu menggelitik perut setiap melihat wajah tampan Bagas yang hampir sempurna. Dengan senyum yang kerap kali menghiasi wajah si laki-laki, cukup hanya itu tapi selalu berhasil membuat pipinya memerah seperti udang rebus. Sama halnya seperti sekarang. Memikirkannya saja, membuat Nanda merasakan darah mengalir perlahan ke pipinya. Suatu hal yang tak bisa Nanda hilangkan setiap berurusan dengan Bagas. 

Depan kelas 2–3 sudah terlihat, dipercepat lagi langkahnya agar segera tiba di sana. Tapi ketika sampai, harapannya harus ia kubur dalam-dalam. Karena kelas itu kosong. Oh tidak, kelas itu tak benar-benar kosong. Ada seorang laki-laki sedang duduk di bangkunya sambil membaca sebuah majalah olahraga. Senyum yang sedari tadi terkembang di wajah Nanda langsung memudar melihat siapa orang itu.

Erlangga. Melihat ekspresi wajahnya yang selalu dingin dan angkuh selalu mengingatkannya kembali pada peristiwa kecelakaan dan mempermalukan harga dirinya waktu itu. Tapi pikiran tersebut langsung dibuang jauh-jauh, ia kembali ke tujuan awalnya datang ke kelas sang kakak kelas. Memberikan buku pada gadis bernama Aprilia tapi bagaimana caranya menyerahkan buku ini kalau kelasnya saja kosong dan bahkan dia sama sekali tak tahu yang mana orangnya? 

EXCHANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang